Beda Tafsir ‘Lebih Bayar’ Antara BPK VS Dinas PUPR Aceh, Siapa Untung, Siapa Buntung?





Banda Aceh – Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK - RI Perwakilan Aceh  Tahun Anggaran 2019, menyebutkan sekitar 2.291.345.133,68, kelebihan bayar dari Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUPR) Aceh  pada  sembilan paket proyek dan badan pemeriksaan keuangan negara itu, menilai,  ini bentuk ketidak patuhan  pada aturan hukum.

Berdasarkan LHP BPK-RI, Perwakilan Aceh Tahun 2019 yang diserahkan dalam sidang paripurna DPRA, tanggal 30 Juni 2020 lalu, kelebihan bayar itu terjadi pada paket proyek; Peningkatan jalan Sinabang – Sibigo dilaksanakan oleh CV.PR dengan kelebihan bayar Rp. 490.209.360,00,  Peningkatan jalan Babah Roet – Batas Gayo Lues dilaksanakan oleh PT. R  kelebihan bayar Rp.208.629.375,66.

Pembangunan jalan Trieng Gadeng – Batas Bireun dilaksanakan oleh PT. NM  kelebihan bayar Rp.604.306.624,35, Pemeliharaan jalan Krueng Mane – Sawang Aceh Utara dilaksanakan oleh CV. GKK kelebihan bayar Rp.101.788.072,02, Peningkatan jalan Jantho – Batas Aceh Jaya Segmen I dilaksanakan oleh PT. CGM kelebihan bayar Rp. 349.491.324,06, Pelebaran jalan lingkar Darusalam dilaksanakan oleh PT. KBI kelebihan bayar sebesar Rp 281.029.607,10.

Pemeliharaan berkala jalan Gunung Kapur – Trumon dilaksanakan CV. GKM  kelebihan bayar Rp.111.811.208,97, Pemeliharaan berkala jalan Trumon – Pulo Paya dilaksanakan oleh CV.TJF kelebihan bayar Rp.71.613.860,32, Pembangunan Jembatan Uring Ruas Jalan Batas Aceh Timur – Pining Blang Keujeren dilaksanakan oleh CV. CB kelebihan bayar Rp. 72.465.701,00.

Menurut laporan hasil pemeriksaan BPK kelebihan bayar tersebut terjadi karena kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang selaku pengguna anggaran tidak cermat dalam melakukan pengendalian pelaksanaan kontrak.

Menanggapi hasil pemeriksaan itu, Kepala Dinas PUPR Aceh dalam laporan BPK menyebutkan sependapat dan akan melakukan penyetoran kembali kelebihan pembayaran ke kas pemerintah Aceh atas dua paket pekerjaan dan tidak sependapat dengan temuan BPK atas tujuh paket yang disertai alasan teknis, 

Kepala Dinas PUPR menyayatakan; Pekerjaan peningkatan jalan Sinabang - Sibigo yang dilaksanakan oleh CV. PR kelebihan bayar senilai Rp . 289.285.845,00, Pekerjaan pembangunan jalan Triengadeng – Batas Bireun yang dilaksanakan oleh PT.NM kelebihan bayar senilai Rp . 187.578.446,09, Pemeliharaan jalan Krueng Mane – Sawang Aceh Utara yang dilaksanakan oleh CV. GKK kelebihan bayar senilai Rp. 25.215.243,76.

Pekerjaan peningkatan jalan Jantho – Batas Aceh Jaya segmen I yang dilaksanakan oleh PT.CGM kelebihan bayar senilai Rp . 42.455.264,67, Pekerjaan pelebaran jalan lingkar Darusalam yang dilaksanakan oleh PT.KBI telah sesuai kontrak, Pekerjaan pemeliharaan berkala jalan Gunung Kapur – Trumon yang dilaksanakan oleh CV.GKM kelebihan bayar senilai Rp. 61.937.600,68, Pekerjaan pemeliharaan berkala jalan Trumon – Pulo Paya yang dilaksanakan oleh CV. TJF kelebihan bayar senilai Rp . 40.045.006,74.

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan tersebut, baik BPK maupun Dinas PUPR dalam menyampaikan nilai kelebihan bayar turut menyertai dengan argumen teknis.
Akibat terjadinya kelebihan bayar pada paket pekerjaan di Dinas PUPR, BPK merekomendasikan kepada Gubenur Aceh agar memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada kepala Dinas PUPR selaku pengguna anggaran yang tidak cermat melakukan pengawasan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

BPK juga mengintruksikan kepada kepala Dinas PUPR untuk memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada KPA dan PPTK terkait yang tidak cermat dalam melakukan pengendalian pelaksanaan kontrak.

Mengenai telah terjadinya kelebihan bayar pada paket pekerjaan di Dinas PUPR, BPK mengintruksikan kepada Kepala Dinas PUPR untuk memepertanggung jawabkan kelebihan pembayaran dan menyetorkanya ke kas Pemerintah Aceh sebesar Rp. 2.291.345.133,68. Sejauh ini PUPR Aceh hanya menyetorkan Rp. 190.588.280,46.[]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.