5 Petunjuk Meraih Bahagia dalam Menjalani Kehidupan Seorang Muslim

Khairul Fuad saat bersama santri. Minggu (14/6/2020). Foto: Ist.
Oleh: Khairul Fuad

Ketika Allah mengutus Rasulullah Muhammad SAW serta mewahyukan Al-Qur'an kepadanya untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia di akhir zaman, di saat itulah sesungguhnya segala petunjuk sebagai sumber pegangan dalam menjalani kehidupan seorang muslim telah disempurnakan.

Kesempurnaan diutusnya Muhammad SAW sebagai penutup para nabi bagi umat manusia sekaligus penanda bahwa iman Islam yang dipakai sebagai pedoman menjalankan perintah dan menjauhi larangan selaku muslim sejati dapat dianggap pembuka jalan bagi siapapun di dunia agar mampu meraih bahagia.

Sebuah kelebihan bagi umat Muhammad SAW yakni, ketika diberikan ujian, maka umat tersebut bersabar, sedangkan apabila terhadapnya diberikan kebahagiaan atas segala kelebihan rezeki dan kasih sayang Allah, maka umat tersebut pun pandai bersyukur.

Dari 40 petunjuk yang disampaikan dalam tulisan M. Zaka Alfarisi, melalui rangkuman singkat berikut dipaparkan 5 petunjuk dalam menjalani kehidupan agar meraih bahagia dala menjalani kehidupan sebagai muslim.

Ikhtiar menggapai kebahagiaan bisa dilakukan dengan menerapkan petunjuk-petunjuk tersebut dalam keseharian. Insya Allah.

1.Beriman dan Beramal Shaleh

Iman merupakan persoalan yang utama. Sebuah pohon, iman adalah akar. Akarlah yang menentukan kualitas sebuah pohon. Pohon yang tinggi dan berbuah lebat dipastikan memiliki akar yang kuat, begitu juga dengan iman. Iman yang mengakar kuat akan menjadikan pohon tumbuh kokoh menjulang, buahnya adalah amal shaleh yang lebat.

Buah-buah tersebut tidak saja dinikmati oleh yang bersangkutan ,tetapi juga oleh banyak orang. Ada dua unsur utama dalam keimanan, yang pertama yaitu adanya pembenaran dalam hati, tanpa pembenaran, iman menjadi semu alias palsu. Inilah kemudian dikenal dengan istilah munafik. Karena orang munafik sesungguhnya tidaklah beriman.Sebab hatinya tidak membenarkan.

Kemudian yang kedua yaitu amal yang lahir atas dasar keimanan disebut dengan amal shaleh. Sebab, amal shaleh adalah buah dari iman. Iman yang tidak  melahirkan amal shaleh sama saja bagaikan pohon yang tidak berbuah. Itulah sebabnya banyak dalam ayat Al-Qur’an bahwa iman selalu dikaitkan dengan amal shaleh.

”Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dan ia juga beriman, maka sungguh Kami akan memberinya kehidupan yang baik dan Kami benar-benar akan memberi mereka balasan berupa pahala yang lebih baik daripada apa yang dahulu mereka perbuat.” (Q.S. An-Nahl: 97).

Sebuah janji yang pasti terbukti, tak mungkin diingkari, sebab janji tersebut dikemukakan oleh Allah sendiri. Janji bahwa iman dan amal shaleh akan melahirkan kebahagiaan sejati. Tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat nanti. Ketika hidup di dunia, iman menjadi pembimbing dan penerang hati dan kelak di akhirat imanlah pula yang menjadi penyelamat diri.

2. Bersyukur dan Bersabar

Bersyukur juga berarti menggunakan segala karunia dari Allah secara semestinya. Karena itu, bagi seorang mukmin bersyukur merupakan keharusan.mensyukuri hidup berarti menggunakan hidup ini dengan semestinya. Kesemestian hidup adalah beribadah kepada Allah SWT.

Ibadah dalam pengertian yang luas tidak hanya meliputi shalat, berpuasa, haji, berzakat dan semacamnya, namun ibadah meliputi segala ucapan dan perbuatan yang diridhai Allah. Sehingga dengan demikian untuk mengisi kehidupan dengan melaksanakan amal dapat di maknai sebagai cara mensyukuri hidup.

