Ketiak Ular

Ilustrasi. (Dok. Koran Aceh).
Ilustrasi. (Dok. Koran Aceh).

Hamdan Budiman
*Pemred Koran Aceh

Pembicaraan panjang tanpa arah tak selalu membawa manfaat. Bijaksanalah dalam berbicara—fokus pada isi, bukan hanya kata.

koranaceh.net - Idiom merupakan salah satu warisan budaya dalam bahasa Indonesia. Salah satu ungkapan atau idiom "ketiak ular", ungkapan mengenai fenomena orang-orang yang berbicara tanpa henti dan tak boleh dipotong pembicaraannya.

Ketiak Ular, juga menjelaskan bagaimana suatu percakapan dapat memiliki sudut pandang yang bervariasi, tanpa bisa memastikan hasil yang baik atau buruk. “Lage haba bak keude kupi”

Istilah "ketiak ular" sendiri dapat dipahami melalui gambaran fisik ular yang panjang dan fleksibel. Ketika kita berpikir tentang "ketiak ular," kita tidak hanya merujuk pada fisik hewan tersebut, tetapi juga perilaku yang mencakup semakin panjangnya pembicaraan atau diskusi, terkadang tanpa unjung pangkal.

Seperti halnya pergerakan ular yang tidak terputus dan seringkali tidak jelas arahnya, cakap tanpa henti, seperti pembicaraan yang bisa sangat meluas dan tak terarah.

Baca Juga:
Aceh Kini Memiliki Pemimpin Baru: Tugas dan Harapan Ada pada Mualem-Dek Fadh

Idiom ketiak ular ini tidak menilai positif atau negatifnya komunikasi tersebut; sebaliknya, ia menggambarkan sifatnya yang netral namun panjang lebar.

Kita sering menemui situasi di mana suatu percakapan tidak dapat dipastikan membuahkan hasil yang konstruktif atau merugikan.

Dalam banyak kasus, ada kalanya seseorang terus berbicara, tetapi isi dari pembicaraan tersebut tidak membawa pembelajaran baru atau hanya berputar di tempat. 

Ini mirip dengan ular yang bergerak di tempat, meski panjang, tidak menuju ke mana-mana.

Baca Juga:
Kedamaian Terwujud Dengan Saling Asih, Bukan Berselisih

Salah satu contoh penerapan ungkapan "ketiak ular" dapat kita lihat dalam diskusi yang berlangsung di forum-forum publik, baik secara langsung maupun di media sosial. 

Dalam konteks ini, banyak orang menyampaikan pendapat, kritik, atau bahkan rumor tanpa henti. Pertukaran informasi yang masif ini memiliki potensi untuk menghasilkan baik diskusi yang konstruktif ataupun sebaliknya, menciptakan kegaduhan yang tidak jelas arahnya.

Seringkali, pembicaraan yang panjang tanpa henti ini disebabkan oleh keinginan individu untuk mengungkapkan diri, tanpa memperhatikan dampak yang mungkin timbul. 

Mungkin saja mereka merasa memiliki banyak ide atau informasi yang ingin disebarkan, sehingga cakap tanpa henti menjadi pilihan.

Baca Juga:
Pendengung: Suara yang Tidak Terlihat

Namun, hal ini bisa menjadi masalah ketika komunikasi menjadi tidak produktif, hanya untuk memenuhi hasrat berbicara tanpa tujuan yang jelas.

Dalam konteks pendidikan dan pengembangan diri, sikap mendengarkan dan berpikir kritis menjadi sangat penting.

Ungkapan ketiak ular ini mengajak kita untuk lebih bijaksana dalam berkomunikasi. Kita harus menyadari bahwa tidak semua pembicaraan perlu dilakukan secara terus-menerus; terkadang, berbicara lebih sedikit namun lebih substansial dapat memberi dampak yang lebih besar. 

Ungkapan "ketiak ular" mengingatkan kita akan sifat komunikasi yang bisa berjalan tak terputus, tanpa jaminan hasil yang baik atau buruk.

Baca Juga:
Akhir Cerita Mengenai Kepala BPMA

Ini adalah pelajaran berharga yang relevan di era informasi saat ini, di mana kita dikelilingi oleh berbagai percakapan yang tidak ada habisnya. 

Dengan memahami dan merenungkan ungkapan berbicara seperti ketiak ular, kita diajak untuk menjadi komunikator yang lebih efektif, fokus pada isi dan dampak dari pembicaraan kita.[]

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.