STOP Rasisme; Tidak Ada yang Sempurna untuk Menyebut Ras Strata Tertentu
![]() |
Siti Aklima, Mahasiswi UIN Ar-Raniry, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Prodi Sosiologi Agama Jumat (5/6/2020). Foto: Ist.
|
Stop Rasisme!!
Rasisme merupakan pandangan terhadap ideologi atau paham yang dianut oleh masyarakat yang menolak atau tidak suka pada suatu golongan masyarakat tertentu yang biasanya berdasarkan rasnya, derajat, dan lain sebagainya.
Hinaan fisik, suku, dan ras juga disebut dengan rasisme. kerapkali ditemukan dalam kehidupan masyarakat Indonesia ialah tindakan rasisme pada masyarakat Papua yang hidup dan tinggal di Pulau Jawa.
Biasanya mahasiswa/i berada di Jawa untuk melanjutkan jenjang pendidikan, akan tetapi kerapkali pula mendapatkan cibiran terkait warna kulit. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia tidak bertoleransi terhadap orang Papua selaku pendatang di kota itu.
Jadi, Rasisme atau rasis hampir 11:12 dengan perbuatan diskriminasi.
Di zaman sekarang orang-orang yang berpandangan rasis sangat banyak, bahkan anak muda zaman sekarang (sadar tidak sadar) termasuk orang-orang yang juga menganut paham seperti ini, paham rasisme.
Contoh paling konkret dalam hal memilih teman atau dalam hal pergaulan. Itulah sebabnya mengapa banyak sekali pengelompokan sosial di tengah-tengah kehidupan anak muda saat ini, sehingga banyak sekali stereotipe (pandangan terhadap kelompok tertentu) yang dibilang tidak sesuai.
Ada kelompok yang dipandang 'elit', ada kelompok yang dipandang 'jelek', geng motor, geng mobil, dan lain sebagainya. Memang pengelompokan seperti itu sebenarnya lumrah, yang salah apabila kita punya stereotipe negatif ke kelompok tertentu, sehingga kita tidak mau join atau kerjasama dengan mereka, atau kita membentuk kelompok karena kita merasa superior dan tertutup dengan yang lain.
Bicara tentang hal ini memang tiada habis-habisnya. Rasisme seakan sudah meracuni anak muda zaman sekarang ini, bahkan mungkin ini faktor yang menyebabkan perbedaan-perbedaan kelas sosial.
Sebenarnya jika kita cerdas kita bisa berpikir, manusia ciptaan Tuhan itu tidak ada yang sempurna, kalau kita menuntut hal yang sempurna di mata kita jelas itu mustahil. Entah apa jadinya jika terus berpikir demikan.
Lebih baik menjadi seseorang yang berpikir realistis, hadapi kenyataan bahwa tidak ada yang sempurna di muka bumi ini.
*Penulis adalah mahasiswi UIN-Arraniry Fak. Ushuluddin dan Filsafat, Prodi Sosiologi Agama
Tidak ada komentar