Dinkes Aceh: 12.656 Kasus Tuberkulosis Sepanjang 2024, HIV/AIDS dan DBD Juga Meningkat
![]() |
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, dr. Iman Murahman. (Foto: Dinkes Aceh). |
Sepanjang 2024, Dinkes Aceh mencatat 12.656 kasus TB, 348 kasus HIV/AIDS, dan 3.044 kasus DBD.
Banda Aceh - Sepanjang tahun 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat sebanyak 12.656 kasus penyakit Tuberkulosis (TB). Angka ini menambah kekhawatiran karena menempatkan Indonesia di peringkat kedua dunia dengan total 1.060.000 kasus TB, setelah India.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh, dr. Iman Murahman, mengungkapkan bahwa upaya pencegahan dan pengobatan TB di Aceh terus dilakukan. Salah satu langkah utama adalah skrining penyakit, baik di puskesmas maupun rumah sakit, serta di lokasi dengan populasi berisiko seperti Lembaga Pemasyarakatan (LP).
“Kami juga melakukan investigasi kontak serumah dan kontak erat pasien TB untuk menemukan kasus baru, serta memberikan pengobatan secara cepat dan tepat di masyarakat,” jelas dr. Iman, dikutip dari laman resmi Dinas Kesehatan Aceh pada Kamis, 9 Januari 2025.
Selain itu, Dinkes Aceh meningkatkan akses layanan diagnosis melalui pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) pada terduga TB dan memastikan ketersediaan logistik obat di fasilitas kesehatan.
Tak hanya TB, beberapa penyakit menular lain juga menjadi perhatian serius di Aceh. Di antaranya adalah:
-
Malaria
Sepanjang 2024, tercatat 366 kasus malaria dengan penularan terbesar terjadi di Aceh Singkil. -
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kasus DBD mencapai 3.044 kasus, menjadikannya yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Kasus tersebar di seluruh kabupaten/kota di Aceh. -
HIV/AIDS
Sepanjang 2024, ditemukan 348 kasus baru HIV/AIDS di Aceh. Dinkes Aceh mengidentifikasi populasi berisiko tinggi, terutama Lelaki Seks Lelaki (LSL) atau pelaku hubungan sesama jenis.
Dinkes Aceh mengupayakan pencegahan HIV/AIDS melalui skrining penyakit di puskesmas, rumah sakit, dan populasi berisiko. Selain itu, mereka bekerja sama dengan lintas program dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk pelaksanaan skrining, pengobatan, serta edukasi kepada masyarakat.
“Melakukan skrining atau deteksi pada pasangan menjadi langkah penting untuk menemukan kasus baru dan memberikan pengobatan secara cepat dan tepat,” ujar dr. Iman.
Pengobatan HIV/AIDS dilakukan menggunakan terapi Antiretroviral (ARV) yang disediakan di rumah sakit dan puskesmas. Dinkes juga memastikan ketersediaan logistik obat HIV/AIDS di seluruh fasilitas kesehatan untuk mendukung kelangsungan pengobatan.
Di akhir keterangannya, dr. Iman menyampaikan pesan khusus kepada keluarga di Aceh, terutama kepada para orang tua laki-laki. “Pesan saya untuk para keluarga di Aceh, terutama kaum bapak, agar menjaga anak laki-lakinya dengan kasih sayang dan perhatian yang cukup agar terhindar dari virus HIV dan penyakit AIDS,” pungkasnya.[]
Tidak ada komentar