Meraih Kebahagiaan yang Sesungguhnya

Khairul Fuad saat bersama santri. Minggu (14/6/2020). Foto: Ist.
Oleh: Khairul Fuad

Ketenangan, kedamaian dan ketentraman adalah sebuah dambaan bagi setiap orang. Baik untuk usia anak-anak, remaja, dewasa, maupun yang sudah lanjut usia.Tak seorang pun di dunia ini yang menginginkan kegundahan, keresahan, dan kegelisahan di dalam hidupnya.

Suasana batin yang dilingkupi ketenangan, kedamaian, dan ketentraman adalah bingkai kebahagiaan dalam kehidupan. Kebahagiaan manusia yang beriman tidak hanya kebahagiaan duniawi saja, karena  kebahagiaan duniawi hanyalah sebuah jembatan biasa.  


Menurut KBBI makna duniawi adalah yang bersifat dunia (tidak kekal dsb) sehingga jembatan sejati penghantar menuju kebahagiaan yang kekal adalah kebahagiaan ukhrawi.

Makna ukhrawi adalah yang mengenai akhirat, sehingga untuk mencapainya  tidak lantas megabaikan kebahagiaan duniawi, melainkan kedua-duanya mesti diperoleh yakni kebahagiaan duniawi maupun ukhrawi sebagai syarat penting.

Dengan demikian, salah satu diantara keduanya tidak boleh diabaikan demi menggapai yang satunya lagi. Keduanya harus diraih. Dua kebahagiaan yang ingin dicapai tersebut senantiasa selalu dipanjatkan setiap muslim.

“Ya Tuhan kami,karuniakanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat. Lindungilah kami dari azab neraka.” (Q.S Al-Baqarah: 201).

Menafsir Bahagia

Bahagia adalah sebuah kata yang memiliki 6 huruf, di balik 6 huruf itu terkandung makna yang sangat mendalam.

Perlu kesungguhan dalam berusaha untuk menggapai suatu kebahagiaan. Sebagaimana seorang petani yang berada pada musim panen, bahagia luar biasa. Mulai dari segala jerih payah menanam, menyiram dan memupuk, banyak sudah energi terkuras hingga terlupakan seketika sudah memasuki panen.

Untuk mencapai panen yang bagus, tentu diperlukan pengetahuan dan tata cara menerapkan bercocok tanam yang baik. Jika tidak, maka semua jerih payah akan sia-sia belaka.

Di saat yang sepatutnya memanen, justru yang didapat hanyalak kekecewaan, bukan kebahagiaan, sebab hasil panen tak seperti yang diharapkan.

Demikian pula dalam hal menggapai kebahagiaan hidup, tak hanya cukup mengandalkan usaha dan kesungguhan semata. Ada hal lain yang lebih penting dan mendasar, yaitu aturan Allah.

Mengapa aturan Allah? Sebab Allah lah yang menciptakan manusia, tentu Allah juga yang paling mengetahui kebahagiaan manusia. Aturan Allah yang mengarahkan manusia dalam mencapai kebahagiaandalam kehidupan.

Tidak hanya kebahagiaan di dunia semata, namun kebahagiaan di akhirat juga senantiasa diperoleh melalui patuh kepada perintah dan ajaran Allah kepada umatnya.

Kepatuhan tersebut dimaksudkan juga seperti menghindarkan diri dari melakukan perbuatan yang dapat melalaikan bahkan dapat menimbulkan dosa seperti pergi ke diskotik, dugem, hura-hura yang dianggap oleh sebagian orang merupakan cara untuk memperoleh kesenangan.

Padahal kebahagiaan yang dijanjikan Allah justru tidak diperoleh melalui perbuatan maksiat dan mendatangi tempat buruk yang dimaksudkan untuk mengumbar hawa nafsu kezaliman. Kebahagiaan yang sejati justru tidak akan ditemukan di sana.

Kemaksiatan seperti berzina, berjudi, narkoba, korupsi dsb. boleh mendatangkan kesenangan, tetapi tidak mendatangkan kebahagiaan. Sebab perilaku hidup yang demikian justru akan berakibat bagi pelakunya selalu dibayangi dengan dosa dan dikejar-kejar oleh perasaan takut atas kesalahan menyimpang perintah Allah, jelas itu bukan pola hidup yang membahagiakan.

Kebahagiaan yang semu semata kesenangan nafsu yang diperturutkandi tempat-tempat maksiat bukanlah kebahagiaan yang diridhai Allah, melainkan kemaksiatan lah yang menyengsarakan.

Bahagia itu terletak di dalam hati, pada segumpal daging inilah yang menentukan bahagia atau sengsaranya seseorang. Bila hati seseorang itu bahagia, maka hidup akan bahagia pula.

Sebaliknya apabila hati sengsara, hidup seseorang itu pun akan sengsara juga. Menggapai kebahagiaan yang mendasar akan tercipta jika manusia senantiasa mengingat Allah sebagai Tuhan Kang Maha Kuasa.

“(fYaitu) orang-orang beriman yang hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d: 28).

*Penulis adalah mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara UIN Ar-Raniry

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.