Pembiayaan Produk Pertanian Terdampak Pola Perubahan Sistem Produksi

Ilustrasi by: Nurwida
Oleh: Nurwida
Biaya proses produksi pertanian semakin hari semakin mahal. Dulunya membajak sawah secara tradisional dengan menggunakan hewan seperti kerbau dan sapi. Seiring perubahan zaman, sekarang beralih ke mesin.

Akibat perubahan pola proses produksi dan peralatan modern pertanian, justru kebutuhan memproduksinya lebih banyak yaitu membutuhkan bahan bakar. Tentu saja itu dibeli.

Bukan hanya itu, dulunya pemupukan dilakukan dengan pupuk organik yaitu kotoran hewan. Namun, sekarang memakai pupuk noorganik. Sehingga petani dihadapkan untuk membeli pupuk dengan harga yang tidak murah. 

Selain itu ketika terjadi kelangkaan pupuk, petani harus merogoh kantong lebih dalam untuk mendapatkan pupuk. Jika tidak seperti itu, petani tidak bisa memupuki padinya. Gagal panen pun menjadi bayangan di depan mata.

Untuk menyiasati pembiayaan produksi dan membeli pupuk, petani tidak langsung membayar dimuka. Akan tetapi dengan cara mengutang dulu kepada agen. Pembayarannya dilakukan setelah panen.

Selain itu juga, ketika padi terkena hama pe
tani juga harus membeli insektisida sebagai obat untuk penyakit. Insektisida tersebut pun tidak murah. Sehingga membuat petani kucar kacir ketika musim hama terjadi.

Oleh karena mengutang, ketika musim panen padi. Petani menjual padinya untuk membayar hutang kepada agen. Setiap panen padi selalu seperti itu. Tidak ada padi untuk disimpan sebagai bahan pokok untuk 4 bulan kedepan, dan wajib membeli beras kembali. Sama juga dengan masyarakat yang tidak bertani. Dalam istilah orang Aceh "tulok tong tinggai tem".

Para petani harus mengubah cara bertani. Bisa dengan kembali kepada pertanian yang dilakukan oleh petani dulu. Pertanian dulu yang memperhatikan kearifan lokal dalam proses pengolahan pertanian. Petani juga harus kembali kepada pemupukan organik dan pengobatan penyakit padi secara alamiah.

Dengan itu, petani juga memperbaiki tanah yang telah rusak akibat pupuk nonorganik. Serta tanah pun tetap subur. Bukan hanya itu, petani juga bisa menekan biaya produksinya.

*Penulis adalah warga Sawang, aktif menulis dan memerhati lingkungan.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.