Kiprah Keaktoran Cut Ratna dalam Aceh Film Festival 2022

Cut Ratna, seniman Aceh (aktor teater/film), Sabtu (30/9/2022).

Banda Aceh - Keaktoran alias seni peran yang digeluti Cut Ratna kian bersinar, meskipun diusia yang makin matang, memerankan dua tokoh utama dalam dua judul film pendek yang ditayangkan di Aceh Film Festival 2022 (AFF), Cut Ratna mengaku di tahun ini geliat perfilman Aceh kian bagus dan patut diapresiasi bagi masyarakat pencinta seni teater maupun film, Sabtu (30/9/2022).

Aceh Film Festival 2022 berlangsung sejak 24 s.d. 28 September 2022, kian terasa gaung dunia film, paling tidak, hal ini dirasakan Cut Ratna yang juga koordinator model Aceh, ia juga merasa bagian dari intertain di Aceh, berbagai acara kerap melibatkannya.

Puluhan film ASIA termasuk Brunai, Philipina, Malaysia, Thailand juga Indonesia diputar di sepanjang AFF 2022, dari Indonesia, khususnya Aceh Suloh, Meutia, Semua Karena Cinta, Puing Paling Sunyi (priemier) juga beberapa film lainnya turut menyemarakkan penayangan AFF 2022 dari Indonesia.

Cut Ratna (Cut Ratnawati) dikenal juga dengan panggilan rekan sejawat dengan Cut Banget, kelahiran Pekalongan, 26 Maret 1973. Sejak usia remaja tingkat SMA di Banda Aceh sudah bergelut dengan beragam jenis kesenian, fokus mendalami seni peran sejak tahun 1996, namun sempat vakum, mulai aktif kembali mulai 2003 hingga kini,

Dua Film; Suloh & Puing Paling Sunyi

Film Suloh (2021) Sutradara Ayi Meugit, Aktor Utama Cut Ratna (tokoh Laila) bersumber dari konflik sosial masyarakat, tentang penyelesaian sebuah perkara sosial dengan pelibatan cultur Aceh, Tuha Pheut dan perangkat desa. Dalam film ini, Ratna menjadi tokoh ibu, anaknya (Si Gam) diduga menjadi korban pemukulan, sosok ibu Laila yang diperankan Ratna, judes, cerewet, membela penuh anaknya untuk tidak dianggap bersalah. Diproduksi melibatkan banyak aktor di Aceh, disyuting malam hari sesuai wujud cerita di Aceh yang melaksanakan musyawarah, rapat memutuskan segala persoalan desa pada malam hari.

Suloh termasuk fenomena, sebab menjadi ingatan bagi masyarakat Aceh khususnya tentang pentingnya pelibatan aparatur desa untuk menyelesaikan perkara yang memang dianggap mampu diputuskan secara adil dan bijak, di Aceh, upaya mempertemukan dua pihak yang saling berpekara melalui film ini menjadi kampanye positif agar tidak terlalu mudah membawa persoalan sosial, kriminal dan lainnya dengan langsung mengurus ke pengadilan/aparat hukum.

Peran Laila (ibu) oleh Cut Ratna menjadi sorotan sebagai penyeimbang tentang apakah penting ataukah tidak, upaya damai suatu perkara diselesaikan hanya melalui keputusan musyawarah tingkat desa dengan begitu, film Suloh menjadi motif yang patut dipertimbangkan, Cut Ratna selaku pemeran Laila juga mengaku posisinya dalam peran Suloh cukup bermakna untuk mendorong anasir penting tidaknya Suloh (peradilan adat) dilakukan.

Di akhir film Suloh, penjabaran kisah konflik desa terkait pemukulan anak (Si Agam) dari ibu Laila berhasil memutuskan dan menjadi penyelesaian perkara, dengan pelibatan aparatur desa secara aktif, Imam, Kepala Dusun, Kepala Desa juga dana kas desa menjadi pelengkap keberhasilan persidangan tingkat desa tersebut.

Foto Cut Ratna berperan Aminah saat syuting Puing Paling Sunyi, 2021.

Di film Puing Paling Sunyi, film berdurasi 27 menit ini, Cut Ratna berperan sebagai Aminah, sosok perempuan yang ditinggal mati suaminya akibat pembunuhan (ekses konflik), ia memerankan karakter depresi, traumatik masa lalu, dingin, terganggu psikologis namun pada akhir kisah film, kehadiran sosok Idin anaknya akhirnya berhasil perlahan mampu melupakan traumatik yang selama ini ia rasakan.

Cut Ratna mengaku di film Puing Paling Sunyi sangat tertantang memerankan tokoh Aminah, selain lebih banyak dituntut sisi keaktoran untuk memerankan sosok yang depresi dan dingin dengan lingkungan, menutup diri akibat traumatik mendalamnya.

Film Puing Paling Sunyi, Director Nisa Rizkya Andika Produksi Melantang Cinema & ADOC Pro dalam pemutaran perdana pada Senin, 26 September 2022 di Aceh Film Festival ikut ditonton secara online di berbagai negara ASIA.

Cut Ratna (tokoh Aminah) dalam film ini mengaku dalam proses garapannya, merasa lebih puas dalam tantangan sisi karakter, dengan minim dialog namun dituntut kekuatan keaktoran sosok Aminah, proses komplementer seperti lighting/pencahayaan dengan make up character oleh Edo (alm. Edward) menambah resep bagus dalam garapan film tersebut.

Film ini ikut ditonton oleh berbagai kalangan saat diputar di eks Garuda Theater, Kampung Baru Banda Aceh. Salah satu pengunjung malahan berminat menayangkan kembali film Puing Paling Sunyi di gedung yang lebih luas. Film ini cukup wajar meraih animo publik film khususnya di Aceh karena naskahnya cukup akrab dengan memori konflik. 

Harapan Cut Ratna Aceh Film Festival ke depan agar dipilih film-film terbaik untuk diputar online dan offline, dipilih nominasi aktor terbaik, sehingga para aktris dan aktor di Aceh semakin bergiat kompetitif dalam dunia peran, khususnya film.

"Lestarikan budaya menonton, itu kendala di Aceh saya lihat, sehingga gairah perfilman Aceh dapat terus tumbuh seiring apresiasi masyarakat yang juga semakin membaik, dunia pemeranan keaktoran juga merupakan ekonomi kreatif bagi kalangan seniman Aceh, tumbuh kembangnya seni film dapat mendongkrak ekonomi Aceh ke depan," ungkap Cut Ratna sebagai sarannya optimis. 

Proses syuting film Suloh, Cut Ratna berperan sebagai tokoh utama Laila, 2021.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.