Pentingnya Mendampingi Anak Belajar Daring di Era Pandemi Covid-19

Qq Irma Lq mahasiswi Jurusan Sosiologi Agama di UIN Ar-Raniry 
Oleh: Qq Irma Lq 

Coronavirus disease (Covid-19) telah berhasil mendapatkan perhatian internasional setelah pandemi dari virus ini menyebar ke lebih dari 140 negara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini telah menetapkan Covid-19 sebagai darurat permasalahan kesehatan dunia.

Covid-19 memiliki kemampuan untuk menyebar dengan sangat cepat “penyebar super”.  Penyebaran virus ini berasal dari orang yang positif terinfeksi Covid-19 melalui tetesan kecil yang berasal dari hidung atau mulut penderita saat bersin ataupun batuk.

Dengan demikian, penting bagi negara-negara lainnya untuk merespon, mencegah, dan menangani pandemi dari virus ini.

Lonjakan penyebaran virus ini juga telah sampai di Indonesia, awal mula virus tersebut menyebar di Indonesia ialah berasal dari salah satu klub dansa yang berada di Jakarta, yakni klub Amigos yang kemudian menginfeksi 2 masyarakat Depok.

Peristiwa tersebut terjadi pada 14 february 2020. Dari sejumlah daerah yang terjangkit virus corona di Indonesia, Jakarta disebut sebagai salah satu episenter (titik teratas) penyebaran Covid-19. Virus tersebut kemudian semakin menyebar tak terkendali hingga menjangkit 16 provinsi lainnya di Indonesia.

Sejak 28 Maret 2020, dilaporkan lebih dari 1.155 pasien positif Covid 19, dan 102 diantaranya meninggal dunia.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah pusat segera memberlakukan beberapa kebijakan terkait penanggulangan virus ini. Salah satunya ialah kebijakan untuk belajar dan bekerja dari rumah. Peraturan ini disampaikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Peraturan ini juga dikenal dengan istilah Work From Home (WFH), dimana anak-anak dan mahasiswa diwajibkan untuk belajar dari rumah, dan disusul pula dengan karyawan yang mulai mengerjakan pekerjaan mereka dirumah.

Awalnya, anak-anak mempersepsikan kebijakan ini sebagai libur, sehingga tidak sedikit anak-anak merasa senang dan gembira. Selain itu, orang tua murid juga merasa senang karena dapat bekerja dari rumah sembari menemani anak – anak mereka.

Namun pada kenyataannya, kebijakan pemerintah untuk #dirumahaja justru dianggap membosankan oleh sebagian besar anak-anak.

Sistem belajar mengajar dari rumah kerap menghadapkan anak-anak dan mahasiswa untuk mengerjakan soal mandiri sebagai salah satu bentuk untuk belajar. Namun, acapkali anak-anak tidak mengerjakan tugas-tugasnya tepat waktu.

Melainkan harus dipaksa terlebih dahulu oleh orang tuanya. Percekcokan kecil antara orang tua dan anak pun sering muncul tatkala diberlakukannya kebijakan tersebut. Kebiasaan orang tu untuk mengoyak-oyak dan memaksa anak-anak mengerjakan tugasnya mengakibatkan munculnya meme “tidak enak belajar di rumah, mamaku lebih galak dari bu guru”.

Karena pada Kenyataannya tidak semua orang tua siap untuk secara penuh mendampingi anak belajar dari rumah, baik dari segi waktu maupun konten materi.

Pentingnya untuk menemani anak saat belajar daring karena anak-anak masih belum siap dengan segala perubahan ini. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun tampaknya masih belum siap menghadapi situasi ini. Oleh karena itu, dampingan orang tua selama anak-anak belajar akan menguatkan mereka dan sekaligus memberi semangat lebih kepada mereka.

Perubahan tempat belajar dari biasanya, tidak adanya kawan sebaya untuk menemani nya belajar, dan tidak adanya guru favorit anak selama belajar dirumah tidak akan menjadi masalah yang berarti lagi saat anak merasa nyaman dengan dampingan orang tuanya.

Orang tua murid memang dihadapkan pada pekerjaannya yang lain yang juga mempunyai target waktu pengumpulan. Ditambah dengan kondisi yang mengharuskan orang tua mendampingi anak-anaknya dalam belajar. Kondisi demikian yang kadang-kadang membuat orang tua menjadi lebih sensitif dengan situasi sekarang ini.

Kondisi ini terjadi begitu cepat. Sehingga tidak sempat bagi setiap elemen masyarakat mulai dari anak-anak baik yang bersekolah maupun tidak, mahasiswa, hingga para pekerja dengan berbagai profesi yang berbeda – beda tidak sempat mempersiapkan dirinya sama sekali. Tingkat kesulitan yang mereka hadapi pun bermacam ragamnya.

