Devan Sabang Usulkan Strategi Pilih Calon Pemimpin PPP bagi Formatur
Sabang – Devan Yuanda, Amd. Kep Sekretaris DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sabang Demisioner dalam siaran persnya menyambut baik terselenggaranya Muscab ke-IX DPC PPP Sabang, di antara usul yang disampaikannya lewat media, ia mengkhawatirkan adanya kandidat perempuan dalam pencalonan Pimpinan DPC PPP Sabang, Selasa (29/3/2022).
Menurutnya, situasi pengusulan kandidat pimpinan di
partai tersebut belum sama sekali mencukupi syarat jika harus calonnya dari
perempuan, berdasarkan pandangan Jumhur ulama dalam figh modern sekalipun,
pembahasan calon pemimpin perempuan tidak dilakukan tanpa keadaan mendesak.
Devan bahkan meminta sebagai usulan lanjutan kepada formatur yang terbentuk
sebagai upaya objektif untuk mendorong penguatan internal partai diperlukan
silaturrahmi dan konsolidasi demi kebangkitan menghadapi pemilu ke depan.
“Sebagai strategi pemilihan calon pemimpin PPP periode 2022-2027 saya usul
kepada formatur terpilih untuk tidak mengusulkan ketua yang berbuat zalim
terhadap partai dan bukan juga dari unsur perempuan” ungkap Devan.
“Mengutip arahan Ketua Umum DPP PPP, Dr. Ir. H. Suharso Mondarfa yang mengatakan, partai ini wajib merawat persatuan dengan pembangunan, sebab itu, apapun strategi demi mencapainya, diperlukan tindakan yang reseptif dan normatif sesuai garis ideologi partai,” lanjutnya.
PPP telah melakukan Muscab ke-IX pada Kamis, 10 Maret 2022 di Aula DPC PPP Sabang dan menghasilkan 3 formatur terpilih, diantaranya 1 dari unsur DPC Irawani dua dari unsur-unsur PAC Iwan Kusuma dan Daud.
Tolak Usulan Kandidat Pimpinan Perempuan
Setelah adanya formatur terpilih Devan mengingatkan untuk tidak memilih calon pemimpin yang dapat mempengaruhi perolehan suara pada pemilu ke depan seperti calon pemimpin dari unsur perempuan karena situasi saat ini, syarat urgensi hingga sampai-sampai harus dipimpin perempuan sama sekali tidak patut.
PPP merupakan Partai Islam dan untuk Daerah Aceh khususnya Sabang tidak boleh mengusulkan Pimpinan DPC PPP perempuan karena seperti yang dikatakan ulama karismatik Aceh bahwa haram hukumnya perempuan menjadi pemimpin, kutipnya.
“Apabila seorang perempuan mencalonkan diri sebagai pemimpin di saat kondisi seperti sekarang jelas bertolak belakang dengan pandangan Islam, apalagi sampai dilantik menjadi pemimpin, sangat berimbas buruk hingga dapat mempengaruhi kemerosotan pemilih pada pemilu ke depan,” ungkapnya khawatir.
Ia menghawatirkan jika sampai dilantik pemimpin partai tersebut seorang perempuan maka akan terjadi gejolak besar pada PPP, dan pengunduran diri semua pengurus sesuai tingkatannya.
Selain itu menzalimi partai yang dimaksud Devan adalah menyeberang kepengurusan yang tidak diakui Kementerian Hukum HAM, karena jelas tidak dapat mengikuti pemilu seperti pada tahun 2019 lalu.
Devan berharap Tim Formatur dalam pengusulan Calon PPP Sabang sejalan dengan perjuangan Ketua Umum dan sesuai dengan slogan “Merawat Persatuan dengan Pembangunan”.
“Saya berharap Tim Formatur untuk memilih calon pemimpin yang setia, berkompeten dan tidak pernah menzalimi partai,” tutupnya.
Tidak ada komentar