Sibuk Tidak Sama dengan Produktif; Gunakan Smartpone dan Tidurlah Secara Tepat

Lara Sukma, mahasiswi Jurusan Sosiologi Agama UIN Ar-Raniry. Foto: Ist.

Oleh: Lara Sukma  


Salah satu rumus kemakmuran adalah menukar waktu dengan uang, “Time is Money” semakin banyak waktu yang ditukar semakin banyak uang yang didapat. Jika Anda belum cukup makmur atau belum cukup punya uang, pasti Anda punya banyak waktu.

Kalau ternyata hanya punya waktu sedikit tetapi uang Anda juga sedikit, pasti ada yang salah dengan cara mengunakan waktu.  Terus bagaimana dengan kebahagian, apakah uang dapat membuat kebahagiaan!?.

Harusnya “Iya” jika tidak, kemungkinan ada yang salah dengan cara kerja Anda, mungkin memang Anda bekerja karena uang atau justru pekerjaan yang dilakukan justru akibat tidak ada pilihan lain, atau juga Anda bekerja di luar minat yang penuh.

Jadi betapa penting untuk menempatkan uang di belakang minat, jika kita bekerja sesuai minat maka kita akan melakukan dengan hati yang bahagia walhasil segala yang dikerjakan akan mengarah kepada nilai-nilai produktifitas yang kian meningkat, karena faktor kepuasan itu bukan masalah materi atau bukan pula hanya semata berpaut urusan uang semata, tapi justru kejiwaan.

Sekarang banyak bermunculan anggapan bahwa jika seseorang terlihat sibuk maka dianggap produktif. Tak jarang didengar sapaan berupa kalimat dari teman lama yang dijumpai “Eh apa kabar, sibuk apa sekarang!?”, seakan-akan suatu kesibukan telah dianggap  menjadi prioritas utama yang patut dibanggakan, padahal sibuk itu artinya lelah, dan lelah belum tentu menghasilkan apa-apa, sedangkan produktifitas sudah pasti menghasilkan sesuatu.

Telah jamak fenomena saat ini setiap orang kerap sibuk dengan smartphonenya, tapi sedikit sekali yang bisa produktif dengan smartphone mereka, bukankah hal ini terlihat begitu miris. Tapi ngomongin masalah smartphone.

Akhir-akhir ini sering sekali kian terdengar orang-orang kerap mencap buruk terhadap fungsi smartphone akibat dampak sosial bahkan ekonomi yang muncul dari benda teknologi tersebut didominasi secara negatif, padahal alat komunikasi canggih tersebut justru berguna sekali dalam keseharian kita, namun mengapa justru sering dianggap sebagai alat perusak generasi bangsa, perusak akidah anak-anak?

Tentu saja hal ini semata pembahasan di kalangan para orang tua yang gaptek aja ya, sedangkan untuk generasi muda dan orang tua yang telah memahami fungsi smartphone secara positif malah tidak menjadi suatu masalah.

Munculnya anggapan miring terkait alat komunikasi smartphon ini mungkin karena smartphone sudah disalah pergunakan oleh anak-anak, terutama berkaitan dengan fungsinya sebagai tidak semata alat komunikasi, smartphone untuk bermain sosial media atau game sampai lupa waktu, dan hal ini pun tidak ada bedanya juga apabila digunakan orang tua yang justru turut lupa waktu karena sibuk dengan  media sosial atau game.

Jadi, tidak perlu menyalahkan smartphone yang dianggap pemicu penyebab sampai lupa diri dan lupa waktu. Sejatinya smartphone itu  semata-mata cuma alat yang didalamnya berbagai kegunaan telah aplikatif sifatnya, sama seperti pisau yang diciptakan untuk memudahkan pekerjaan memasak di dapur, tapi apakah pisau diadili di depan hakim saat digunakan perampok untuk membunuh seseorang!?

Sebuah alat berupa benda mati, tidak bisa mengandung unsur sifat baik maupun sifat buruk, namun pada manusia pengguna alat tersebutlah yang harus bijak untuk mengunakan sesuai fungsi dan kelebihan yang dimilikinya, mau digunakan untuk sibuk atau mau digunakan untuk produktif untuk meningkatkan produktifitas sebenarnya ada dua;

Pertama tinggikan nilai uang yang diterima dari hasil penukaran waktu kita, atau kurangi energi yang dipakai untuk sebuah pekerjan yang sedang dikerjakan. Sebab, semakin sedikit waktu yang digunakan dan hasil yang didapat lebih banyak artinya tingkat produktifnya tinggi.

