Meja Berucap: Membedah Visi Illiza Sa'aduddin Djamal untuk Banda Aceh

Calon walikota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal

Banda Aceh - Komunitas Berucap menggelar kegiatan "Meja Berucap Offcam: Bedah Gagasan” bertema “Banda Aceh Kota Kolaborasi: Bedah Program, Tentukan Arah” pada Minggu malam (19/10/2024) di Colosseum Coffee, Ulee Kareng, Kota Banda Aceh. Kegiatan ini menghadirkan salah satu calon walikota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal, sebagai pembicara sekaligus pemateri.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh puluhan peserta yang berasal dari beragam kalangan. Disini, mereka berkesempatan langsung membedah visi misi serta program-program yang akan diterapkan jika Illiza terpilih sebagai Walikota.

Dalam sambutannya, Illiza menyatakan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting, “tidak hanya sebagai ruang demokrasi, namun juga sebagai sarana edukasi agar masyarakat dapat membuat pilihan bijaksana berdasarkan pemahaman yang baik,” ujarnya.

Selama acara utama berlangsung, mulai dari pemaparan visi misi dan program-program yang dicanangkan sampai ke sesi tanya jawab, peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi. Terutama di isu-isu seputar sosial, ekonomi dan pembangunan kota.

Pertanyaan peserta meliputi tema-tema seperti pelayanan untuk disabilitas, pembangunan Banda Aceh Academy untuk pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan infrastruktur publik, serta pengembangan sektor ekonomi kreatif Banda Aceh.

Di tempat terpisah setelah kegiatan berlangsung, Illiza Sa'aduddin Djamal mengapresiasi antusiasme dan masukan yang diberikan peserta, terutama anak muda dalam acara ini. "Partisipasi dan rasa ingin tahu masyarakat, khususnya anak muda, sangat tinggi. Ini hal positif, dan saya menerima banyak masukan berharga," ungkap Illiza.

Ia mencatat beberapa masukan penting terkait pengembangan pedestrian, isu disabilitas dan kelompok marginal, serta peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurutnya, hal ini menunjukkan kepedulian dan visi yang luas dari generasi muda terhadap isu-isu di Kota Banda Aceh. "Antusiasme mereka diluar ekspektasi saya, dan ini menjadi penyemangat bagi saya ke depannya," tambahnya.

Calon walikota yang akrab di sapa Bunda Illiza ini optimis kontribusi dan keterlibatan aktif anak muda akan sangat berpengaruh dan menjadi kunci percepatan kemajuan kota. "Anak muda yang hadir tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga bagaimana memberdayakan komunitas dan menciptakan akses yang lebih baik untuk masa depan," tambahnya.

Menyinggung soal pemberdayaan sektor ekonomi kreatif, Illiza berkomitmen memberikan kemudahan, insentif, dan reward, terutama dalam hal perizinan usaha dan event. Dengan begitu, tingkat pengangguran akan menurun, kreativitas dan inovasi akan meningkat. Alhasil Banda Aceh akan menjadi kota yang modern dan maju, sesuai dengan prinsip-prinsip syariat," tegas Illiza. 

Berucap sendiri adalah komunitas tempat mengembangkan kemampuan berbicara dan rasa percaya diri ketika tampil di depan umum. Komunitas ini berdiri sejak tahun 2022 yang di inisiasi oleh beberapa muda-mudi. Siapa pun bisa bergabung, terutama bagi mereka yang ingin mengasah keterampilan Public Speaking-nya.

Setiap bulan, mereka mengadakan program bernama talkshow untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum. Selain itu, “kami juga punya segmen bernama ‘Sudut Pandang’, nanti peserta akan membahas tema tertentu agar anggota jadi lebih terbiasa dan lebih lugas lagi menyampaikan ide dan perspektif mereka tentang suatu hal,” jelas Humas Kepanitiaan, Shadrina Aliyya Shafa, dalam keterangan tertulisnya.