”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."(Q.S Ibrahim: 7).

Begitu juga dengan sabar. Hidup tidak selamanya berjalan dengan mulus sesuai dengan apa  yang kita rencanakan dan inginkan, rintangan di depan mata yang tidak tahu kapan menghadang.

Karena kegagalan, kesengsaraan, kesulitan dan musibah dalam hidup merupakan sesuatu yang mestinya harus dihadapi, tidak justru dihindari. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.

Belajar dari kegagalan adalah langkah menuju kemajuan, tetapi menyesali kegagalan berarti langkah mundur ke belakang. Maka wajar jika kesabaran dikatakan sebagian dari keimanan.

Allah mencintai orang-orang yang bersabar. Kecintaannya membuat Dia senantiasa dekat dengan mereka.

“Dan bersabarlah kalian! Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bersabar.”(Q.S Al-Anfal: 46).


3. Membangun Konsep Diri

Menurut Jalaluddin Rahmat, Kita adalah apa yang kita rasakan dan kita pikirkan tentang diri kita. Bila berpikir dan merasa sebagai orang yang sengsara, maka kita akan sengsara. Begitu juga dengan sebaliknya, bila berpikir dan merasa sebagai orang bahagia, maka kita akan merasakan kebahagiaan.

Pikiran dan perasaan tentang diri sendiri akan mempengaruhi sikap kepribadian dalam menghadapi kehidupan. Jadi,konsep membangun diri untuk menjadi lebih baik akan berdampak baik terhadap perilaku seseorang. 

4. Qana’ah Agar Hidup Menjadi Lebih Baik


Secara bahasa Qana’ah adalah menerima apa adanya. Apapun yang mereka dapat baik itu keberhasilan maupun kegagalan mestinya harus diterima dengan Qana’ah. Pada kenyataannya, kesuksesan atau kegagalan adalah ketentuan dari Allah SWT.  

Terimalah, sebab hanya Allah yang tahu apa yang terbaik untuk kita. Bisa saja seseorang tidak menyukai kemiskinan, tapi siapa tahu apa yang terbaik untuk seseorang tersebut.

Begitu juga dengan kekayaan, mungkin semua menyukainya, tetapi seseorang tidak tahu apakah sebenarnya itu baik untuk kehidupan dirinya? Wallahu ‘a’lam.

5. Rela Menerima Takdir

Takdir merupakan kodrat dan kekuasaan Allah yang menyuluruh yang tidak akan ada seorang pun yang akan mengetahui akan hal ini. Jodoh,rezeki, dan ajal semuanya itu berada pada kekuasan Allah.

Seorang mukmin harus percaya bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik untuk semua. sehingga diharuskan rela menerima takdir yang diberikan oleh Allah kepadanya, karena percaya akan takdir merupakan bagian dari rukun iman.

Maka rela menerima takdir adalah pangkal dari kebahagiaan.Tak ada yang patut ditangisi ataupun disesali. Semua berjalan dengan takdir Allah. Namun rela menerima takdir tidak lantas menafikan ikhtiar.


Ikhtiar secara bahasa adalah usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Sebab ikhtiar merupakan merupakan bagian dari takdir itu sendiri. Ikhtiar adalah Sunnatullah.

Bagi umat Islam, tidak hanya kebahagiaan di dunia yang harus diraih, tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Meraih kebahagian ukhrawi jangan lantas mengabaikan kebahagiaan duniawi.

Begitu juga sebaliknya, sebab kebahagiaan duniawi adalah sebuah transportasi yang akan mengantarkan seseorang
 menuju kebahagiaan ukhrawi yang kekal.

Dunia adalah tempat menanam pohon amal kebajikan sebanyak mungkin. Sedangkan akhirat adalah tempat memamen pohon amal yang ditanam di dunia. Maka dari itu, bahagia tidak hanya di saat memanen, tetapi juga di saat menanam.

*Penulis adalah mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara UIN Ar-Raniry

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.