Seniman dan Hakikat Berkesenian

Din Saja saat menggelar Malam Puisi Din Saja, 1 Maret 2020. Foto: Anto.
Oleh: Din Saja

Seniman terlanjur dikenal sebagai sosok egois. Egois di sini tentu maksudnya tidak mau mendengar pihak lain di luar dirinya. Sebab bagi orang seperti ini, yang benar itu apa yang menurut pendapatnya sendiri.

Sebenarnya, seorang seniman yang memahami hakekat kebenaran, akan bersikap akomodatif, melihat sesuatu sebagaimana adanya dan tetap mengakui keberadaan sesuatu di luar dirinya.

Seorang seniman tentu mempunyai pilihan dan pilihan itu tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh siapapun. Dalam penciptaan karya seni, sikap seperti ini yang wajib dimiliki seorang seniman.

Untuk kepentingan penciptaan karya seni, seniman tidak boleh tunduk pada kehendak pihak lain, sebab pertanggungjawabannya ada pada seniman penciptanya.

Namun begitu, untuk kepentingan kebersamaan,  misalnya dalam upaya menjalankan sebuah organisasi, tentu seniman wajib memiliki sikap kompromi, bersepakat atas keputusan bersama dalam organisasi, tidak berdasarkan keputusan pribadi seniman.

Kelemahan kita, banyak seniman tidak memahami hakekat seorang seniman.
Akibatnya banyak orang yang hanya mampu memainkan kesenian, selama bertahun-tahun dilakoninya,

Bahkan banyak juga yang hanya memiliki pengetahuan tentang kesenian, sayangnya tidak banyak yang mampu menciptakan karya seni, apalagi karya cipta seni yang berjiwa dan mencerahkan, selain hanya sebagai pemain kesenian, baik pemain kesenian masa lalu  (tradisi), maupun pemain kesenian masa kini  (modern).

Keadaan seperti ini yang menyebabkan seniman menjadi egois, tidak kreatif, dan sulit untuk menciptakan kebersamaan dalam membangun sebuah organisasi kesenian.

*Penulis adalah penyair Aceh.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.