Meski Harga Kopi Anjlok Medio April 2020; Petani Kopi Tak Henti Berinovasi Era Pandemi

Wiwin Triana Santi, petani kopi yang juga Mahasiswi UIN Ar-Raniry. Foto: Ist.
Oleh: Wiwin Triana Santi 

Kopi sudah menjadi ciri khas jika kita mendengar sebutan Aceh Tengah, Takengon, atau yang sering di sebut sebagai Kota Dingin, dengan pesona kenikmatan yang kini telah mampu memikat penggemarnya hingga ke seluruh penjuru dunia, kopi juga merupakan bagian terpenting yang menjadi penopang kehidupan masyarakat di daerah ini.


Di Desa Atu Lintang Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah, hampir seluruh masyarakat di desa ini menjadikan Kopi sebagai sumber penghasilan pokok mereka. Para petani Kopi mampu memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-harinya, hingga mampu membiayai pendidikan anak-anaknya sampai k ejenjang yang paling tinggi.

Namun bukan berarti menjadi petani kopi tidak pernah mengalami kegagalan, Seperti yang terjadi pada bulan April hingga akhir Mei 2020 kemarin, seharusnya menjadi momen paling dinanti oleh para petani kopi, sebab pada saat itu seluruh masyarakat yang memiliki kebun kopi sedang dalam masa panen raya, tetapi itu semua hanya menjadi angan di masa pandemi ini.

Akibatnya harga kopi yang biasanya mampu mencapai Rp.40.000 lebih per bambu dalam bentuk gabah, dan Rp. 12.000 dalam bentuk kopi merah (gelondong), kini hanya Rp.15.000 per bambu dalam bentuk gabah, dan Rp. 5.000 dalam bentuk kopi merah.

Dalam memanen atau memetik buah kopi tidaklah bisa kita manunda-nunda, jika melewati batas waktu buah kopi akan terlalu matang dan lambat laun akan gugur dari batang dengan sendirinya.

Mirisnya ada beberapa kopi milik petani yang tidak laku di jual, maka mau tidak mau para petani harus tetap memanen nya walaupun dengan harga yang sungguh sangat disayangkan, strategi bertahan menurut mereka yang terpenting dapat memanen, dan kopi laku dijual dengan harga berapapun, dari pada tidak laku sama sekali.


Kini masa panen raya telah berlalu, buah kopi hanya tinggal beberapa saja tidak sebanyak saat panen raya. Hasil panen yang biasanya mampu menutupi kebutuhan saat dalam masa krisis, kini itu tidak dapat dilakukan, karena kebanyakan dari mereka ketika habis masa panen, maka habis pula dana yang diperoleh saat panen untuk membiayai kebutuhan mereka saat itu dan hanya tersisa sedikit saja.

Saat ini untuk menutupi kebutuhan mereka, mereka melakukan penanaman tanaman muda seperti, cabe, kentang, tomat. Mereka sudah menyiapkan bibit jauh-jauh  hari sebelum datang nya masa krisis seperti sekarang ini. Kemudian mereka mulai penanaman, lalu melakukan perawatan, hingga menunggu waktu panen.

Mereka memperkirakan jika saat ini harga tanaman muda juga murah, maka diharapkan saat tanaman milik mereka panen nanti harga akan naik dan mampu membalikan kondisi perekonomian yang sempat terpuruk karena pandemi. 

Para petani tidak pernah berputus asa untuk terus berusaha demi memenuhi kebutuhannya, hingga tiba masa panen raya kopi berikutnya, berharap harga kopi bisa kembali normal seperti biasanya.

*Penulis adalah mahasiswi UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.