Analisis Politik: Perbandingan Dinamika Pilkada Aceh 2017 dan 2024
Usman Lamreung
*Pengamat Politik
Menuju Pilkada Aceh 2024, Mualem-Dek Fadh mendapatkan dukungan luas yang bersatu dari mantan GAM dan berbagai partai, berbanding terbalik dengan Pilkada Aceh 2017 dimana suara mereka terfragmentasi.
Pilkada Aceh 2024 diharapkan akan menghadirkan perbedaan signifikan dibandingkan dengan Pilkada 2017, Bagi Mualem-Dek Fadh.
Dinamika politik yang terjadi pada tahun 2017 dipenuhi dengan persaingan yang ketat, terutama di kalangan calon gubernur yang berasal dari mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Calon-calon seperti Muzakir Manaf, Irwandi Yusuf, Zaini Abdullah, dan Zakaria Saman menciptakan atmosfer politik yang berwarna-warni, namun juga penuh dengan ketegangan, baik di antara para kandidat maupun di antara basis pendukung masing-masing.
Pada Pilkada 2017, meskipun Muzakir Manaf dan TA Khalid memiliki dukungan yang kuat, dukungan di internal mantan GAM ternyata terbagi. Hal ini mengakibatkan suara yang seharusnya menguntungkan mereka terfragmentasi dan berpindah ke calon lain, seperti Zaini Abdullah dan Irwandi Yusuf.
Akibat dari pembagian suara yang tidak merata tersebut, Irwandi Yusuf berhasil meraih kemenangan yang tipis atas Muzakir Manaf.
Dalam konteks inilah terlihat bagaimana persaingan yang dinamis dapat mempengaruhi hasil akhir sebuah pemilihan.
Memasuki Pilkada 2024, situasi politik Aceh menunjukkan perubahan besar. Pasangan calon yang diusung, Mualem dan Dek Fadh, kini mendapatkan dukungan luas dari berbagai tokoh mantan GAM serta berbagai partai politik, baik partai nasional maupun lokal yang memiliki pengaruh signifikan di Aceh.
Dukungan ini membawa dampak positif bagi Mualem dan Dek Fadh, menunjang posisi mereka menjelang pemilihan. Semua pesaing yang sebelumnya berpotensi menjadi ancaman kini beralih untuk memberikan dukungan penuh kepada mereka, menciptakan suasana politik yang jauh lebih bersatu.
Kekuatan dukungan dari partai nasional juga menjadi salah satu faktor penting dalam Pilkada 2024. Dengan dukungan yang meluas dan hasil survei yang menunjukkan Mualem dan Dek Fadh berada di posisi teratas, tampak jelas bahwa kehadiran mereka sudah mendapatkan pengakuan dari rakyat Aceh.
Tren ini diperkuat dengan banyaknya pendukung nomor urut 01 yang beralih ke nomor urut 02, menunjukkan bahwa ada masalah internal di kubu lawan yang dapat dimanfaatkan oleh Mualem dan Dek Fadh.
Momentum ini adalah kesempatan emas bagi tim pemenangan pasangan nomor urut 02 untuk terus melakukan konsolidasi, membangun basis-basis baru, dan memperkuat simpul-simpul dukungan.
Dengan memperkuat jaringan relawan serta strategi komunikasi yang tepat, pasangan ini dapat meraih sukses dalam kontestasi.
Keberhasilan mereka tidak hanya akan ditentukan oleh kekuatan politik yang dimiliki tetapi juga oleh kemampuan untuk mengelola dan membangun aliansi yang solid.
Perbedaan mendasar antara Pilkada 2017 dan 2024 terletak pada konsolidasi dukungan yang lebih kuat bagi Mualem - Dek Fadh, serta adanya kematangan dalam menghadapi dinamika politik.
Hal ini menjadi harapan bagi masyarakat Aceh agar pemilihan mendatang berlangsung lebih baik dan menghasilkan pemimpin yang mampu memajukan daerah.
Mualem dan Dek Fadh memiliki peluang besar untuk meraih kursi Aceh satu jika mereka mampu menjaga momentum dan terus membangun kekuatan dukungan hingga hari-H pemilihan.
Tidak ada komentar