Polemik Pembangunan IPAL dan Situs Sejarah Gampong Pande Harus Diselesaikan Secara Ilmiah


Foto: Dokumentasi Mapesa

Banda Aceh - Polemik pembangunan IPAL di salah satu kawasan Gampong Pande yang sudah dimulai sejak tahun 2015 akhir-akhir ini terkesan terlalu lebay dan jauh dari subtansi solusi. Bagaimana tidak, persoalan ini seakan hanya ajang panggung politik belaka tanpa adanya langkah kongkret dan berujung kepada jalan buntu dan pemaksaan pendapat semata, Jum'at (12/3/2021).

Setelah di beberapa titik tertentu pembangunan IPAL diduga terdapat situs sejarah, Walikota Banda Aceh Aminullah Usman mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan sementara untuk melakukan pemetaan dan penelitian dengan tujuan titik yang terdapat situs sejarah dan Budaya tetap terjaga sebagaimana mestinya.

Setelah adanya hasil pemetaan dengan menggunakan teknologi dan melibatkan para ahli serta dilakukan pembagian zonasi, maka di zona yang terdapat situs sejarah atau situs budaya tidak dibangun IPAL melainkan di zona lainnya yang tidak terdapat situs tersebut. 

"Bukankah langkah itu sudah sangat bijaksana dan penuh pertimbangan, apalagi keputusan yang diambil diserahkan kepada multipihak yang berkompeten sebelum dilakukan langkah-langkah kongkret," ungkap Koordinator Gerakan Muda Peduli Aceh (GeMPA), Akmilul Fazlan.

Fazlan mengungkapkan pro dan kontra dalam pembangunan yang bertujuan untuk kemaslahatan sekalipun pasti akan terjadi, baik itu dilatarbelakangi oleh kepentingan politis tertentu atau bahkan hanya mendengar cerita belaka dan lainnya.

Fazlan mengungkapkan ia merasa miris jika persoalan situs wisata ini disimpulkan dengan dasar hanya berdasarkan kata orang yang belum tentu benar adanya. 

"Saat ini sudah zaman dimana teknologi sudah maju, tentunya akan lebih arif jika persoalan situs wisata dan sejarah Gampong Pande diselesaikan secara ilmiah dengan melibatkan para ahli di bidang tersebut, bukan malah merongrong opini tak elok yang justru merugikan publik. Apalagi kelanjutan pembangunan IPAL ini juga kebutuhan mendesak publik. Jadi, semua aspek harus menjadi pertimbangan dan mengedepankan pendekatan ilmiah," jelasnya.

Pihaknya juga menyayangkan, ada oknum tokoh yang justeru menggiring opini berlebihan padahal ketika menjabat pihak tersebut pun hampir tak berkontribusi sama sekali untuk persoalan IPAL ini. 

"Bisa dikatakan subtansi yang dimainkan itu juga tak mengacu padahal yang ilmiah, ironisnya lagi ada yang tokoh yang cuap-cuap tak tau kondisi real di Gampong Pande itu sendiri. Ini relatif menyedihkan menjadikan persoalan ini sebagai ajang politis belaka,"sebutnya.

GeMPA juga mengajak agar semua pihak dan wabil khusus warga kota Banda Aceh yang dominannya masyarakat yang cerdas untuk menjunjung tinggi pendekatan dan metode ilmiah dalam persoalan situs sejarah di Gampong Pande.

"Kita meminta kepada semua pihak dan masyarakat Banda Aceh baik penduduk asli maupun pendatang untuk tidak terperdaya dengan cerita orang namun kita berharap agar mengedepankan hasil penelitian ilmiah sebagai kesimpulan yang lebih ideal untuk dapat diambil sebagai kesimpulan terbaik. Kita juga berharap polemik pembangunan IPAL Gampong Pande dapat terselesaikan dengan bijaksana demi kemaslahatan masyarakat Banda Aceh dan Aceh secara umum,"ujarnya. (Wiwin)

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.