Segera Gelar Panggung Seni Budaya di Hermes Hotel; Ini Pesan MADE IN MADE Tentang Perdamaian
Banda Aceh – Made In Made merupakan akronim dari Melayu, Aceh and Reggae, kiprah
band musik lebih belasan tahun silam dalam menyuarakan tentang perdamaian di
jalur seni musik beraliran reggae, direncanakan pada akhir pekan ini tepatnya 22 Oktober 2022
mendatang segera menggelar panggung seni budaya berlangsung di Hermes Palace
Hotel, Jumat (14/10/2022).
“Konsep bermusik Made (nama panggilan vokalis band Made in Made) sarat pesan
lewat karya musik, Aceh yang dipahami sebagai daerah merah konflik
berkepanjangan telah mencapai perdamaian, Made ingin sampaikan pesan damai Aceh
untuk Indonesia,” ungkap Made bernama asli Ramadhan Moslem Arrasuly.
Jelang pagelaran seni budaya di Hermes Hotel Banda Aceh yang telah rampung
persiapan sekitar 80% termasuk ticketing juga persiapan krue/talent, Made menyebutkan
beberapa media telah ikut menyiarkan berbagai informasi baik secara online
maupun offline perihal event yang direncanakan turut diisi juga oleh berbagai kalangan
seniman Aceh nantinya.
“Selain persiapan dari sisi kepanitiaan, para talent juga Made sendiri telah
berupaya menginfokan ke publik bahwa pesan damai dari Aceh untuk Indonesia yang
kita sudah konsep lewat pagelaran seni budaya di Hermes nanti juga menaati
himbauan terkait pelaksanaan syariat Islam, jadi jangan khawatir soal begitu,
Made justru sangat mendukung syariat Islam termasuk dalam menggelar panggung
kesenian,” ungkap Made saat wawancara di Taman Seni Budaya Aceh.
Publik yang sudah membeli tiket dan sedang bersiap juga
memesan tiket menonton pertunjukan Made In Made setidaknya dapat memperoleh
informasi di beberapa media online terkait konsep dan bentuk pertunjukan
seperti apa yang akan digelar. Selain dari website, Made juga diundang
menginfokan seputar rencana tampil tersebut melalui akun channel YouTobe
Flamboyan FM sesi Hip Generation sebagai record wawancara live sore Jumat, 14
Oktober 2022 lewat link;
Juga dapat diperoleh informasi terkait pagelaran Made In Made melalui akun Channel
YouTobe link berikut;
Mengenal Lebih Dekat Made In Made
“Selama berkesenian, Made sering berbaur dengan berbagai kalangan seni lain,
perbaruan budaya Melayu, Aceh, awalnya mulanya Melayu-Reggae, lalu pasca
tsunami tidak lagi sebatas itu, saat konser di Malaysia yang dulunya mewarnai
genre bermusik Made, selanjutnya mulai menyiapkan nilai-nilai seni bermusik
lebih mengandung kearifan lokal (Aceh)” jelas Made.
Made in Made Melayu Aceh and Reggae telah mengusung konsep Sound of Nanggroe sejak
hampir 10 tahun yang lalu, sejak sebelumnya lebih kerap berpanggung justru di
luar Aceh, nasional maupun di negara Malaysia juga Thailand dan lainnya pada
bulan Oktober 2022, tahun ini merupakan pagelaran seni dan budaya Melayu, Aceh
and Reggae yang dikonsep lebih ke publik Aceh.
“Secara genre bermusik, Made In Made telah melalui proses metamorphosis, zaman
konflik di Aceh, band ini awalnya justru berasal dari komunitas punk, Hackcord
Punk, berkarya sejak di komunitas punk saat itu lahir lagu bertajuk Gendrang Prang,
maksudnya dipilih lagu tersebut bukan untuk memulai prang, justru pesan yang
ingin disampaikan adalah mohon jangan ditabuh lagi genderang perang, itu tahun 1999,” ujar Made sebagaimana
keterangannya saat diwawancarai live Flamboyan FM tadi sore.
“Kita ingin melalui bermusik ini untuk menyampaikan pesan yang bermanfaat,
pesan lingkungan, pesan sosial, pesan perdamaian, sehingga selain pastinya
dapat hiburan, penonton juga tergugah untuk turut mencermati pentingnya pesan
damai dan hal lain yang positif lewat musik yang mereka nikmati” jelas Made.
Memang diakui ada berbagai perbedaan
dari peminat penonton Made; di luar Aceh yang nonton Made In Made para penikmat music Reggae, di
Aceh malah masyarakat umum, bukan sebatas yang senang genre musik reggae
semata, hal itu juga didukung dari konsep panggung Made yang selain bernyanyi
di panggung kerap berteaterikal, menari, minum kopi, menghibur dengan seni.
