Pantaskah Kontenmu Kau Sebut Karya?

Mahdalena mahasiswi UIN Ar-Raniry. Foto: Ist.
Oleh: Mahdalena

Di situasi seperti sekarang ini, banyak aksi kemanusiaan bertebaran. Rasanya, dengan aksi-aksi tersebut jiwa kemanusiaan kita menjadi lebih sensitif dibuatnya. Seolah tanpa sadar, kita merasa diingatkan bahwa sesungguhnya duka ini milik bersama.

Terlepas dari apapun intensi dan tujuannya, kita setuju bahwa aksi-aksi tersebut merupakan buah kebaikan yang lahir di masa pandemi. Dan kita berharap, layaknya virus, kebaikan tersebut dapat menular kepada yang lainnya.

Tapi ragam masyarakat demi menjaga keseimbangan alam, sering sekali kita lihat bahwa di saat ada kebaikan sudah tentu ada juga kejahatan. Bahkan parahnya aksi kejahatan berkedok aksi kebaikan yang berhasil dicuri oleh para oknum yang tak bertanggungjawab.

Hal tersebut mereka lakukan hanya demi kepentingan dirinya sendiri, tanpa memperdulikan nasib orang lain. Hal tersebut rasa-rasanya sangat tidak pantas, dan menyinggung aspek kemanusiaan.

Sebut saja tentang aksi berbagi yang dilakukan oleh para konten kreator yang tak bertanggung jawab. Aksi yang mereka lakukan dapat dinilai sebagai sebuah kejahatan yang berkedok kebaikan.

Aksi berbagi yang mereka lakukan mereka jadikan hiburan, ataupun ajang bagi mereka untuk meraup keuntungan berupa meningkatnya subsriber atau follower mereka. Hal yang lebih mengherankan lagi, orang-orang tersebut memiliki pengikut yang setia meskipun tak sebanyak kritikan yang mereka dapatkan.

Dunia sudah terbalik?. Ataukah manusia kehilangan nilai yang telah dipegangnya? Orang macam apa yang tega memanfaatkan keadaan demi kepuasan dirinya semata-mata?.

Di era teknologi, manusia dapat mendapat kesempatan untuk berbagi tanpa batas. Kita sebagai  pengguna dan penikmat, agaknya menjadi pion-pion yang andilnya paling besar dalam menjaga kewarasan kelompok masyarakat.

Jadi alangkah lebih baik apa bila kita menelaah lebih dalam lagi, jika teknologi memampukan kita untuk berbagi tanpa batas, bukan tak berarti teknolog tersebut tidak memiliki kecacatan. Lantas dimana letak kecacatannya? . kecacatan tersebut terletak tatkala kita melanggar batasan-batasan itu.

Ingat,  mempunyai banyak pendukung dan pengikut memang menyenangkan. Namun, benarkah hanya itu saja yang dicari?. Cukupkah popularitas tanpa empati?.

Maukah kita menjadi seseorang yang viral namun tanpa rasa manusiawi?. Nikmati kemajuan teknologi, tapi berdirilah di kubu yang benar. Buat dan bagikan konten yang baik. Jadikan media sosial yang memampukanmu untuk berkarya dan berbagi sebagai sebuah ladang kebaikan, dan bukan arena penistaan.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.