TOLAK BALA MEUJALATEH; Kembali ke Dasar Keyakinan Orang Aceh



Oleh: Nab Bahany As


Mengapa kita seperti tidak lagi menyakini doa-doa tolak bala, sebagaimana yang telah dipraktekkan dulu oleh ulama-ulama kita di Aceh. Bila ada suatu bala yang melanda Nanggroe Aceh, para ulama dan tengku-tengku di gampong bersatu padu, mengajak masyarakat di gampongnya masing-masing untuk membaca Yasin bersama di Meunasah sampai 7 malam berturut-turut, dengan niat bermunajad kepada Allah, agar bala yang menimpa Nanggroe Aceh dapat dijauhkan oleh Allah Subhanahuwa Ta'ala.

Masyarakat Aceh dahulu sangat menyakini, bacaan Surat Yasin secara bersama-sama oleh semua warga gampong di meunasahnya masing-masing selama 7 malam berturut-turut, dengan niat memohon kepada Allah agar suatu bala yang sedang menimpa kampungnya, daerahnya dapat segera dijauhkan oleh Allah.

Biasanya, doa-doa tolak bala itu dilakukan masyarakat Aceh dahulu, ketika menghadapi sebuah bala penyakit 'Ta'eun' yang cepat sekali menular, hingga menjatuhkan korban yang tak terhindarkan.
Setelah membaca Suarat Yasin di meunasah 7 malam berturut-turut, pada malam terakhir semua jamaah Yasinan (warga gampong) secara beramai-ramai, dengan menyalakan obor (suwa) mengelilingi semua jurong-jurong gampong.

Saat itu secara beramai-ramai pula ketika mengelilingi jurong gampong itu, jamaah membacakan: "Waqul jaa-al haqqu wahazaqal baathil, innal baathila kaana zahuuqa". (Dan katakan, kebenaran telah datang, kebathilan pasti lenyap) bersumber dari Q.S. Al-Israa: 17: 81.

Ayat Qulja itu dibacakan dengan maksud untuk mendoakan agar dijauhkan yang bathil (bala), untuk datang sebuah kebenaran yang menyelamatkan. Keyakinan tolak bala ini dalam  masyarakat Aceh dulu, ada yang menyebutnya "meujalateh", karena dalam mengelilingi gampong untuk tolak bala ini juga dilafalkan "Yaalati Fulan tazan...", dan ada juga yang menyebutnya "Hoi Quulja", sebutan itu tergantung daerahnya di Aceh.

Nah, kenapa keyakinan tolak bala Meujalateh ini yang telah menjadi keyakinan ulama-ulama Aceh dulu tidak lagi kita praktekkan dalam menghadapi penyakit wabah virus Corona sekarang ini di Aceh. Apakah cara berfikir kita saat ini sudah terlalu modern. Sehingga seakan sekarang ini kita tidak percaya lagi pada kekuatan-kekuatan religius dari agama yang diyakini.

Memang kekuatan keyakinan bersifat natural riligius ini tidak dapat kita buktikan secara ilmiah. Akan tetapi, di awal-awal terjangkitnya virus Corona di Aceh, kita masih ingat beberapa daerah di Aceh, masyarakatnya masih melakukan prosesi keyakinan tolak bala itu dengan membaca Yasin 7 malam beturut-turut, dan dilanjutkan dengan bacaan-bacaan doa tolak bala secara beramai-ramai berkeliling gampong mereka masing-masing.

Lalu pertanyaannya, apakah dengan prosesi doa tulak bala yang dilakukan orang kampung di Aceh saat itu di awal-awal bulan Maret 2020, ada pengaruhnya bagi penyebaran virus Ta'eun Corona di Aceh ketika itu? Tentu kita tak bisa menjawabnya. Karena pengaruh keyakinan itu tidak bisa kita buktikan secara ilmiah akademik.

Yang jelas, saat itu kita di Aceh, pasien positif Corona masih bisa dihitung jari. Bahkan sampai habis bulan puasa kemaren, kita di Aceh termasuk daerah yang diberi predikat oleh Gugus Tugas Covid-19 Nasional, Aceh termasuk daerah yang paling berhasil menekan penyebaran virus Corona.

Keberhasilan itu, menurut Gugus Tugas Covid-19 Nasional, karena masyarakat Aceh mampu memanfaatkan kearifan lokalnya dalam mencegah penyebaran Covid-19 di daerahnya, sehingga Gugus Tugas Covid-19 Nasional menghimbau daerah lain untuk belajar ke Aceh dalam hal menangani keberhasilan pencegahan virus Corona.

Kearifan lokal masyarakat Aceh dalam pencegahan virus Corona ini, salah satunya itulah prosesi-prosesi keyakinan doa-doa tolak bala yang dilakukan masyarakat Aceh dengan caranya tersendiri.
Oleh karenanya, dalam kondisi penyebaran Covid-19 di Aceh yang saat ini terus meningkat, hingga seratusan orang perhari.

Sudah saatnya Gubernur Aceh harus mengeluarkan intruksi bersama MPU Aceh, mungkin juga Dinas Dayah, mengintruksikan seluruh gampong di Aceh dapat membaca Yasin selama 7 malam berturut-turut di meunasahnya masing-masing, dan di dayah-dayah seluruh Aceh, dengan niat memohon kepada Allah agar Aceh segera dijauhkan dari bala virus Corona di Bumi Serambi Mekkah ini.

Insya Allah, dengan penuh keyakinan, Allah akan mengabulkan doa hambanya. Semoga tulisan ini sampai kepada Gubernur Aceh untuk menindak lanjutinya.

*Penulis adalah budayawan Aceh.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.