Beladiri untuk Wanita: Kebutuhan atau Kesalahan?

Wiwin Triana Santi, mahasiswi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Foto: Ist.
Oleh: Wiwin Triana Santi 

Bela diri merupakan aktivitas yang dilakukan oleh mayoritas laki-laki, sebab jika dilihat bela diri bukan merupakan jenis olahraga yang biasa saja, dari teknik-teknik yang keras banyak yang menganggap hanya laki-laki yang mampu.

Saat ini seni beladiri berkembang di seluruh penjuru dunia, hampir seluruh negara memiliki bela diri. Terdapat berbagai jenis bela diri mulai dari pencak silat, taekwondo, karate, judo, kungfu, dan masih banyak lagi jenis-jenis beladiri. Walaupun ada banyak jenis bela diri yang berkembang di Indonesia saat ini, namun untuk Indonesia lebih terkenal dengan pencak silat.

Pada zaman dahulu hanya  kaum laki-laki yang boleh ikut perang, dan hanya kaum laki-laki yang pantas menjadi pemimpin, banyak yang tidak menginginkan kehadiran anak perempuan, tetapi dengan datangnya Baginda Rasulullah SAW membebaskan para budak, memperbaiki akhlak manusia di muka bumi, juga menjadikan derajat wanita lebih mulia.

Sejalan dengan berkembangnya zaman, perempuan pun mampu menguasai teknik-teknik bela diri. Mereka menekuni bela diri dengan berbagai alasan, ada yang sekedar ingin menyalurkan hobi, ada juga yang memang betul-betul untuk melindungi diri.

Seperti kisah pada saat Baginda Rasulullah SAW berperang, beliau dilindungi oleh para sahabatnya, bukan hanya sahabat laki-laki, tetapi juga sahabat perempuan, ia bernama Nusaibah binti Ka’ab dan lebih dikenal dengan nama Ummu Umarah. Ummu Umarah menunjukan kecintaanya terhadap Rasulullah, ia menjadikan dirinya sebagai tameng dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi Rasulullah dalam perang uhud. 

Banyak olah raga yang kini menjadi ajang perlombaan, salah satunya seni bela diri, tidak sedikit dari para atlet bela diri adalah kaum laki-laki tetapi juga perempuan. 

Apakah Tidak Menyalahi Kodrat?

Lalu bagaimana dengan stigma bahwa wanita itu makhluk yang lemah lembut?
Memang ada benarnya sebagai wanita harus bersikap lemah lembut, tetapi ada tempatnya, sehingga harus bisa menentukan kapan saatnya harus bersikap lemah lembut, dan kepada siapa. Wanita tidak bisa bersikap lemah lembut kepada preman atau penjahat yang akan melakukan tindak kejahatan kepadanya, karena mereka tahu bahwa wanita tidak akan melawan, sehingga mereka seakan leluasa melancarkan aksinya dengan dibalut sikap wanita yang lemah lembut.

Seperti bunga mawar, cantik, tetapi di balik kecantikanya, mawar memiliki duri untuk melindunginya. Begitu juga wanita, di balik kelembutanya juga harus memiliki kemampuan untuk melindungi diri dengan bela diri.

Segala sesuatu itu dimulai dari diri sendiri, sama halnya juga bela diri ini, dimulai dari melindungi diri sendiri baru kemudian melindungi orang lain.

*Penulis adalah mahasiswi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.