Produktifitas Tidur

Tidur juga salah satu penentu produktifitas seseorang, karena ini cara otak manusia men-charger agar kembali produktif di hari berikutnya.

Penelitian di Amerika menunjukan bahwa tidur siang sebelum waktu dhuhur juga dapat meningkatkan produktifitas seseorang. Tidak hanya itu, tidur 1-2 jam sebelum Zuhur juga mampu mengistirahatkan jantung, dan ini adalah tidur terbaik untuk me-refresing Enzim.

Tdak heran jika di Amerika, perusahan-perusahaan di sana punya aturan untuk karyawan mereka agar menerapkan tidur siang, hal ini dimaksudkan agar produktifitas para karyawan dapat jauh lebih meningkat, sehingga dengan demikian kualitas produk yang dihasilkan secara kualitas maupun kuantitas jauh lebih baik.

Melalui literatur Islam, diketahui bahwa Rasulullah Muhammad SAW sudah menjelaskan jauh sejak 1400 tahun yang lalu. Bahkan melalui sunnahnya, Rasul memerintahkan agar “ikutilah pola hidupku,” kata Rasul.

Muhammad SAW tidur saat setelah sholat Dhuha, dan sholat Dhuha terbaik dilakukan ketika matahari sudah mulai meninggi, karena saat-saat itu waktu manusia sedang bekerja, dan sebaik-baiknya ummatnya adalah yang meninggalkan pekerjaan untuk sholat Dhuha, ungkap sebuah riwayat.

Hal itulah yang menjadi pedoman bagi muslim terkait mengapa dalam khazanah Islam, tidur dianggap sebagai ibadah, jika dilakukan dengan benar, bukan tidur karena sudah mengantuk semata atau tidur hanya disebabkan oleh tidak ada yang bisa dikerjakan apalagi bermalas-malasan.

Ketika malam hari pun, Rasul tidur selepas salat Isya dan bangun di pukul 2 pagi kemudian dilanjutkan dengan salat Tahjud dan Witir, sampai Subuh. Pernahkah mencoba mengikuti sunnah tidur sebagaimana yang dilakukan Rasul?. Umumnya banyak yang tidur malam jika sudah mengantuk, bisa di pukul 10, 12, atau pukul 2 dini hari, atau tidak tidur sekalian agar bisa tidur di pagi hari karena tidak ada hal yang bisa dilakukan esok hari.

Kemudian dominan orang berdalih seakan tidur kita itu ibadah dan kita beranggapan akan mendapat pahala di sisi Allat.SWT, ini adalah sebuah situasi yang miris banget ya!?,

Menurut Reza gunawan, praktisi Self Healing & Acupuncturist mengatakan bahwa tidur yang dibutuhkan untuk tubuh ada di saat pukul 10 sampai pukul 3 pagi, karena menurutnya, saat itulah organ tubuh manusia akan ngecharge secara lahir batin

Hal ini tidak bisa digeser karena waktu ditentukan oleh posisi matahari, dan matahari menentukan respons biologis manusia dan organ mana yang akan aktif termasuk proser recharger tersebut.

Jika pada waktu tersebut tubuh kita tidak tidur maka akan berdampak pada pertumpulan memory di hari-hari berikutnya dan daya responsif  dengan demikian justru ikut turun, sehingga dengan demikian berdasarkan kajian pakar tersebut dapat diketahui betapa kian menjadi penting untuk tidur dengan benar di waktu yang benar pula, ini bukan kemalasan tapi, kunci produktivitas.

Satu hal lagi, kita tidak akan bisa tidur on time jika terpapar cahaya biru, jadi penting untuk menjauhkan mata dari cahaya biru agar tertidur lebih awal, cahaya biru didapat dari mana? dari layar komputer, layar smartphone, atau pun dari TV.

Jadi sekarang sudah ketebakkan! kita ini termasuk manusia yang seperti apa? Apa yang sibuk atau yang justru produktif dalam menjalani kehidupan rutinitas?

*Penulis adalah mahasiswi Jurusan Sosiologi Agama UIN Ar-Raniry

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.