Memaknai Tradisi Kupatan di Aceh



Laporan: Wiwin

Aceh Tengah - Menjaga tradisi sekaligus menjalin silaturahmi, masyaraka Desa Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah gelar tradisi Kupatan, Rabu (19/5/2021).

Kupatan atau lebaran ketupat merupakan waktu yang istimewa bagi masyarakat Desa Atu Lintang.

Tradisi lebaran ketupat merupakan rangkaian akhir setelah umat muslim melakukan ibadah puasa yaitu pada lebaran kedelapan.

Tradisi kupatan dilaksanakan di masjid atau di musholla terdekat dengan masing-masing membawa hidangan ketupat, dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama dan saling bertukar hidangan.

Ketupat merupakan makanan khas yang berasal dari beras dibungkus menggunakan daun janur yang dianyam dan direbus.

Selain ketupat terdapat juga makanan khas yaitu Lepet yang terbuat dari beras ketan dicampur dengan kelapa dan dibungkus daun pisang.

Kupatan bukan hanya sebagai tradisi tahunan tetapi memiliki makna yang cukup mendalam yaitu untuk memperkuat tali silaturahim antar sesama.

Warga Desa Atu Lintang selalu menyelenggarakan lebaran ketupat setiap tujuh hari setelah Idul fitri dengan kegiatan berdoa bersama dan makan bersama.

Budaya kupatan di Kabupaten Aceh Tengah sudah dilaksanakan sejak tahun 1983 pertama kali warga bertransmigrasi dari pulau Jawa menuju Aceh hingga saat ini.

Mengenai menu pendamping ketupat, biasanya didampingi opor ayam, atau sayur santan lainnya.

Saat ini sudah jarang masyarakat yang menganyam ketupat sendiri, daun janur yang sulit didapat dan juga persoalan waktu menjadi alasan warga memilih membeli yang sudah jadi.



Warga yang ingin mengikuti kegiatan kupatan dapat membeli janur yang sudah di anyam pada salah satu warga dengan harga 15.000 satu ikatnya dengan isi 10 ketupat.

Walaupun demikian masyarakat tetap antusias merayakan lebaran kupatan sebagai bentuk menjaga silaturahmi antar warga dan juga saudara. 

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.