REVIEW BUKU; Membangun Kompromis Antara Konsep Water Balance dengan Pembangunan pada DAS
![]() |
Buku Membangun Kompromis Antara Konsep Water Balance dengan Pembanguan pada DAS. |
Oleh: Razuardi Ibrahim, ST, MT
Pada 2015, di saat orang-orang di berbagai tempat saling debat tentang perusakan lingkungan, baik kelompok yang berkapasitas legal hingga yang tidak paham terhadap hal yang dibicarakan, beberapa kawan relawan 'Hutan Wakaf' menyarankan agar dibuatkan tulisan praktis untuk pemahaman salah satu aspek lingkungan, yakni sekilas tentang daerah aliran sungai (DAS).
Menariknya, beberapa lembaga yang
melebelkan aktivitasnya di bidang lingkungan kerap melakukan hujat sesama tanpa
memperhatikan dasar debat yang diusung.
Indikasi ke arah ini jelas terungkap
tatkala dilakukan upaya penyatuan antar lembaga untuk membangun keterpaduan
konsep kerja, seperti membangun Forum DAS dan beberapa yang lain, debat yang
terjadi berdampak kepada gagalnya tujuan dimaksud.
Tentu ada hal yang menghambat capaian,
salah satunya konsep terukur yang semestinya dipahami bersama sehingga
instrumen dan ukuran capaian juga disepakati bersama.
Mengilas tentang saran relawan 'Hutan Wakaf' lima tahun silam, di antaranya Aceh Indiphoto, Akmal Senja, Advokat
Nourman, Yenk, dan beberapa yang lain, benar adanya.
Tulisan berbentuk buku dengan tajuk 'Membangun Kompromis Antara Konsep Water Balance Dengan Pembangunan Pada DAS' adalah berisi berbagai poin yang dibicarakan pada beberapa pertemuan relawan lingkungan relatif, pertemuan tersebut telah mampu menggiring persamaan persepsi sehingga memperkecil debat tanpa arah.
Tulisan berbentuk buku dengan tajuk 'Membangun Kompromis Antara Konsep Water Balance Dengan Pembangunan Pada DAS' adalah berisi berbagai poin yang dibicarakan pada beberapa pertemuan relawan lingkungan relatif, pertemuan tersebut telah mampu menggiring persamaan persepsi sehingga memperkecil debat tanpa arah.
Artinya, ragam bahasan memerlukan capaian
terukur melalui standar dan batasan sehingga debat menyoal dampak lingkungan terhadap sebuah pembangunan menjadi lebih terjelaskan seluk beluknya.
Hal ini dengan demikian menjadi bagian diskursus cukup relevan, terbangun dari pemahaman konsep serta realitas yang tidak
merambah ke wilayah kontra produktif dalam mencapai tujuan, yakni pembangunan itu sendiri demi kemajuan bersama.
Tidak ada komentar