Untuk anak prasekolah dan pendidikan dasar, karena menganggap orang tua di rumah adalah libur, maka seringkali akan muncul rengekan ketika orang tua bekerja di rumah. Untuk yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi, memang tidak banyak rengekan yang mereka keluarkan, tetapi orang tua yang bersangkutan juga tidak bisa mendampingi mereka secara penuh baik dari sisi waktu ataupun konten materi pembelajaran.

Terdapat begitu banyak tugas yang menumpuk bagi seorang orang tua, mulai dari tugas rumah tangga, tugas pekerjaan, bahkan tugas untuk mendampingi anak-anak mereka dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang menumpuk sebagai ganti dari tatap muka di kelas.

Apalagi menjelang persiapan ujian sang anak. Sementara itu, untuk memanggil guru les, juga tidak memungkinkan untuk dilakukan karena harus menjaga jarak fisik, selain itu guru les juga banyak yang menolak untuk mengajar privat dirumah murid karena takut terpapar virus covid-19.

Akhirnya, solusi terakhir yang dapat diterapkan adalah dengan melaksanakan pembelajaran secara secaraonline. Tetapi apakah hal ini mampu mengatasi permasalahan? Belum tentu juga, karena tidak menutup kemungkinan selain kurang memahami dengan “belajar sendiri” tersebut, mereka terlena dengan hal lain yang lebih menarik baginya.

Ditambah dengan beberapa anak – anak yang kurang beruntung karena tidak memiliki fasislitas yang memadai untuk melaksanakan proses belajar secara online.

Berdamai dengan Corona

Sekecil apapun masalah akan menjadi rumit jika kita mempermasalahkannya. Sebaliknya, sebesar apapun masalahnya tidak akan menjadi hambatan apabila kita tidak merumitkannya. Banyak yang mengeluh bahwa akhir – akhir ini begitu banyak masalah yang timbul selama pandemi Covid – 19.

Situasinya memang demikian, semakin kita mengeluh maka rasanya semakin banyak masalah yang akan dihadapi. Tidak ada solusi yang lebih bijak selain berdamai dengan kondisi.

Dengan selalu berprasangka baik dan seantiasa bersyukur kepada tuhan maka kita akan merasa selalu ada hikmah yang lebih berharga dari setiap permasalahan yang timbul. Beberapa hikmah yang dapat dipetik dengan sebab adanya pandemi ini adalah kita memiliki lebih banyak waktu luang untuk beribadah dan memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga karena himbauan Bapak Presiden yang memerintahkan kita untuk berada dirumah saja.

Dengan 24 jam berada di rumah, orang tua juga akan lebih mengetahui aa yang dipelajari anak – anaknya, membantu mereka mengerjakan tugasnya, meskipun tidak semua materi dapat mengerti oleh orang tua..

Bagi jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni jenjang perkuliahan. Maka, dosen dan mahasiswa jadi lebih tahu berbagai cara yang dapat di gunakan untuk menjalankan kuliah online. Sementara untuk para pekerja, baik itu karyawan kantoran atau berbagai profesi lainnya.

Mereka menjadi lebih bijaksana dalam membagi waktu dan memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya, belajar lebih sabar, dan belajar bekerja di bawah tekanan.

Setiap individu berkontribusi pada kemampuannya dalam mengubah ranah dan pembatas agar sesuai dengan kebutuhan. Artinya, individu berupaya mengatur dengan tepat lingkungan kerja dan keluarga untuk memelihara keseimbangan. Mumpung bekerja dari rumah, kita dapat mengatur jadwal sendiri kapan mengerjakan pekerjaan kantor, kapan bersama dengan anak.

Bagi orang tua, tetap bersabar dalam mendampingi anak selama belajar daring. Orang tua tak harus menggantikan semua peran guru di sekolah. Salah satu hal yang sangat diinginkan anak saat proses belajar daring adalah dengan memuji setiap capaian mereka. Berikan saran dan komentar yang halus apabila memang diperlukan.

Mungkin hasilnya memang berbeda dari pada hari – hari sebelum pandemi covid – 19 menyerang. Namun, yang paling penting untuk diperhatikan ialah kita tetap harus membuat target, agar hasil tetap optimal.

Tentu saja dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi. Satu hal yang lebih penting lagi, semoga wabah ini segera berakhir, sehingga setiap orang dapat menjalani kehidupannya dengan normal kembali.

*Penulis adalah mahasiswi Jurusan Sosiologi Agama di UIN Ar-Raniry 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.