Apakah 'New Normal' Sebuah Solusi ?

Ilustrasi New Normal, Foto: akseleran.co.id

Oleh: Nurul Asri


Pandemi COVID-19 tanpa toleransi tidak hanya menyapa dunia, tapi juga memporak-porandakannya. Indonesia juga mengalami hal yang sama, semua lapisan masyarakat di Indonesia mau tidak mau harus menghadapi pandemi ini.

Pada awal pandemi, sebagian masyarakat mengabaikannya, ketika angka kematian naik dengan signifikan, mereka mulai khawatir, dan hingga akhirnya suasana kehidupan pun kian mencekam. 


Untuk mengatasi angka positif Covid-19 dan juga kematian, pemerintah mengeluarkan strategi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Semua aktivitas dibatasi. Kegiatan di pabrik, pasar, mall, dan sekolah ditutup. Semua diharapkan tetap berada di rumah dan menjaga jarak satu sama lain.
Masyarakat diwajibkan tertib dengan saling menjaga jarak. Masyarakat diimbau untuk berada di rumah serta melaksanakan protokol kesehatan dengan baik, akan tetapi keadaan tidak mulai membaik.

Ekonomi semakin melemah, korban PHK di mana-mana, orang tua mulai jengah mendampingi anak-anak mengerjakan tugas dengan sistem daring dari sekolah. PSBB dianggap gagal karena tidak membawa dampak yang lebih baik. 


Masyarakat semakin resah dengan keadaan. Dibuatlah strategi baru untuk memulihkan keadaan 'New Normal', semua diimbau tidak lagi memerangi Covid-19, tapi mencoba berdamai dengan virus mematikan tersebut. 

Tentu banyak orang menyambutnya dengan suka cita, seolah sebentar lagi kita akan bebas dari pandemi dan kembali hidup normal, semua bisa kembali seperti semula bisa bekerja, bisa berbelanja di pasar dan juga mal, bisa nonton bioskop atau sekadar ke kafe dan tentunya para pelajar akan kembali belajar di sekolah. Selama itu kita harus tertib melaksanakan protokol kesehatan dengan baik.

Apakah kita yakin ini adalah solusi untuk mengembalikan perekonomian? Apakah kita yakin ini solusi menurunkan angka positif Covid-19 dan jumlah kematian yang disebabkannya? Atau hanya solusi kebosanan kita dengan keadaan?

Mari sejenak kita renungkan. Ketika dalam keadaan seperti ini sekolah kembali dibuka dan para orang tua akan bebas dari pendampingan tugas dengan sistem daring yang selama pandemi diberikan kepada siswa, apakah orang tua yakin, anak-anak bisa mengendalikan diri dan melaksanakan protokol kesehatan dengan baik ketika di sekolah dan bertemu dengan banyak teman?

Apakah orang tua juga akan menyiapkan protokol kesehatan bagi anak-anak mereka ketika mereka pergi ke sekolah? Seperti menyiapkan seragam ganda karena seragam mereka harus ganti setiap hari, menyediakan face shield (pelindung wajah), hand sanitizer, sarung tangan, vitamin C plus madu sebagai penambah imun.

Menyemprot alat tulis dengan disinfektan, menjemur buku setiap hari, dan membuatkan anak-anak mereka bekal dan camilan untuk dibawa ke sekolah, serta konsisten mengantar dan menjemput anak mereka sekolah?


Apakah anak-anak bisa tertib dan disiplin dengan protokol tersebut? Ini akan menjadi dasar pertimbangan kita semua. Jika kita melaksanakan strategi 'new normal', apakah ini solusi buat kita bersama?

*Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama UIN Ar-Raniry.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.