AI & Sepak Bola: Revolusi Mencari Bintang Masa Depan

Ilustrasi. (dok. Koran Aceh).

AI merevolusi dunia pencarian bakat sepak bola. Teknologi ini memantau 180.000 pemain muda dari 28 negara untuk menemukan bintang masa depan seperti Haaland atau Bellingham.

koranaceh.net | Pelatih sepak bola yang ingin meningkatkan performa tim mereka kini memiliki opsi baru yang menjanjikan. Sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) menawarkan solusi untuk menemukan bintang masa depan yang memiliki kualitas seperti Erling Haaland atau Jude Bellingham.

Teknologi ini dikembangkan oleh Eyeball, perusahaan digital scouting yang menggunakan video dan pelacakan otomatis untuk menganalisis performa hampir 180.000 pemain muda, sebagian besar remaja, dari 28 negara. Dengan mengklaim memiliki basis data video terbesar dalam sepak bola pemuda global, Eyeball membantu klub-klub elit dunia, termasuk 13 klub Liga Premier Inggris, untuk menemukan talenta potensial.

“Kami membayangkan di masa depan, pencarian ini akan dilakukan melalui perintah suara. Misalnya, seorang pencari bakat hanya perlu mengatakan, tunjukkan pemain seperti Steven Gerrard atau saya butuh gelandang box-to-box yang bisa mengubah jalannya pertandingan," kata David Hicks, salah satu pendiri Eyeball, di kutip dari guardian.com, Sabtu, 4 Januari 2025.

Eyeball mengembangkan delapan arketipe pemain sepak bola, seperti gelandang box-to-box, modern No. 9, playmaking No. 10, hingga inverted wing-back. Misalnya, gelandang box-to-box ideal adalah gabungan karakteristik dari Steven Gerrard, Kevin De Bruyne, hingga Jude Bellingham.

Untuk posisi penyerang modern No. 9, modelnya didasarkan pada atribut Erling Haaland, Robert Lewandowski, dan Harry Kane. Data performa pemain, seperti jarak lari, kecepatan, akselerasi, dan jumlah sprint, diukur menggunakan kamera khusus yang memantau setiap pergerakan di lapangan.

Dampak Global: Dari Afrika hingga Eropa

Teknologi ini tidak hanya diterapkan di negara-negara sepak bola mapan seperti Spanyol dan Prancis, tetapi juga di Ghana, Senegal, dan Pantai Gading. Bahkan, Eyeball menggunakan teknologi ini di negara-negara kecil seperti Burkina Faso, memungkinkan lebih banyak pemain muda dari wilayah kurang terekspos untuk menarik perhatian klub-klub besar.

Salah satu contoh keberhasilannya adalah Abdoulaye Kanté, gelandang muda Pantai Gading berusia 18 tahun yang kini bermain untuk klub divisi dua Prancis, Troyes. Pemain lain seperti Daniel Skaarud, sayap muda Norwegia berusia 17 tahun, telah bergabung dengan akademi Ajax, sementara Assane Ouedraogo, bek 19 tahun, pindah ke Charlotte FC di Major League Soccer (MLS).

Namun, efektivitas jangka panjang dari sistem ini masih perlu waktu untuk benar-benar terbukti. “Hanya dalam beberapa tahun ke depan kita akan tahu apakah pemain yang dipilih dengan bantuan AI benar-benar menjadi bintang,” ujar Hicks.

Sementara itu, perusahaan lain seperti Talnets, yang didukung oleh mantan bek tim nasional Inggris dan Arsenal, Sol Campbell, juga memanfaatkan AI untuk memantau pemain di Afrika dan Eropa Timur. Pendiri Talnets, Darko Stanoevski, menyebut AI sebagai cara untuk mendemokratisasi proses scouting yang selama ini kerap dipengaruhi oleh politik dan kepentingan agen.

“Proses scouting sering kali subjektif dan tidak adil. Dengan AI, kita bisa menghilangkan faktor-faktor tersebut,” kata Stanoevski, menyadur startupticker.ch, Sabtu, 4 Desember 2024.

Masa Depan Sepak Bola dan Peran AI

Selain membantu pencari bakat menemukan pemain yang sesuai dengan filosofi klub, teknologi ini bisa mengubah gaya permainan sepak bola di masa depan.

“Keputusan akhir tetap ada pada pelatih dan pencari bakat utama berdasarkan kebutuhan klub, seperti fisik atau gaya bermain tertentu. Namun, dalam jangka panjang, saya percaya AI akan mulai memengaruhi jenis pemain yang kita lihat di level tertinggi,” jelas Stanoevski.

Hicks menambahkan bahwa teknologi ini tidak hanya mencatat apa yang terjadi di lapangan, tetapi juga mencoba memprediksi bakat masa depan. “Kami bisa menunjukkan data dan perilaku khas dari video yang bisa menjadi indikasi bakat, bukan hanya statistik pertandingan,” katanya.

Dengan memanfaatkan AI, sepak bola kini memasuki era baru dalam pencarian talenta. Dari Afrika hingga Eropa, teknologi ini membuka peluang bagi pemain muda untuk mendapatkan perhatian klub-klub besar.

Meski efektivitasnya masih perlu dibuktikan, sistem ini telah memulai revolusi dalam dunia scouting di sepakbola.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.