Menghidupkan Kembali Kejayaan Aceh: Peringatan Haul Sultan Iskandar Muda ke-388

 

Peringatan Haul Sultan Iskandar Muda ke-388 menjadi momentum untuk menghidupkan kembali kejayaan adat dan budaya Aceh Darussalam. Kisah kepahlawanan dan kebijaksanaan Sultan Iskandar Muda terus menjadi inspirasi bagi pembangunan Aceh masa kini.

koranaceh.netPeringatan Haul Sultan Iskandar Muda ke-388 yang jatuh pada 27 Desember 2024 bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi menjadi titik balik untuk menghidupkan kembali peradaban Aceh Darussalam.

Cut Putri, Cucu Sultan Aceh, mengajak seluruh rakyat Aceh untuk menjaga warisan sejarah, adat, dan budaya yang telah mengukir kejayaan Aceh di masa lalu.

Sultan Iskandar Muda: Pahlawan Besar Dunia yang Diakui UNESCO

Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M), bergelar Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam Johan Berdaulat Zilullahi Fil Alam, adalah salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah Aceh Darussalam.

Beliau lahir pada tahun 1590 M dan wafat pada 27 Desember 1636 M. Keberanian dan kepemimpinannya telah diakui secara internasional, termasuk oleh UNESCO yang mencatatnya sebagai salah satu pahlawan besar dunia bersama Laksamana Malahayati.


“Tanggal 27 Desember 2024 tepat 388 tahun Haul Sultan Iskandar Muda, yang bertepatan satu hari setelah peringatan Tsunami Aceh 26 Desember 2004 silam,” ujar Cut Putri, yang juga Pemimpin Darud Donya Aceh.

Hikayat Aceh dan Kitab Bustanussalatin yang ditulis oleh Syeikh Nuruddin Ar-Raniri menjadi sumber utama yang menggambarkan kehidupan dan perjuangan Sultan Iskandar Muda.

Mulai dari masa kecil hingga dewasa, beliau menunjukkan kelebihan luar biasa yang membuatnya menjadi pemimpin disegani di Asia Tenggara.

Kisah Masa Kecil yang Luar Biasa

Dikisahkan, sejak lahir Sultan Iskandar Muda telah menunjukkan tanda-tanda kebesaran. Hikayat Aceh mencatat fenomena alam seperti kilat, gempa bumi, dan hujan rintik-rintik yang terjadi saat kelahirannya.

Beliau memiliki nama kecil Raja Zainal dan kemudian Raja Silan, sebelum akhirnya diberi nama Abangta Raja Munawar Syah oleh kakeknya, Sultan Sayyidil Al Mukammil.

Sejak usia dini, kemampuan Sultan Iskandar Muda sudah mencengangkan. Pada usia 6 tahun, ia mampu mengendalikan gajah; pada usia 10 tahun, ia mengalahkan utusan Portugis dalam perlombaan kuda dengan menggunakan Kuda Tizi Istanbul, hadiah dari Khalifah Turki Utsmani.

Keberaniannya terus terasah hingga akhirnya pada usia 14 tahun, ia berhasil membunuh harimau yang mengganggu penduduk.

Kejayaan Militer dan Kebijakan Bijaksana

Pada tahun 1607 M, Sultan Iskandar Muda naik tahta dan mulai membangun Kesultanan Aceh menjadi salah satu kekuatan besar di Asia Tenggara. Perang melawan Portugis menjadi salah satu tonggak utama kepemimpinannya:

  • 1612 M: Mengalahkan Portugis di Deli.
  • 1613 M: Menyerang Portugis di Johor.
  • 1629 M: Menghancurkan armada Portugis di Malaka.


Sultan juga dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Dalam Bustanussalatin, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri menulis, “Dialah yang mengeraskan agama Islam dan menyuruh segala rakyat sembahyang lima waktu dan puasa Ramadhan. Dialah yang sangat murah kurnianya kepada fakir miskin.”

