Presiden Rex: Mengaku Kecewa dan Malu Dianggap Tak Layak Tampil oleh Kabid Disbudpar Aceh
Presiden Rex (Hasbi Burman (77 thn)
penyair nasional, Selasa (14/6/2022)
Banda Aceh - Hasbi Burman alias Presiden Rex mengaku kecewa dan malu atas pelecehan yang dilakukan oleh oknum salah satu Kepala Bidang di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, ia merasa tidak layak seorang Kabid di dinas pengayom sastrawan berkata menyakiti, seharusnya bersikap santun, Selasa (14/6/2022).
Pasalnya, ungkap Hasbi kepada media www.koranaceh.net, dirinya merasa aneh, jika sosok seperti dirinya dianggap tidak layak berkarya dan tampil di hadapan publik seni budaya Aceh, semestinya ada ungkapan bahasa lain yang lebih santun untuk disampaikan kepadanya ketika ia menghadap Kabid tersebut di Disbudpar Aceh pada Mei lalu.
"Saya merasa aneh dan sangat kaget, kenapa beliau sang Kabid mengeluarkan kata-kata semacam ini 'kalau Anda yang membaca puisi, penonton akan lari', itu sebuah ungkapan yang menghina menurut saya", ungkapnya.
"Sepatutnya ada pilihan kata-kata lain yang layak disampaikan ke saya, apalagi soal ketidaksediaan beliau misalnya jika saya dilibatkan dalam suatu acara seni budaya yang pelaksananya Disbudpar Aceh," lanjutnya.
Sementara selama ini diketahui, Hasbi Burman selaku penyair tetap berkiprah aktif dalam berbagai acara sastra, pada era Kabid-kabid sebelum ini, dirinya sering mendapat kesempatan manggung.
Hasbi sebagai tokoh yang kerap dikenal Presiden Rex tersebut menyebut bahwa karir sastranya telah menjajaki wilayah Asia, antarnya Bangkok-Thailand, Kualai Lumpur, Alur Star Keudah- Tanjung Bunga-Penang (Malaysia).
Kiprah nasional Hasbi selama ini di Indonesia sendiri ia kerab baca puisi di era peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka di Taman Budaya Solo, Taman Budaya-Medan.
Karena itu pulalah Hasbi mengatakan melalui media, bahwa Kabid tersebut tidak tahu menahu sosok dirinya, sehingga menghinanya dan dirinya mengaku ditertawakan di hadapan staf pegawai sang oknum Kabid saat ia sedang melakukan upaya koordinasi jelang sebuah even sebagaimana amanah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
" Saya bertemu Kepala Disbudpar, Pak Jamal saya tanyakan soal even, untuk hal itu, saya diminta menghadap Kabid beliau, namun jawaban saat bertemu malah mengacewakan dan malah saya dapat hinaan," jelasnya.
"Sebaiknya, sebagai lembaga yang harus memberi dan mengapresiasi karya para seniman di Aceh, petugas setingkat Kabid di Disbudpar Aceh mampu membaca situasi,
membuka diri untuk mendorong kesuksesan acara sastra, kecuali sudah ada keputusan bahwa sastra tidak ada peluang lagi kiprahnya, maka saya sebagai penyair tidak lagi mengharap apapun, namun padahal Aceh dikenal tinggi peran sastranya dalam sejarah maupun pembangunan," paparnya menjelaskan kekecewaan.
"Seleksi bijak perlu dilakukan pihak penyelenggara seni budaya, tanpa itu, sulit memaknai bahwa konten pertunjukan sudah mewakili nilai kebudayaan Aceh, jangan sampai teka-teki pun malah dianggap karya seni, itu Khan asah otak, semacam cerdas cermat, dia layak ada tapi tidak di panggung seni," protesnya.
"Poinnya, saya tidak kecewa soal tidak diberikan panggung untuk tampil di negeri sendiri membaca puisi, namun saya kecewa soal bahasa yang melecehkan yang keluar dari pengayom setingkat Kabid di Disbudpar," tutupnya dengan geram.
Tidak ada komentar