Aceh Barat Miliki Al Qur'an Wangi Berusia Lebih 700 Tahun


Kadis Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora)  Kabupaten Aceh Barat Muhammad Ali Taufik 


Meulaboh - Kebanyakan para wisatawan yang datang berkunjung ke Provinsi Aceh umumnya mereka hanya ingin menikmati kopi Aceh, hal itu disebabkan rasa kopi Aceh telah terkenal aromanya baik di Indonesia maupun luar negeri.

Lain halnya dengan Kabupaten Aceh Barat, Pemkab Aceh Barat akan perkenalkan objek wisata religi yang masih misterius yaitu Al'Quran Panton Rue yang lebih dikenal dengan sebutan Al'Quran Wangi merupakan warisan sejarah.

Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Aceh Barat Muhammad Ali Taufik kepada media www.koranaceh.net mengaku kalau Al Qur'an yang terletak di Gampong Meugo Rayeuk Kecamatan Panton Rue tersebut telah berusia lebih dari 700 tahun dan Al Qur'an itu memiliki keunikan tersendiri.
Staf Disparbudpora Aceh Barat saat silaturrahmi ke rumah Ibu Maneh.

Kata Alto, sapaan akrab Muhammad Ali Taufik, Al'Quran Panton Reu yang lebih dikenal dengan sebutan Al'Quran wangi itu merupakan warisan sejarah peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang dibawa dari tanah Arab pada abad ke-13 atau tahun 1235 Masehi.

Dijelaskan, Syekh Maulana Malik Ibrahim memiliki dua orang putra yaitu Malikus Saleh dan Abdul Samad, putra kedua Syekh Maulana Abdul Samad saat itu menetap di Pidie dan Alquran itu juga dibawa bersama.

Selanjutnya Abdus Samad mewariskan Al Qur'an itu kepada putranya Tgk Chik Adam yang akhirnya Tgk Chik Adam membawa Al'Quran wangi tersebut ke Gampong Meugo Rayeuk dan hingga saat ini Al Qur'an wangi yang dibawa dari tanah Arab masih berada di Gampong Meugo Rayeuk Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat.

"Al'Quran dengan panjang 25 centimeter lebar sekitar 20 centimeter dan memiliki isi 30 juzz tersebut masih menyimpan misteri seperti kemisterian bahan dasar apa yang menyebabkan Al Qur'an tersebut wangi sehingga tidak lengkang oleh waktu," sebut Alto.
Dijelaskan, ketika pihak Disparbudpora melakukan kunjungan sekaligus bersilaturahmi dengan Ibu Maneh penjaga Al'Quran itu, ibu Maneh mengatakan bahwa kertas bahan yang digunakan saat membuat Al Qur'an adalah berasal dari kayu yang dinilai langka dan hanya ada pada masanya.

"Bahkan para peneliti yang datang sebelum tsunami melanda Aceh belum mampu mengungkap bahan dasar apa pembuatan Al'Quran tersebut," papar Alto.

Lebih lanjut dikatakan, kisah-kisah keramat menambah keistimewaan Alquran wangi, seperti, kisah orang yang bersumpah dengan Al'Quran wangi tetapi melanggarnya menderita berbagai macam penyakit hingga ada yang meninggal dunia.

Untuk melihat secara langsung fisik Al'Quran wangi, harus menempuh jarak hingga 30 kilometer lebih dari ibu kota Kabupaten Aceh Barat (Meulaboh).

Selama ini masyarakat umum baik di Aceh Barat maupun kabupaten lain hanya mengetahui Al'Quran Panton Reu ketika adanya momen tertentu seperti ada kegiatan MTQ atau momen kegiatan keagamaan lainnya, ujar M Ali Taufik. (EMK Muntadhir)

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.