Mahasiswa Teknik USK Kenalkan Teknologi IoT untuk Edukasi Kualitas Air Bersih di SMAS Babul Maghfirah

Daftar Isi

Ilustrasi. (Foto: pennyu.co.id).
Ilustrasi. (Foto: pennyu.co.id).

Mahasiswa Teknik USK edukasi siswa SMAS Babul Maghfirah tentang air bersih menggunakan alat monitoring berbasis IoT. Inovasi ini jadi media ajar baru.

koranaceh.net | Aceh Besar – Mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (USK) memperkenalkan teknologi monitoring kualitas air berbasis Internet of Things (IoT) kepada para siswa di Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) Babul Maghfirah, Aceh Besar.

Kegiatan yang merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya air bersih melalui pendekatan edukasi dan teknologi modern.

Rangkaian program yang berlangsung sejak akhir Agustus ini berpuncak pada sesi praktik langsung pada Sabtu (20/9/2025). Dalam sesi ini, para siswa tidak hanya belajar teori tentang bahaya air tercemar, tetapi juga secara aktif mencoba menggunakan alat monitoring canggih yang mampu mengukur berbagai parameter kualitas air secara real-time.

Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Muhammad Dani Supardan, yang menekankan peran vital air bersih sebagai penentu masa depan generasi yang sehat.

“Air bersih bukan hanya kebutuhan dasar, tetapi juga penentu masa depan generasi yang sehat. Melalui kegiatan ini kami ingin menanamkan kesadaran sejak dini kepada para siswa agar lebih peduli terhadap kualitas air di lingkungan mereka,” ujar Prof. Dani Supardan.

Puncak antusiasme siswa terjadi saat sesi praktik, di mana mereka diperkenalkan pada alat monitoring air berbasis IoT. Teknologi ini memungkinkan pemantauan beberapa parameter kunci secara digital, seperti suhu, tingkat keasaman (pH), kekeruhan (turbidity), dan kadar zat terlarut (Total Dissolved Solids atau TDS). Para siswa terlihat tertarik saat melihat bagaimana perubahan kondisi air dapat langsung ditangkap oleh sensor dan ditampilkan dalam bentuk data digital di layar monitor.

Menurut Ketua Tim KKN Tematik, Dr. Ir. Nanda Suriaini, S.T., M.T., alat monitoring ini bukan sekadar alat peraga. Alat ini dikembangkan melalui hibah Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Produk (PkMBP) dan dirancang untuk memiliki fungsi ganda. Selain sebagai alat deteksi kualitas air di lingkungan sekolah dan asrama, alat ini juga diharapkan dapat menjadi bahan ajar praktis.

“Harapan kami, alat ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pendeteksi kualitas air, tetapi juga menjadi bahan ajar dalam mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU). Menurut sekolah, muatan materi rekayasa dalam PKWU masih perlu diperkaya, dan inilah kesempatan kami berkolaborasi untuk menciptakan solusi berbasis teknologi,” ungkap Dr. Nanda.

Kepala SMAS Babul Maghfirah, Afrianto, menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, program tersebut berhasil menumbuhkan sikap peduli siswa terhadap isu lingkungan yang sangat krusial.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Semoga anak-anak bisa menerapkan ilmu yang mereka dapatkan, sehingga tercipta generasi yang sehat dan lingkungan sekolah yang lebih bersih,” ujarnya.

Program yang melibatkan delapan mahasiswa KKN dan tiga dosen pembimbing ini menjadi contoh konkret bagaimana kolaborasi antara perguruan tinggi dan sekolah dapat menciptakan inovasi dalam pembelajaran. Pengenalan teknologi IoT sejak dini diharapkan dapat membekali siswa dengan wawasan untuk menjawab tantangan lingkungan di masa depan, sekaligus menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kelestarian sumber daya air. [pfn]