Mengenal Gayeng TV dan Pencetusnya Maming: Berkarya Tanpa Sekat Tanpa Batas

Ilustrasi akun YouTube Gayeng TV dan Maming.

Gayeng TV bagi Maming selaku pendirinya adalah makna dari kemeriahan atau sebuah keriuhan. Sebuah seni harus memiliki ruang apresiasi yang harus dirayakan semeriah dan seriuh mungkin.

Tak ada seni yang dihasilkan dari ruang hampa. Ia hadir tersirat maupun tersurat membawa makna di dalamnya. 

Orang-orang tentu saja akan binasa dan para seniman pada akhirnya akan meninggal dunia, namun seni terus hadir seiring waktu berjalan meski senimanya berlari menuju ketiadaan.

Aristoteles mengatakan bahwa seni adalah sesuatu yang bersifat universal, tak ada sekat dan batas yang dapat mengekangnya. 

Tagline utama Gayeng TV yaitu menjadikan seni sebagai ruang keberkaryaan tanpa sekat dan batas kehidupan.

Oleh karena itu, pondasi dasar didirikannya Gayeng TV adalah sebagai sarana untuk memeriahkan seni itu sendiri. 

Melalui kemeriahan dan keriuhan itu, seni tersebut hadir dan selalu tersimpan gairah hidup yang layak untuk dirayakan. 

Merunut lebih dalam lagi menuju terminologi bahasa Jawa, Gayeng adalah gairah yang dilakukan untuk mengumpulkan semua leading sektor kesenian. 

Kemudian dari gairah tersebut Maming ingin mengguyubkan (menyatukan) segala sektor seni ini agar kesenian dan kebudayaan di Indonesia bisa ramai tanpa sekat dan batas.

Hadir langsung dari konten yang telah diunggah di kanal Youtube Gayeng TV, sebagai medium keberkaryaan dan ruang apresiasi bagi seniman-seniman lokal dengan kegiatan yang ditampilkan secara langsung dan juga diunggah melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. 

Hingga hari ini, Gayeng TV tetap hadir dalam konsep yang disesuaikan dengan keadaan selama pandemi, yaitu virtual interview dengan beberapa seniman lokal di kotanya.

Maming Hermawan, pendiri Gayeng TV. Foto: Ist.

Gayeng TV menjadi sebuah obsesi yang tak ingin sia-sia, kecintaan akan seni membuat perempuan pemilik dua orang anak ini ingin terus memberi apresiasi yang meriah dengan medium yang kini terbuka lebar. 

Layaknya sang filsuf paradox bernama Michel Foucault yang terobsesi pada lukisan karya Edouard Manet yang secara terang-terang menegasikan dirinya pada tradisi pencahayaan para pelukis lama, maka Maming juga membangun obsesinya untuk sebuah narasi yang diusung yakni “Ruang Tanpa Sekat dan Batas”.

Semuanya diberi tempat untuk sebuah apresiasi, terlepas khalayak menilainya seperti apa kelak.

Terhitung 1 tahun sudah ia mulai menjalankan obsesinya ini, di mana awalnya itu semua muncul untuk keperluan produksi film pendek Indodax Short Film Festival (ISFF) 2019 berjudul "Sebuah Titik atau Koma" yang kala itu berhasil masuk top 50 dari 800 film se-Indonesia.

Setahun selepas itu, ia mulai berbenah dan tertarik untuk menjadikan Youtube tersebut menjadi sebagai ruang apresiasi bagi para seniman lokal tampil dan berkreasi sebebas mungkin.

Melihat langkah yang diambilnya, tentu saja ia memiliki obsesi untuk menjadikan hidup ini sebagai ruang berkesenian, yang saban hari bisa dilihat dan ditemukan berseliweran di kanal Youtube dan media sosial.

Namun, dengan obsesi dan optimismenya ini, ia tidak ingin mengeksploitasi kegiatan para seniman namun ia hanya ingin menciptakan sebuah keluasan medium atau ruang tanpa sekat dan batas terhadap sebuah apresiasi keberkaryaan.

Jika tertarik untuk mengenal Gayeng TV lebih lanjut, sila berkunjung ke kanal Youtube berikut ini:


Jangan lupa subscribe dan like juga.


Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.