Aceh Kini Memiliki Pemimpin Baru: Tugas dan Harapan Ada pada Mualem-Dek Fadh
Hamdan Budiman
*Pemred Koran Aceh
Kepemimpinan baru di bawah Muzakir Manaf dan Fadhullah diharapkan membawa harapan segar bagi rakyat Aceh. Mampukah pasangan ini menjawab ekspektasi masyarakat?
koranaceh.net - Tujuh Februari 2025 mendatang, Aceh akan menyambut pemimpin baru hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Muzakir Manaf dan Fadhullah secara resmi bakal dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, ini menandai babak baru dalam perjalanan pemerintahan daerah ini.
Pasangan ini dihadapkan pada tugas besar untuk membawa perubahan signifikan bagi daerah dan masyarakat Aceh, yang telah lama berjuang untuk memulihkan diri dari berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan politik.
Muzakir Manaf, seorang politikus senior dengan pengalaman luas dalam pemerintahan karena pernah menjadi Wakil Gubernur Aceh Pada periode lalu bersama Zaini Abdulah.
Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem sampai saat ini juga menjadi Ketua Partai Aceh, sejak partai politik lokal itu didirikan. Partai Aceh memilki kursi mayoritas di Parlemen Aceh.
Baca Juga:
Kedamaian Terwujud Dengan Saling Asih, Bukan Berselisih
Mualem juga Panglima Gerakan Aceh Merdeka, organisasi perlawan Aceh itu sudah menyatakan perang terhadap kekuasan Indonesia di Aceh sejak diproklamilkan kembali Negera Aceh oleh Dr. Teungku Hasan di Tiro pada 4 Desember 1976.
Setelah perjanjian damai dengan Indonesia yang disepakati di Helsinki, Filandia, kombatan GAM bertransformasi menjadi Komite Peralihan Aceh (KPA), dan Mualem menjadi Ketuanya sejak organisasi itu didirikan.
Tentu bukan Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo, seperti Jabatan pemberian Seokarno pada Daud Beureueh, Mualem adalah pilihan Rakyat Aceh melalui demokrasi yang dikenal dengan pilkada.
Ada sejumlah gubernur yang pernah memerintah di Aceh, sejak Kesulatan Aceh diruntuhkan oleh Belanda; ada Gubernur militer Hindia Belanda pertama di Aceh adalah Johan Harmen Rudolf Köhler. Ia mulai menjabat pada tahun 1873.
Baca Juga:
Pendengung: Suara yang Tidak Terlihat
Selanjutnya;Jan van Swieten dan Gustave Verspyck, menjabat pada tahun 1873, Johannes Ludovicius Jakobus Hubertus Pel, menjabat pada tahun 1874, Gerardus Wiggers van Kerchem, menjabat pada tahun 1876, dan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen, menjabat pada tahun 1905-1908
Berikut Gubernur setelah Indonesia Merdeka; Mr Mohammad Hasan berkuasa di Sumatera dan Aceh 1945, Teuku Nyak Arief 1945-1946, Teuku Daud Syah 1947-1948, Tgk. Daud Beureueh 1948-1951, Danu Broto 1951-1952, Teuku Sulaiman Daud 1952-1953, Abdul Wahab 1953-1955, Abdul Razak 1955-1956, Ali Hasjmy 1957-1964, Nyak Adam Kamil 1964-1966, H. Hasbi Wahidi 1966-1967, A. Muzakkir Walad 1967-1978, Prof. Dr. A. Madjid Ibrahim 1978-1981, H. Hadi Thayeb 1981-1986, Prof. Dr. Ibrahim Hasan 1986-1993, Prof. Dr. Syamsudin Mahmud 1993-2000, Abdullah Puteh 2000- 2004, Irwandi Yusuf 2007-2012, Zaini Abdullah 2012- 2017, Irwandi Yusuf 2017 - 2018 dan Nova Iriansyah 2020.
Tentu dengan terpilihnya Mualem sebagai Gubernur Aceh yang kesekian dibawah Indonesia Merdeka, bukan kolonialis Hindia Belanda, diharapkan dapat memberikan arah yang jelas dan tegas bagi Aceh.
Sementara itu, Fadhullah, dengan latar belakangnya bidang ekonomi dengan gelar serjana ekonomi, serta mantan anggota DPR - RI, saat ini Ketua DPD Gerindra Aceh dan yang terlebih penting mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka atau TNA, tentu saja diharapkan akan memainkan peran penting dalam mengimplementasikan program-program yang pro-rakyat.
Baca Juga:
Sang Ular Tengah Menelan Ekornya
Seperti janji kampanye keduanya berkomitmen untuk mewujudkan Aceh yang lebih baik, lebih sejahtera, dan lebih damai.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh pasangan ini adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh, yang masih berada di bawah rata-rata nasional dalam banyak indikator kesejahteraan.
Program-program berbasis ekonomi perlu dikembangkan untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan mengurangi angka pengangguran.
Dalam beberapa tahun terakhir, Aceh telah menunjukkan potensi yang luar biasa dalam sektor Migas, pertanian, kelautan, dan pariwisata. Maka, momentum ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing dan menarik investasi.
Di samping itu, isu pendidikan dan kesehatan juga harus menjadi perhatian utama. Pasangan Mualem - Dek Fadh perlu prioritaskan peningkatan mutu pendidikan di semua tingkat, terutama dalam pendidikan dasar dan menengah.
Akses terhadap pendidikan yang berkualitas akan menjadi kunci dalam menciptakan generasi muda Aceh yang siap bersaing di tingkat nasional maupun global.
Begitu pula dalam sektor kesehatan, di mana mereka harus merumuskan kebijakan yang dapat meningkatkan layanan kesehatan dasar serta memperbaiki fasilitas kesehatan, khususnya di daerah terpencil.
Tantangan lain yang tak kalah penting adalah menciptakan stabilitas politik dan keamanan. Pasca-konflik, Aceh telah bertransformasi secara signifikan, namun dinamika sosial yang kompleks masih menyisakan potensi ketegangan.
Baca Juga:
Tragedi di Rest Area: Ketika Oknum Penegak Hukum Menjadi Pelanggar Hukum
Mualem - Dek Fadh harus mampu merangkul semua elemen masyarakat, termasuk mereka yang berbeda pandangan politik, untuk membangun rasa kebersamaan dan saling menghormati.
Kemampuan dalam menciptakan dialog yang konstruktif antara pemerintah dan masyarakat akan menjadi aspek kunci dalam membangun kepercayaan dan mengurangi ketegangan.
Kinerja pemerintah daerah yang transparan dan akuntabel juga harus menjadi prioritas. Masyarakat Aceh berhak untuk mengetahui bagaimana anggaran daerah digunakan dan program-program yang dijalankan.
Oleh sebab itu, Mualem-Dek Fadh perlu membangun sistem informasi yang baik serta melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan.
Kesuksesan Mualem-Dek Fadh dalam menjalankan roda pemerintahan Aceh tidak akan datang dengan sendirinya. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk menciptakan perubahan yang signifikan.
Baca Juga:
Mengapa Kekerasan Berakar dari Cara Kita Berpikir?
Dengan komitmen yang kuat dan kerja keras, diharapkan Aceh dapat maju dan sejahtera, menjadi daerah yang aman, berdaya saing, dan penuh harapan di masa depan.
Aceh kini memiliki peluang emas untuk bangkit, dan harapan tersebut bergantung pada kepemimpinan baru yang diisi oleh Mualem dan Dek Fadh.[]
Tidak ada komentar