Sultan Iskandar Muda tidak hanya fokus pada aspek militer, tetapi juga berkontribusi besar dalam pembangunan infrastruktur Aceh, seperti pelabuhan dagang yang memperkuat perekonomian Aceh dan menjadikannya pusat perdagangan di Selat Malaka.

Selain itu, ia juga memperhatikan pendidikan dengan mendirikan lembaga-lembaga pengajaran Islam.

Mewariskan Kejayaan Adat dan Budaya

Selain kehebatan militernya, Sultan Iskandar Muda juga berjasa dalam pembangunan kebudayaan Aceh. Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu peninggalan beliau yang menjadi simbol kejayaan Islam di Aceh.

Kepeduliannya terhadap rakyat tercermin dalam kebijakan-kebijakan sosial yang berpihak pada keadilan dan kesejahteraan.

Cut Putri berharap agar keteladanan Sultan Iskandar Muda dapat menjadi inspirasi bagi pembangunan Aceh di masa kini.

“Pembangunan harus berjalan seiring dengan pelestarian budaya dan sejarah. Dengan mempertahankan adat, kita mempertahankan jati diri Aceh sebagai bangsa yang besar,” tegasnya.


Darud Donya Aceh mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk terus melestarikan warisan sejarah dan situs-situs budaya sebagai bukti koneksi antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Pelestarian situs sejarah seperti Gunongan dan Taman Sari menjadi salah satu langkah konkret untuk menghubungkan generasi sekarang dengan kejayaan masa lalu.

Selain itu, kegiatan seni budaya seperti tarian tradisional dan syair-syair Hikayat Aceh terus dihidupkan sebagai bentuk penghormatan kepada warisan Sultan Iskandar Muda.

“Masyarakat Aceh harus bangga dengan akar budaya yang kita miliki. Dengan menghormati sejarah, kita menunjukkan rasa cinta kepada identitas kita sendiri,” tambah Cut Putri.

Menatap Masa Depan dengan Kebijaksanaan Sejarah

Peringatan Haul Sultan Iskandar Muda ke-388 adalah momentum untuk mengenang kejayaan Aceh Darussalam yang pernah menjadi pusat peradaban di Asia Tenggara.

Dengan belajar dari sejarah, Aceh dapat membangun masa depan yang lebih cerah, berlandaskan nilai-nilai budaya dan keadilan yang telah diwariskan oleh Sultan Iskandar Muda.

Mari kita renungkan pesan Sultan Rum kepada Sultan Iskandar Muda: “Pada zaman dahulu ada dua Raja Besar dunia, yaitu Raja Iskandar Zulkarnain di Barat dan Nabi Sulaiman di Timur. Maka pada zaman kita, Sultan Ahmet (Raja Rum) di Barat dan Sultan Iskandar Muda (Raja Aceh) di Timur.”


Komitmen untuk menjadikan nilai-nilai kepemimpinan Sultan Iskandar Muda sebagai pedoman pembangunan Aceh dapat diwujudkan melalui pendidikan generasi muda.

“Kita perlu memasukkan kisah-kisah kepahlawanan Sultan Iskandar Muda dalam kurikulum sekolah, agar anak-anak Aceh tumbuh dengan rasa bangga dan tanggung jawab untuk menjaga warisan leluhur mereka,” kata Cut Putri.

Selain pendidikan, penguatan ekonomi berbasis budaya juga menjadi strategi penting untuk menjadikan Aceh kembali berjaya.

Melalui pariwisata sejarah dan budaya, Aceh dapat memperkenalkan kejayaan masa lalu kepada dunia, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal.

Peringatan Haul Sultan Iskandar Muda ini diharapkan menjadi awal dari langkah besar untuk membawa Aceh menuju kejayaan baru, dengan tetap menghormati akar sejarah dan budaya yang telah menjadi dasar kebesaran Aceh Darussalam di masa lampau.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.