Jika selama ini masih ada yang menganggap dunia seni musik agak abu-abu, para artis atau
seniman musik itu dianggap ada yang menyimpang, Made justru ingin menepis hal tersebut.
“Di dunia musik diklaim sebagian besar artisnya suka mabuk-mabukan, miring,
tentu ini tidak bisa disimpulkan secara keseluruhan, mengkotak-kotakkan, tidak
adil, setiap orang punya warna berbeda” papar Made.
Mengutip wawancara Flamboyan FM, Hidayatullah selaku Ketua Panitia dari pihak
Hermes Palace menjelaskan, selama ini Hermes Hotel belum pernah sekalipun
menggelar pertunjukan serupa, jadi ini adalah momentum pagelaran seni budaya untuk
Made sebagai wujud nyata dukungan pihak Hermes untuk mendukung kesenian di
Aceh.
“Kita dapat menganggap sebagai kesempatan bagi para seniman, kesempatan mensupport
artis Made agar yang selama ini lebih dikenal manggung di luar Aceh, nasional
maupun Asia justru saatnya Made agar lebih dikenal di Aceh,” ujar Hidayatullah.
“Kita selenggarakan di Hermes Palace Hotel, GM Hermes Budi Saiful ingin memberi
kesempatan untuk Made. Made in Made yang telah lama mengusung Sound of Nanggroe,
Sabtu 22 Oktober 2022 mendatang akan digelar setelah magrib,” jelasnya.
“Made In Made saat pertama melangkah ke panggung international itu pada tahun
2013, event Charity, Pulau Bali. Lalu pada 2019 sebelum pandemi Made juga telah
membuat kompilasi lagu Sound of Nanggroe namun masih untuk kalangan terbatas,
pada awal 2020 sempat menggelar bincang-bincang diskusi ringan alam dan lingkungan,
seminggu sebelum pandemi,” kenangnya.
Debut pada tahun 2011 Festival Reggae Nasional adalah kali perdana berpanggung di luar Aceh, Sound Of Nanggroe sudah 10 tahunan di luar Aceh adalah suatu konsep bermusik yang sarat pesan menyuarakan kesenjangan sosial, untuk tahun ini, debut Sound of Nanggroe dimaksudkan Made sebagai pesan damai Aceh untuk Indonesia khususnya dalam menyikapi pemilu pada 2024 mendatang.
“Sound of Nanggroe 2022 kedua kali, menyikapi pemilu 2024, sebagai pertunjukan
seni musik yang berupaya menyiarkan pesan damai dari Aceh untuk Indonesia, kita
berharap berbagai pihak sama-sama dapat sejalan untuk menyuarakan pesan
perdamaian tersebut,” ujar Made.
Ketua Panitia Pagelaran Seni Budaya Hermes Hotel, Hidayatullah juga mengingatkan
agar para pemesan tiket dapat segera mendapatkan tiket bisa secara langsung
berkunjung ke Hotel Hermes melalui resepsionis.
“Saat ini persiapan sudah 80 %, penjualan tiket sudah banyak, pesan segera
tiket jangan keburu telat, untuk tiket
bisa dibeli sampai tanggal 22 Oktober 2022, tiket untuk VIP 250 Ribu Rupiah plush dinner,
untuk tiket jenis Regular 125 Ribu Rupiah sudah dapat snack,” jelas Hidayatullah.
Susunan acara nantinya secara umum merupakan kolaborasi dari penampilan-penampilan
talen seniman Aceh; tarian kontemporer, seni debus tarian, puisi, seni rupa,
teaterikal. Seniman-seniman dari Aceh, dari suguhan penampilan musik hanya dari
Made in Made.
“Harapan Made nanti yang hadir jugalah orang-orang diharapkan dapat menjadi simbol
dari Aceh seperti para pemimpin di Aceh, ada beragam pihak yang bisa ikut
menyuarakan damai, ada pak pangdam, kapolda dan lainnya, kita harap semuanya
akan include di dalam satu rangkaian acara sebagai wujud pertunjukan seni dalam
menyampaikan pesan perdamaian.” Papar Made.
“Harapan panitia selaku ketua panitia, kami ingin memberikan kesempatan bagi
pegiat seni, karena kita punya putra Aceh, kita punya ambisi sebagaimana pesan
GM Hotel Hermes Budi Saiful, momen ini sebagai wujud memberikan kesempatan
untuk Made untuk bisa memberikan pesan damai, juga panggung pertama yang kita
gelar di Hermes semoga bisa berjalan sukses sebagaimana yang diharapkan,” tutup
Hidayatullah.
Cuplikan lirik salah satu lagu Made in Made.
ya Tuhanku
Ya Tuhan kami
Ampunilah salah dan dosa kami
Jauhkan fitnah
Adu domba
Saling curiga sesama umat manusia
(2018 ditulis di Solo, 2019 direcord).
Tidak ada komentar