Acara "Meja Berucap" ini ditujukan sebagai uji publik untuk kemampuan berbicara dan gagasan Illiza Sa’aduddin Djamal. Wakil Ketua Panitia, Teuku Ilham Ferdial, menjelaskan bahwa ide ini muncul karena momentum tahun politik dan Pilkada Aceh.

"Awalnya kami ingin menyediakan wadah untuk menguji kemampuan public speaking para calon," jelasnya. Konsep acara ini kemudian berkembang "tidak hanya orasi, kami juga ingin menguji kemampuan mereka menjawab pertanyaan secara spontan". Ini merupakan acara kedua, setelah sebelumnya menghadirkan bakal calon wakil walikota Banda Aceh, Ridha Mafdhul atau yang lebih akrab di sapa Bang Gidong.

Ferdial juga menjelaskan panitia berencana menggelar acara serupa di masa mendatang. "Rencana ke depan pasti ada, tetapi keputusannya bergantung pada konfirmasi dari para calon," ujarnya. Ia melanjutkan bahwa panitia telah menghubungi semua calon walikota Banda Aceh, baik secara personal maupun melalui tim sukses. Dan sejauh ini, baru pihak Teuku Irwan Djohan (Calon Walikota Banda Aceh nomor urut 4) yang memberikan respon positif, meskipun belum dapat memastikan tanggal kehadirannya.

Suasana ketika tanya jawab berlangsung

Visi Misi dan Program Relevan, Tapi Bagaimana Realisasinya?

Walaupun program yang diajukan Illiza disambut baik oleh kebanyakan peserta, bukan berarti tidak ada kritik. Agam Ramadhan, pengkaji politik praktis dari Institute Islam of Aceh (IIA), memberikan tanggapannya. Sebagai peserta dalam acara bedah gagasan ini, ia mengakui banyak poin-poin dari visi misi dan program yang direncanakan calon walikota nomor urut 1 tersebut, relevan dengan situasi dan kondisi Kota Banda Aceh saat ini. "Menurut saya, visi dan misi yang disampaikan Ibu cukup relevan dengan kebutuhan kota Banda Aceh saat ini."

Namun, ia menyoroti kurangnya data pendukung yang menurutnya cukup penting. "Dari dokumen yang ada dan saya terima, tidak tercantum analisis yang cukup jelas”. Alumni Ilmu Politik Unsyiah ini mencontohkan salah satu program, ‘Koperasi Plus’, yang bertujuan untuk mengoptimalkan sektor industri kelautan dan perikanan.

Program tersebut mencakup modernisasi alat tangkap nelayan, pengadaan alat pendingin, penyediaan pabrik es, dan kemudahan akses pembiayaan. Tidak adanya pemaparan atau penjelasan lebih lengkap sehingga program pemberdayaan nelayan ini ada menjadi soal. Menurutnya, hal tersebut perlu sebab bisa menggambarkan sejauh mana efektivitas program ini ketika diterapkan.

Ia juga mempertanyakan bagaimana realisasi nyata dari rencana-rencana lain yang tertuang dalam dokumen program prioritas Illiza Afdhal bertajuk "KolaborAksi", mengingat rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banda Aceh saat ini. "Mewujudkan program-program ini tentu memerlukan anggaran yang mencukupi. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Banda Aceh saat ini tergolong rendah, sedangkan untuk mewujudkan rencana-rencana itu tentu membutuhkan anggaran yang lumayan besar,” tegasnya.

Kendati persoalan tersebut, Agam menilai positif langkah Illiza yang ingin membangun dan menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH), karena jumlahnya di Banda Aceh yang jauh dari kata ideal. "Ini penting, mengingat undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyebutkan proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota. Dan saat ini Banda Aceh belum memenuhi ketentuan tersebut," jelasnya.

Meskipun visi misi Illiza relevan, banyak pertanyaan terkait data pendukung, pendanaan, dan analisis yang komprehensif. "Walau visi misi Ibu Illiza memiliki relevansi, tapi dari segi implementasi dan realisasi saya rasa masih banyak yang perlu dikaji," pungkasnya.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.