Dengan 36 Juta Rupiah Nek Khadijah Kini Punya Rumah Layak Huni Diprakasai Yayasan Beudoh Gampong

Nek Khadijah (lansia) penduduk Aceh Utara penerima bantuan rumah dhuafa
prakarsa Yayasan Beudoh Gampong, Foto: Screenshot siaran langsung video zoom
dalam even Halal Bi Halal/Silaturrahmi Beudoh Gampong. Sabtu (13/6/2020).


Banda Aceh - Nek Khadijah warga Aceh Utara Senin lusa (15/6/2020) sudah bisa menempati rumah Bantuan Dhuafa yang diprakarsai penuh oleh Yayasan Beudoh Gampong (YBG). Pembangunan rumah layak huni yang dijadikan pilot project dengan menghabiskan dana meuripee (sumbangan) pengurus dan anggota YBG ini hanya memerlukan sejumlah 36 Juta Rupiah dalam waktu 2 bulan kurang sudah bisa ditempati, Sabtu (13/6/2020).

Terlihat wajah haru dan bersyukur sambil menahan tangis, Nek Khadijah turut serta didampingi pendamping pembangunan rumah YBG di atas tanah wakaf miliknya saat mengikuti dialog interaktif agenda Halal Bil Halal/Silaturrahmi Virtual Beudoh Gampong, Sabtu 13 Juni 2020, Pukul 10.00 s.d. 12.15 WIB tadi siang.

Berdasarkan keterangan peserta silaturrahmi virtual, Edi Fadhil yang juga telah banyak membantu masyarakat Aceh membangun rumah bagi kaum marginal, diketahui bahwa pembangunan rumah perdana oleh YBG ini sekaligus menandai konsep membangun rumah secara semi permanen.

Di samping menghemat pengeluaran anggaran hasil sumbangsih pengurus dan anggota YBG, dengan 36 juta Rupiah anggaran yang digunakan sekaligus menunjukkan cara cepat dan ringkas serta super murah untuk membantu masyarakat Aceh yang sangat membutuhkan rumah layak huni.

Turut dihadiri sejumlah 27 peserta dari berbagai wilayah nusantara, silaturrahmi virtual YBG yang telah dijadwalkan sehari sebelumnya, sekaligus disampaikan laporan oleh para tokoh YBG terkait situasi dan perkembangan terakhir YBG dalam agenda pembangunan rumah dhuafa Nek Khadijah juga program YBG lainnya sebagai evaluasi yang telah dilaksanakan sejak Agustus 2018 silam.

Salah satu kajian dan komentar yang disampaikan Prof. Teuku Abdullah Sanny selaku Pimpinan YBG adalah upaya respon cepat masyarakat Aceh terhadap kondisi perekonomian di wilayah propinsi yang secara umum punya dana begitu besar sebagai wilayah otonomi, dan bahkan menurut Profesor ahli geologi dosen ITB ini bahwa jumlah dana yang digelontorkan pusat ke Aceh tidak seharusnya masih menempatkan Aceh sebagai daerah termiskin di Sumatera, ini sangat ironis, sebutnya.

Dr. Tagwaddin selaku Pimpinan Ombudsman Aceh dalam sesi tanggapan melihat respon publik atas situasi terkini terkait kesejahteraan, memaparkan bahwa Aceh mesti melakukan evaluasi diri, buanglah perasaan merasa miskin bagi yang sudah sejahtera, ungkapnya.

"Aspek moralitas di Aceh harus mendapat perhatian bersama, agar jangan ada lagi masyarakat sejahtera dan berpenghasilan malah berebut bantuan BLT pada musim pandemi covid-19 ini, karenanya kita juga perlu mendorong mentalitas spritual demi kemaslahatan bersama," ujarnya.

Azhari Hasan dalam laporannya terkait pelaksanaan pembangunan rumah Nek Khadijah tersebut turut menyampaikan bagaimana proses sejak awal penentuan jenis material yang digunakan, konsep rumah YBG yang juga menyerap kebutuhan pekerja dari para volunteer relawan YBG di lapangan.

Dari proses perdana pembanguan rumah dhuafa ini, menurutnya dapat dipakai sebagai model membangun rumah dengan dana yang sangat minim, tahan gempa juga dampak lingkungan sekitar seperti banjir dapat dimaksimalkan sebab pondasi bangunan ditata sedemikian rupa sehingga layak jadi model untuk pembangunan rumah dhuafa YBG selanjutnya.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.