Orang Berilmu Tidak Meramal dan Nasihat Lainnya Bagi Generasi
Abdul Hadi WM, dok Facebook Pribadi
Oleh: Abdul Hadi WM
Orang berilmu tidak pernah mau meramal apa yang akan terjadi di masa depan. Entah itu di bidang ekonomi, politik, agama, ilmu pengetahuan, seni dan filsafat.
Di antara bidang-bidang ini sering sekali muncul kejutan-kejutan dan hal-hal yang menimbulkan takjub.
Lagi pula segala rahasia dari kejadian-kejadian hanya Tuhan yang tahu. Meski demikian tidak terlarang orang itu pesimis atau optimis. Namun agama, khususnya Islam, melarang umatnya berputus asa.
Mungkin saja orang berilmu meramal suatu kaum begini begitu, suatu negeri maju atau merosot di masa depan.
Tetapi pengalaman menunjukkan bahwa setiap masa dalam sejarah manusia memiliki jenis-jenis kegembiraan dan kesenangan baru.
Generasii yang pada tahun 1960-an 20 tahun ke atas misalnya mengalami pahitnya hidup serba kekurangan di bidang ekonomi. Tetapi digembirakan oleh banyak hal di bidang politik dan kebudayaan.
Generasi yang dianggap bego dalam kurun waktu tertentu, kerap memiliki masa depan cemerlang dibanding generasi sebelumnya yang sering dianggap hebat.
Generasi saya sebagai contoh, yang sering disebut generasi 1970-an, dalam sastra dianggap remeh oleh generasi Takdir Alisyahbana dan dicibir oleh ekponen generasi 1990, ternyata melahirkan banyak karya besar.
Oleh karena itu wahai cucu-cucuku, janganlah engkau putus asa menghadapi situasi yang kusut seperti yang kita alami bersama sekarang ini.
Bangkit dan tegaklah, maju ke depan dengan penuh percaya diri. Bangunlah kepribadianmu, jangan tercerabut dari akar sejarah dan akar sosialmu.
Jangan tercerabut pula dari akar budaya dan agamamu. Janganlah meminjam budaya bangsa lain untuk membangun peradaban.
Bangsa-bangsa besar dan maju dalam sejarah itu dalam kenyataan membangun kehidupan di atas fondasi kebudayaan sendiri.
Ingatlah pula kenyataan bahwa bangsa yang maju itu memiliki budaya dan peradaban baca tulis yang maju.
Ingatlah pula bahwa manusia tidak pernah mengada tanpa menjadi mahluk sosial dan historis.
Jika kau mengutamakan dirimu sendiri sebagai individu, dan hanya kepentingan dirimu dan bidangmu yang kalian unggulkan, maka berarti kalian menyepelekan saudara-saudaramu sebangsa, seagama, setanahair dalam bidang kehidupan yang lain.
Jika kalian hanya mengutamakan diri sendiri maka siap-siaplah kalian jadi semacam Tarzan atau terpecah belah dalam kabilah-kabilah atau puak-puak yang hanya peduli kepada kaum dan golongan kalian masing-masing.
*Penulis adalah sastrawan dan budayawan Indonesia
Tidak ada komentar