Pesawat Bomber AS Terbang Dekati China, Awas Perang Dunia 3
![]() |
Foto: Jet tempur milik militer Amerika Serikat (AS) mengudara di atas New York City untuk memberikan penghormatan terhadap para tenaga medis. (AP/Bebeto Matthews) |
Jakarta - Pesawat angkatan udara Amerika
Serikat dikabarkan terbang di atas perairan dekat China. Dikutip dari South
China Morning Post, pesawat tersebut adalah bomber B-1B Lancer.
Meski tidak menulis jelas kapan hal itu
terjadi, mengutip Twitter militer AS, media tersebut membenarkan pembom B-1
melakukan misi di Laut China Selatan. Kedatangan ini dilakukan setelah
pelatihan dilakukan di pangkalan Angkatan Laut di dekat Hawai.
"Misinya adalah untuk mendukung
Pasific Air Forces dan melakukan latihan serta operasi dengan sekutu dan
mitra," tulis media tersebut Rabu (20/5/2020).
Seorang pengamat militer Beijing mengatakan
sebelum ini, angkatan udara AS sudah beberapa kali terbang di atas Selat Taiwan
dan Laut China Selatan. Di antaranya pada 11 kali penerbangan di Maret dan 13
kali penerbangan di April.
Bomber juga terbang di atas pantai Taiwan
timur laut pada 6 Mei. AS disebut mencoba menanamkan pengaruhnya ke Taiwan.
Pada 14 Mei, China juga telah memulai
latihan militer di pelabuhan lepas kota Tangshan di Laut Kuning. Setidaknya
Laut China Selatan sudah "panas" sejak tiga bulan terakhir karena
kedua negara.
Seorang Direktur Studi Internasional di
Universitas Nanjing mengatakan AS sepertinya khawatir pandemi corona (COVID-19)
yang menyebar membuat China makin berpengaruh di kawasan itu. "Atau
mungkin meningkatkan operasi militer ke Taiwan," katanya.
Respons AS, ia sebut, mungkin sebagai upaya
menahan China. Ini juga taktik AS untuk membuat sekutunya semakin dekat dan
mengasingkan China.
Sementara itu seorang pengamat militer di
Hong Kong bernama Song Zhongping menilai seringnya bomber AS terbang memberi
signal tertentu. "Ada potensi pertempuran di masa depan," ujarnya.
Menurutnya bomber B-1B Lancer perlu terbang
untuk mengetahui kondisi medan perang. China dan AS, ujarnya, memasuki situasi
kompetisi yang kompleks dan lebih suram dari perdang dingin AS-Uni Soviet dulu.
"Risiko konflik militer tidak dapat
dikesampingkan di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan. Dan mereka
meningkat," tegasnya.
AS dan China sudah terjebak perang dagang
sejak 2018 yang menekan perekonomian global. Meski sudah menandatangani fase I
perdamaian, tensi keduanya naik setelah AS menyalahkan China karena penyebaran
corona.
Corona jenis baru yang penyakitnya kemudian
diberi nama COVID-19 ini menyebar di Wuhan, China, Desember 2019. Kini AS
menjadi negara dengan kasus terbanyak di dunia.[CNBC)
Tidak ada komentar