Hampir 200 Orang Tewas dalam Bentrokan Pemerintah Baru Suriah dan Loyalis Assad
|
Asap hitam mengepul saat pihak berwenang memperpanjang jam malam di kota Latakia dan Tartus di barat laut Suriah pada Jumat (7/3/2025). (Foto: Getty Images/Anadolu). |
Hampir 200 orang tewas dalam bentrokan antara pasukan pemerintah baru Suriah dan loyalis Presiden Assad. Kekerasan terburuk sejak kejatuhan Assad terjadi di pesisir Suriah.
koranaceh.net – Hampir 200 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara pasukan pemerintah baru Suriah dan loyalis mantan Presiden Bashar al-Assad. Kekerasan ini disebut sebagai yang terburuk sejak kejatuhan rezim Assad pada Desember lalu.
Menurut kelompok pemantau hak asasi manusia, bentrokan terjadi setelah pasukan pemerintah menyerang tiga desa di dekat pesisir Suriah sebagai balasan atas serangan terhadap pasukan keamanan pemerintah oleh loyalis Assad.
Baca Juga:
Studi: Jumlah Korban Perang Gaza Jauh Lebih Tinggi dari Laporan Resmi
Bentrokan antara kedua kubu telah berlangsung sejak rezim Assad digulingkan oleh kelompok pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di Inggris, hampir 200 orang tewas dalam kekerasan terbaru ini. Korban tewas termasuk 69 warga sipil di tiga desa, 50 anggota pasukan pemerintah, dan 45 pejuang loyalis Assad.
Kekerasan terbaru dimulai ketika pasukan pemerintah berusaha menangkap seorang buronan di dekat kota pesisir Jableh pada Kamis, 6 Maret 2025. Namun, mereka disergap oleh loyalis Assad.
Sebagai balasan, pasukan pemerintah menyerang tiga desa, yaitu Sheer, Mukhtariyeh, dan Haffah, pada Kamis dan Jumat. “Mereka membunuh setiap pria yang mereka temui,” kata Rami Abdurrahman, kepala SOHR, seperti dikutip dalam laporannya.
Baca Juga:
Lima Jurnalis Tewas dalam Serangan Israel di Gaza: Kendaraan Bertanda
"Press" Jadi Sasaran
Saluran televisi Al-Mayadeen yang berbasis di Beirut juga melaporkan serangan terhadap tiga desa tersebut, menyebutkan bahwa lebih dari 30 pria tewas di desa Mukhtariyeh saja.
Meskipun otoritas Suriah tidak merilis jumlah korban tewas secara resmi, kantor berita pemerintah Sana mengutip seorang pejabat keamanan yang mengatakan bahwa banyak orang pergi ke pesisir untuk membalas serangan baru-baru ini terhadap pasukan keamanan pemerintah.
Pejabat tersebut, yang tidak disebutkan namanya, dilansir dari dailymail.co.uk mengatakan bahwa tindakan tersebut “menimbulkan beberapa pelanggaran individual, dan kami sedang berupaya menghentikannya.”
Untuk meredakan ketegangan, pemerintah mengirim pasukan tambahan ke kota pesisir Latakia dan Tartus serta desa-desa sekitarnya.
Baca Juga:
AS Bombardir Houthi di Yaman Usai Serangan Rudal Hantam Tel Aviv
Daerah ini merupakan basis dukungan lama Assad dan dihuni oleh komunitas Alawite, sekte minoritas yang dipimpin oleh Assad. Saat ini, jam malam masih berlaku di Latakia dan wilayah pesisir lainnya.
Pemerintah baru Suriah telah berjanji untuk mempersatukan negara itu setelah 14 tahun perang saudara. Namun, loyalis Assad dituding bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan keamanan baru dalam beberapa pekan terakhir.
Selain itu, ada juga serangan terhadap komunitas Alawite, meskipun pemerintah baru menegaskan bahwa mereka tidak akan mengizinkan hukuman kolektif atau balas dendam sektarian.
Geir O. Pedersen, Utusan Khusus PBB untuk Suriah, dalam pernyataan tertulisnya menyerukan agar semua pihak menghindari tindakan yang dapat memperburuk ketegangan.
Baca Juga:
Serangan Rudal Houthi Hantam Israel Tengah, 20 Orang Terluka
“Semua pihak harus menahan diri dari tindakan yang dapat memicu konflik, memperburuk penderitaan masyarakat, dan membahayakan transisi politik yang kredibel dan inklusif,” tulisnya.
Dengan situasi yang masih memanas, upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Suriah menghadapi tantangan berat. Kekerasan terbaru ini mengingatkan dunia akan kompleksitas konflik di Suriah dan perlunya solusi berkelanjutan untuk mengakhiri penderitaan rakyat Suriah. []
Tidak ada komentar