Revitaliasi Bahasa Gayo Masuki Tahap Rakor dan Diskusi Kelompok Terpumpun
Pembukaan Rakor dan Diskusi Kelompok Terpumpun Revitalisasi Bahasa Gayo, Kamis (16/3/2023).
Banda Aceh – Setelah pada Februari 2023 tahapan awal revitalisasi Bahasa Daerah Gayo melalui kunjungan langsung perwakilan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, riset dan Teknologi yaitu Balai Bahasa Provinsi Aceh, hari ini mulai memasuki tahapan Rapat Koordinasi juga Diskusi Kelompok Terpumpun, Kamis (16/3/2023).
Tahapan agenda revitalisasi bahasa daerah Gayo terbaru
tersebut ditandai dengan pembukaan Rakor dan diskusi kelompok terpumpun yang
dilangsungkan secara simbolik formal di hadapan para peserta sejumlah 65 orang
dari tiga Kabupaten; Aceh Tengah, Bener Meriah juga Gayo Lues, dibuka secara
resmi oleh Pj. Gubernur Aceh, Achmad Marzuki diwakili oleh Almuniza Kamal, S.STP,
M.Si. selaku Kadisbudpar Aceh.
“Fakta punahnya bebarapa bahasa daerah sudah sangat mengkhawatirkan, sebagai
anak bangsa segera melakukan upaya konservasi dalam upaya melindungi dan
mengelola bahasa sebagai kekayaan budaya Indonesia, konservasi sebagai wujud
perlindungan kepada bahasa daerah sudah semestinya kita laksanakan,” papar Pj
Gubernur Aceh.
Berkurangnya penurut aktif bahasa Gayo membuat revitalisasi dan konservasi
bahasa Gayo menjadi tema Festival Bahasa Ibu 2023, melalui tahapan revitalisasi
bahasa Gayo ini diharapkan akan menghasilkan berbagai kesimpulan dan keputusan,
yang akan melancarkan pelaksanaan revitalisasi bahasa Gayo.
Para tamu undangan yang hadir dari unsur stockholder Pemerintah
Aceh dan pemerintah daerah terkait saat sesi pembukaan oleh panitia formal
antaranya; Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh Drs. Umar Solikhan, M. Hum, Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Gayo Lues, Anwar, S. Pd, M. Ap, Kepala Dinas Kabupaten
Aceh Tengah Drs. Uswatuddin, M. Ap,
Kepala Dinas Kabupaten Bener Meriah Ruh Akbar, M. Pd, Para
Kepala MPD, Majelis Adat Gayo dan Staf Ahli Bupati/Kabid dari tiga kabupaten; Gayo
Lues, Aceh Tengah dan Bener Meriah. Mewakili UPT Kemendikbud Ristek di Aceh
antaranya; Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Budaya, Balai Penjamin Mutu
Pendidikan, Balai Guru Penggerak.
Hadir juga Ketua Majelis Pendidikan, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Kepala Dinas
Pendidikan Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues.
”Revitalisasi Bahasa Daerah (RDB) merupakan upaya Perlindungan Dan Pelestarian Bahasa Dan Sastra Daerah yang didasarkan amanat UUD 1945 Pasal 32 ayat 2 yang menyatakan bahwa negara menghormati dan memelihara Bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Selain itu, upaya tersebut juga didasarkan
pada UU No. 24 Tahun 2009 pasal 42 dan PP No. 57 tahun 2014” papar Umar
Solikhan dalam sambutannya selaku Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh.
Sasaran kegiatan RBD adalah generasi/penutur muda. Tujuan
akhir dari pelaksanaan revitalisasi Bahasa daerah adalah agar penurut muda; 1) menjadi
penurut aktif bahasa daerah dan mempelajari bahasa daerah dengan menyenangkan,
2) menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah dengan penuh rasa
sukacita, 3) menemukan fungsi dan ranah baru dari sebuah bahasa dan sastra
daerah.
Pelaksanaan RBD sampai 2022 terhadap 12 provinsi dengan
tahapan kegiatan; rapat koordinasi, diskusi kelompok terpumpun, pelatihan guru
utama/guru master, diseminasi/pengimbasan dari guru master kepada guru sejawat
di sekolah, pelaksanaan RBD di sekolah dengan FTBI tingkat sekolah, FTBI
tingkat kecamatan dan kabupaten, FTBI tingkat provinsi dan FTBI tingkat
nasional.
Pemilihan merevitalisasi bahasa Gayo merupakan keputusan
atas dasar kajian vitalitas yang telah dilakukan pada 2019 lalu, bahasa Gayo
berada pada posisi rentan, untuk itu dengan seluruh pemangku kebijakan dan
kepentingan di wilayah Provinsi Aceh diperlukan usaha nyata bersama guna mendongkrak
kembali posisi vitalitas salah satu bahasa daerah di Provinsi Aceh tersebut
agar kembali berstatus aman.
Sementara itu, sejak 2022 program prioritas perlindungan
bahasa daerah mulai dilaksanakan, berupa Revitalisasi Bahasa Daerah sebagai
program prioritas Kemendikbud dengan peluncuran Merdeka Belajar episode ke-17.
Bertujuan untuk menggelorakan kembali Bahasa daerah, meningkatkan
minat generasi (penutur) muda untuk kembali menggunakan Bahasa daerah.
Bahasa daerah menjadi muatan lokal, dipelajari dengan
cara-cara menyenangkan, bisa menemukan ranah baru, dalam program revitaliasasi Bahasa
Gayo dilakukan melalui lomba dongeng, pidato, baca puisi, menulis dan komedi.
Perwakilan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz
Mukhsin dalam sambutannya menyatakan optimis dan semangat yang tumbuh berbekal
kolaborasi seluruh lintas sektor guna mengupayakan revitalisasi bahasa daerah
Gayo dapat berjalan sebagaimana yang diagendakan secara nasional.
“Indonesia memiliki 11 bahasa daerah yang punah di Indonesia, 50-an Bahasa daerah
yang terancam punah, antaranya bahasa Gayo, kita berusaha meningkatkan vitalitas
Bahasa Gayo untuk kembali menjadi status Bahasa daerah yang aman, melalui
revitalisasi Bahasa Gayo,” ungkap Hafidz.
Menyamakan persepsi para pengambil kebijakan agar optimaliasi
revitaliasi Bahasa gayo merupakan terobosan penting yang sangat diperlukan agar
semua berjalan sebaik mungkin.
“Kolaborasi menjadi prasyarat Program Merdeka Belajar, kehadiran para pemimpin
di daerah menjadi muatan utama suksesnya program,” ujarnya.
39 bahasa daerah telah direvitalisasi di Indonesia, 2023
sasaran menjadi 61 bahasa daerah yang kembali direvitalisasi sebagai amanah
regulasi untuk dilaksanakan.
Alokasi dana secara khusus untuk program revitalisasi Bahasa
gayo kepada Balai Bahasa Provinsi Aceh, rapat koordinasi di tingkat pusat, RAPBD
diharapkan sub bidang Bahasa dalam rangka revitalisasi Bahasa daerah, sehingga
daerah menjadi mitra, sebagai komitmen bersama.
“Kami berharap dan berdoa agar tujuan akhir revitaliasi Bahasa
daerah untuk mewujudkan para penutur muda kita dapat kembali mencintai, aktif
menggunakan Bahasa daerah, sebagai kekayaan budaya yang harus dilestarikan
bersama,” tutup Hafidz.
Tidak ada komentar