Budaya Membaca Lebih Penting daripada Sekolah

Ilustrasi budaya membaca. Foto: Ist.
Oleh: Nurul Asri 

Dapat diketahui bahwa membaca buku dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan memperoleh ide-ide dan menyelesaikan masalah. Namun sayangnya, membaca buku belum menjadi kebiasaan. Hari ini membaca buku, mungkin minggu depan, bulan depan bahkan tahun depan baru membaca lagi.

Demikian pun dalam dunia pendidikan, sistem yang ada belum optimal dalam membangun kebiasaan membaca bagi peserta didik. Pengetahuan para siswa lebih banyak diperoleh dari apa yang diajarkan oleh gurunya di sekolah.

Faktor yang menyebabkan lemahnya kebiasaan membaca buku, seperti lingkungan belajar yang tidak mendukung, lebih banyak menonton TV, asyik melihat telepon seluler dan media sosial. Yang lebih parah lagi peserta didik lebih sering menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi masa depannya.

Budaya membaca itu sangat penting karena bisa  dikatakan bahwa budaya membaca lebih penting daripada sekolah dalam tujuan mencapai kesuksesan. Suka membaca tanpa bersekolah masih memiliki peluang dalam mencapai kesuksesan.

Membaca membuat pola pikir kita luas dan tajam, meningkatkan kreativitas kita dalam bekerja dan bisa menciptakan lapangan kerja guna mencapai kesuksesan. Sedangkan tidak suka membaca tetapi bersekolah, maka peluang untuk mencapai kesuksesan akan lebih kecil.

Kemampuan membaca yang lemah, agaknya kita harus mengakuinya. Sadar akan kemampuan membaca yang lemah, peserta didik kita tidak terpicu untuk bisa membaca. Tidak ada daya tarik dalam dirinya untuk belajar iqro.

Ketika kaum buta aksara ditanya bagaimana rasanya tidak bisa baca, mereka mengaku biasa saja. Tidak ada kesulitan hidup yang mereka alami karenanya. Lagi pula mereka menganggap membaca tidak ada kaitanya dengan kualitas kehidupan bagi mereka, biasa atau tidak bisa baca, biasa saja.

Partisipasi peserta didik dalam menerapakan budaya kebiasaan membaca masih sangat rendah. Dengan lemahnya kemampuan membaca, ditambah anggapan bahwa membaca tidak memberi banyak manfaat, lalu bahan bacaan kurang punya daya tarik, terakumulasi rendahnya budaya baca.

Membangun budaya kebiasaan membaca dalam kaitanya dengan aktivitas membaca bagi peserta didik yang dapat berperan meningkatkan pengetahuan yang mereka dapat, perlu menyadari bahwa membaca juga merupakan dasar utama untuk segala pengajaran.

Dengan banyak membaca, peserta didik akan memperoleh beragam pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk perkembangan dirinya. Seluruh proses pembelajaran pun tak akan berhasil tanpa adanya minat baca dalam diri siswa. Untuk itu lembaga pendidikan formal, informal, dan formal harus mempersiapkan berbagai cara, seperti mengadakan latihan-latihan dan tugas-tugas membaca kepada peserta didik agar minat baca siswa semakin tercipta.

Sekilas kita kembali melihat beberapa cara di atas, penulis mencoba menawarkan beberapa langkah yang sangat mudah untuk meningkatkan minat baca peserta didik.

Pertama, seorang guru yang berada di lembaga pendidikan itu sendiri dalam hal ini di sekolah, harus menjadi motivator. Berarti di sini guru dituntut harus betul-betul mengontrol dan mengawas agar peserta didik menciptakan budaya kebiasaan membaca di sekolah.

Kedua, guru harus betul-betul menerapkan budaya literasi sekolah (BLS) kurang lebih 15 menit sebelum memulainya mata pelajaran di sekolah. Ketiga, guru harus menjadi contoh kepada peserta didik dalam hal membaca.

Paling kurang guru harus menjadi supervisor bagi peserta didiknya di sekolah. Jika guru menjadi ujung tombak dalam menerapkan budaya kebiasaan membaca di sekolah bukan tidak mungkin peserta didik akan menjadi biasa dan terus membangun budaya kebiasan membaca di lingkungan sekolah.

Disinilah minat baca peserta didik akan meningkat bila pihak sekolah, dalam hal ini guru juga  terus menerapkan kebiasaan membaca kepada peserta didik dan terus mengontrol peserta didik dalam membangun kebiasaan membaca 15 menit di sekolah.

Karena tidak ada satu daerah yang maju sepanjang sejarah kecuali peserta didiknya gemar membaca. Guru juga harus memberikan tugas rumah bagi peserta didik dalam hal membaca karena, membaca buku merupakan jembatan yang dapat menghubungkan kita ke dalam dunia kesuksesan.

*Penulis adalah mahasiswa Ushuludin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.