Kementerian ATR/BPN Pastikan Cabut SHGB di Pagar Laut Tangerang
Daftar Isi
Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid, saat jumpa pers usai rapat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, (30/1/2025). (Foto: dok. koranaceh.net). |
Menteri ATR/BPN Nusron Wahid memastikan pencabutan SHGB di kawasan pagar laut Tangerang tetap berjalan. Hingga kini, 209 sertifikat telah dibatalkan, sementara 13 lainnya masih dalam proses penelaahan.
koranaceh.net | Jakarta ‒ Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(ATR/BPN) memastikan pencabutan Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) di kawasan
pagar laut Tangerang tetap berjalan.
Menteri ATR/BPN Nusron Wahid membantah
kabar yang menyebutkan bahwa kementeriannya membatalkan rencana tersebut. "Saya katakan berita itu tidak benar," kata Nusron seperti dikutip dari
Antara, Minggu, 23 Februari 2025.
Baca Juga:
Nusron merinci saat ini terdapat 263 SHGB dan 17 Sertifikat Hak Milik (SHM) di
kawasan tersebut. Dari total sertifikat itu, sebanyak 58 berada di dalam garis
pantai, sementara 222 lainnya di luar garis pantai.
Ia menegaskan semua sertifikat yang berada di luar garis pantai akan
dibatalkan tanpa memandang siapa pemiliknya. "Sampai saat ini sudah dibatalkan
209 sertifikat," ujarnya.
Lebih lanjut, Nusron menjelaskan masih ada 13 sertifikat SHGB yang tengah
dalam proses penelaahan. Hal ini dikarenakan bidang tanah dalam sertifikat
tersebut sebagian berada di dalam garis pantai, sementara sebagian lainnya
berada di luar.
"Kalau memang di dalam garis pantai ada SHGB pemilik sahnya, kalau memang
benar ya tidak dibatalkan. Kalau yang tidak benar semua dibatalkan," kata Nusron.
Baca Juga:
Selain itu, ia juga mengungkap adanya keterlibatan oknum pejabat di
lingkup Badan Pertanahan Nasional (BPN) Bekasi dalam kasus pemagaran laut di
wilayah Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Ia menyebut oknum yang terlibat berada di level kepala seksi (kasi), terutama
yang bertanggung jawab atas proses pengukuhan sertifikat. Namun, hasil investigasi internal Kementerian ATR/BPN menyimpulkan tidak ada
keterlibatan pejabat eselon 1 dan 2, termasuk Kepala Kantor Pertanahan di
Bekasi. "Ya memang nggak terlibat," kata Nusron.
Meskipun demikian, ia menegaskan pejabat eselon 1 dan 2 tetap memiliki peran
dalam pengawasan, terutama dalam program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) yang menjadi tanggung jawab tim ajudikasi.