Dua Kapal Berisi 147 Perempuan & 117 Laki-Laki Pengungsi Rohingya Berlabuh di Aceh Timur
![]() |
Personel Kepolisian Aceh Timur bersama pihak terkait setempat saat mendata pengungsi Rohingnya. (Foto: ig/@humasacehtimurpoldaaceh). |
Sebanyak 264 imigran Rohingya berlabuh di Aceh Timur. Pemerintah dan Kepolisian setempat tengah bekerja sama menangani para pengungsi.
Aceh Timur - Sebanyak 264 imigran etnis Rohingya mendarat di pesisir Kuala Sembilang, Gampong Alue Bu Jalan Baroh, Kecamatan Peureulak Barat, Kabupaten Aceh Timur, pada Minggu, 5 Desember 2025 sekitar pukul 22.00 WIB.
Kedatangan mereka menambah daftar panjang pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan di Aceh dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah setempat bersama aparat kepolisian dan lembaga internasional kini tengah berkoordinasi untuk menangani para pengungsi.
Merujuk akun media sosial instagram resmi Polres Aceh Timur, kedatangan imigran Rohingya ini pertama kali diketahui seorang nelayan setempat, M. Tayeub Abu Bakar, yang sedang mencari ikan di sekitar pantai Kuala Sembilang.
Sekitar pukul 21.15 WIB, ia melihat dua kapal bergandengan berada sekitar 200 meter dari bibir pantai. Namun, ia belum bisa memastikan apakah ada penumpang di kapal tersebut.
“Curiga dengan kedua kapal itu, saya langsung menghubungi pihak kepolisian Polsek Peureulak Barat,” kata M. Tayeub, dikutip dari @humasacehtimurpoldaaceh, pada Senin, 6 Januari 2025.
Tak lama setelah laporan diterima, kedua kapal tersebut merapat di Kuala Sembilang. Para penumpang yang kemudian diketahui sebagai imigran Rohingya turun ke daratan. Tim kepolisian dan pemerintah daerah pun segera menuju lokasi untuk memastikan situasi terkendali dan mendata para pengungsi.
Kapolres Aceh Timur, AKBP Nova Suryandaru, S.I.K., membenarkan kedatangan para imigran tersebut. “Kami sedang berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah daerah dan lembaga internasional, untuk menangani pengungsi ini secara tepat,” terang AKBP Nova.
Berdasarkan pendataan awal yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Aceh Timur, jumlah pengungsi yang mendarat mencapai 264 orang. Dari jumlah tersebut, 117 orang adalah laki-laki, sementara 147 lainnya perempuan. Mereka tiba dengan kondisi lelah setelah menempuh perjalanan panjang di lautan.
Kepala Bidang Politik Pemerintahan dan Keamanan Kesbangpol Aceh Timur, Syamsul Bahri, menyebutkan bahwa pihaknya terus berupaya memastikan kondisi para pengungsi tetap terpantau. “Kami juga sedang berkoordinasi dengan UNHCR untuk menentukan langkah penanganan lebih lanjut,” jelasnya yang disadur dari Antara Aceh.
***
Berlabuhnya pengungsi Rohingya di Aceh Timur bukanlah yang pertama. Sebelumnya, pada 1 Februari 2024, sebanyak 137 pengungsi Rohingya mendarat di pesisir Kuala Parek, Aceh Timur.
Pada 31 Oktober 2024, tercatat 93 imigran Rohingya ditemukan mendarat di Pantai Desa Meunasah Hasan, Kecamatan Madat, Aceh Timur dengan enam pengungsi dilaporkan meninggal dunia di laut.
Dan pada 30 November 2024, tercatat sebanyak 346 pengungsi mendarat di Kuala Ujung Perling, Desa Paya Peulawi, Kecamatan Bireuem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur.
Meski begitu, penanganan para pengungsi ternyata mengalami beragam persoalan. Seperti masalah fasilitas dan ditambah lagi dengan pengungsi yang melarikan diri dari penampungan sementara di Lapangan Sepak Bola Seuneubok Rawang, Peureulak Timur, Kabupaten Aceh Timur.
Dari total 346 pengungsi yang tiba pada tahun lalu, hanya 137 orang yang masih berada di penampungan sementara tersebut. Sisanya melarikan diri, sementara 10 lainnya telah dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Pidie.
Ihwal imigran yang berhasil kabur itu, Kepala Bidang Politik Pemerintahan dan Keamanan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Aceh Timur Syamsul Bahri, menduga ada pihak yang membantu mereka melarikan diri. “Mustahil mereka bisa kabur tanpa bantuan, ” tuturnya, dikutip dari Antara Aceh, Senin, 5 Januari 2025.
Kondisi ini membuat pemerintah daerah harus memperketat pengawasan terhadap pengungsi yang ada, sekaligus mempersiapkan langkah antisipasi untuk mencegah kejadian serupa.
Saat ini, kata Syamsul, pemerintah Aceh Timur bersama aparat kepolisian sedang menjalin koordinasi dengan lembaga internasional seperti UNHCR untuk menentukan langkah-langkah penanganan.
UNHCR, lanjutnya, sebagai lembaga yang menangani pengungsi lintas negara, memiliki peran penting dalam memastikan hak-hak para imigran terlindungi. Termasuk upaya pemindahan mereka ke tempat yang lebih aman.
Syamsul juga menambahkan bahwa setiap langkah penanganan akan diputuskan setelah koordinasi selesai. “Penanganan mereka menunggu hasil koordinasi lebih lanjut dengan UNHCR dan pihak terkait lainnya,” ucapnya.[]
Tidak ada komentar