Memori Mesjid Salman ITB; Ketika Percakapan Intelektual Belum Mati Suri
Oleh: Nab Bahany As
Seotoriter-otoriternya Orde Baru, namun percakapan-percakapan
intelektual di masa itu masih terus tumbuh, kampus-kampus masih dapat hidup dengan pemikiran-pemikiran kritis.
Di masa Orde Baru tersebut, Masjid Salman ITB Bandung, merupakan suatu tempat selain pusat beribadah telah menjadi pusat
tempat berkumpulnya para tokoh ilmuan, seniman dan budayawan, serta tokoh-tokoh
pemikir bangsa.
Mesjid Salman ITB Bandung telah secara rutin melaksanakan berbagai pertemuan antar tokoh Indonesia guna berdiskusi di masjid tersebut secara bulanan.
Mereka datang dari berbagai universitas ke Masjid Salman ITB itu, berbagai hal didiskusikan, berkenaan tentang berbagai sisi
menyangkut persoalan kondisi bangsa yang berlangsung di zaman Orde Baru.
Pembicaraan-pembicaraan intelektual semacam itu, sekarang tidak lagi kita temukan dalam wacana berpikir kita di Indonesia.
Semua persoalan bangsa
diarahkan menjadi persoalan politik yang gaduh. Kampus-kampus seakan menjadi mati
suri dalam pertumbuhan percakapan intektual ini.
Dulu, masa Orde Baru memang ada yang namanya NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus), yaitu semacam pencegahan bahwa kampus tidak dibenarkan menjadi ajang basis politik.
Tapi pemikiran-pemikiran kritis dari percakapan
intelektual kala itu terus hidup di kampus.
Pelemik-pokemik pemikiran percakapan intelektual di masa
Orde Baru juga dapat kita ikuti lewat surat-kabar besar terbitan Jakarta, dan di
majalah, maupun tabloid-tabloid yang tergolong kritis yang terbit di Jakarta.
Itu juga menandakan bahwa seotoriter-otoriternya Orde Baru,
ruang percakapan intelektual di negeri ini tetap tumbuh, dibandingkan era
setelah reformasi saat ini, percakapan intelektual tidak lagi semarak seperti
dulu.
Tidak ada komentar