Ogut Ingin Tari Likok Pulo Jadi Ektrakurikuler Wajib Sekolah se-Aceh Besar
Pulo Aceh - Dani Orista Agut bin Darwis sosok guru SMP 1 Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar mengaku sangat khawatir jika tarian asli produk Aceh Besar Tari Likok Pulo hilang ditelan zaman, Rabu (22/2/2023).
Usai setahun lebih mengangkat ulang regenerasi (2019) tarian yang dicipta Ceh Ahmad Badrun (Baydehoen) di Pulo Aceh tersebut, Ogut (nama panggilan) ingin tari tersebut jadi ekstrakurikuler wajib sekolah-sekolah se-Aceh Besar,
Ogut, ayah dari tiga anak merupakan seniman otodidak kelahiran 1983, di bidang guru, ia mengajar Bidang Studi Penjaskes, menetap di Banda Aceh.
Setiap pekan usai mengajar di Pulo Aceh kembali ke keluarga di Banda Aceh. Ia merupakan anak kedua dari Ceh Darwis (seniman tari era 80-an).
Jumlah siswa di sekolah tempatnya mengajar yang cukup minim tidak mengurangi semangatnya untuk terus mewariskan tarian Likok Pulo.
Sekitar 25 siswa SMP 1 Pulo Aceh berlatih dan tampil membawakan tarian tersebut. Selain tampil di Pulo, Aceh Besar juga Banda Aceh, pada 2019 Ogut selaku koordinator Sanggar Ceh Ahmad Baydehoen Pimpinan Ismairi (penduduk asli Pulo Aceh) berhasil tampil di gelaran nasional PKN (Pekan Kesenian Nusantara) di Parkiran Gelora Bungkarno, Jakarta.
Dedikasi Ogut membina kembali untuk pemertahanan Tari Likok Pulo hasil budaya tari asli Pulo Aceh cukup layak diapresiasi semua pihak. pria paruh baya yang terlihat sederhana, akrab juga simple ini ternyata cukup mumpuni menjelaskan secara detail apa dan bagaimana Tari Likok Pulo ditarikan.
Sempat dikunjungi oleh salah seorang dosen ISBI Jantho Aceh Besar berkenan mewawancarainya terkait perkembangan Tari Likok Pulo, Ogut menyampaikan kondisi realitas tarian tersebut memerlukan kerja nyata perhatian serius semua pihak agar Likok Pulo mampu diangkat menjadi tari wajib diajarkan di semua sekolah Aceh Besar.
"Saya harap ISBI Aceh bisa mengangkat secara terus-menerus Likok Pulo, diteliti, dikembangkan, dan sebagainya agar Tari Likok Pulo bisa teregenerasikan khususnya kepada warga Aceh Besar di mana pun, semua itu diperlukan semangat tinggi dan dukungan nyata oleh berbagai pihak, pemerintah maupun swasta," ujar Ogut.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Besar menurut Ogut dapat mengkoordinir pendidikan seni Tari Likok Pulo, konsepsi, tahapan pengajaran dsb dapat diatur dalam kurikulum lokal di wilayah tersebut, usulnya.
Mengenal Tari Likok Pulo
Sebagai tari tradisional di masyarakat
Aceh, Tari Likok Pulo mempunyai makna yang mendalam, melalui pendidikan seni, tari yang telah menjadi icon Pulo
Aceh sepatutnya dididik regenerasi dengan benar.
Sejarah Tari Likok Pulo berawal dari
terbuangnya Syech Ahmad Badrun ke Pulo Aceh oleh tentara Jepang tahun 1844. Pada 1845
diciptakannya tari likok pulo karena penyakit masyarakat yang diliat beliau
sangat meresahkan. Penyakit yang dimaksud beliau adalah suka berjudi,
mencuri dan main perempuan.
Diciptakan Tari Likok Pulo sebagai
media dakwah Syech Ahmad Baidehoen kepada pada pemuda pulo tersebut untuk
menghilangkan penyakit masyarakat tersebut.
Tari Likok Pulo diciptakan di Desa Ulee Paya Kecamatan
Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Tulisan likok mempunyai arti : Lurus, ikthidal,
jongkok. yang diambil dari unsur salat, posisi tarian ini berbaris memanjar lurus.
Tidak ada komentar