IT Paradoks bagi Kaum Millenial di Tengah Pandemi Corona

Lara Sukma, mahasiswi Jurusan Sosiologi Agama
di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Foto: Ist.
Oleh Lara Sukma

Kata IT atau singkatan dari Information Technology mungkin sudah tidak sangat asing lagi bagi kaum milenial sekarang ini, yaitu ilmu pengumpulan informasi atau data digital untuk mendapatkan solusi dalam penyelesaian masalah. Berbagai macam informasi yang mampu menjadi pemecahan suatu masalah pun dari IT sangat banyak sekali, dan kali ini penulis ingin membahas tentang IT paradoks bagi Kaum Millenial di tengah Pandemi Corona.

Sedang paradoks yaitu kondisi dimana keadaannya bertolak belakang antara keberadaan IT dengan kenyataan yang sesungguhnya bagi realita kehidupan masyarakat sekarang ini. Ditambah dengan keadaan pandemi sekarang yang harus memaksakan Work Fork Home membuat keluangan waktu yang banyak bagi anak muda dari kalangan mahasiswa/i yang sedang di rumah saja maupun pengangguran yang memang tak berkegiatan.

Perkembangan IT sangat luas dan sangat cepat, dan bidang dalam IT pun sudah cukup banyak  sekarang ini. Namun masih banyak yang menganggap IT itu tidak penting, di balik itu semua peminat IT sangat banyak. Tetapi keadaan di luar Indonesia terhadap IT jauh lebih popular, sehingga tingkat kemajuan teknologi kita sedikit lebih rendah dibanding negeri lainnya.

Berbagai jenis dari IT pun seperti web developer, mobile apps developer, game developer, game designer, database administration, security engineer, system analyst, UI/UX designer, software engineer SEO specialist, pentester, instruktur IT, system administrator, network engineer,  IT support, hardware engineer, dsb.

Pemanfaatan IT pun sudah jelas sangat menjanjikan masa depan, contohnya dalam konsep e-commerce atau konsep perdagangan. Misal seorang programmer membuat font, kemudian dijual di situs penyedia font seperti dafont.com, fontbundles.net, behance.net, dribble.com, dsb.

Atau seorang programmer bisa membuat aplikasi desktop, membuat halaman web, membuat aplikasi perdagangan, atau seorang designer bisa mendesain ilustrasi, manipulasi foto, atau mendesain dari tampilan aplikasi itu sendiri.

Biasanya para pekerja pada jasa ini menyebut diri mereka freelancer, yaitu pekerja yang  tak terikat kontrak dan tempat untuk menyelesaikan pekerjaan. Mereka dapat bekerja semaunya dimanapun kapanpun asal pekerjaan tersebut beres sesuai deadline yang diberikan klien.

Keadaan bekerja di bidang IT juga jauh lebih simple misalnya, seorang fotografer menjual hasil karya di beberapa situs penjualan karya fotografi, atau keadaan paling simple lagi misalnya pekerjaan di percetakan dalam jasa pembuatan skripsi, editing spanduk, brosur, poster, tetap menghasilkan pendapatan asalkan mendalami bidangnya.

Di tengah situasi pandemi ini, banyak kemungkinan tersedianya waktu luang bagi kaum milenial yang dihabiskan untuk tujuan mempelajari skill baru, atau  mengasahnya bagi yang pernah berkutat pada bidang IT.

Tentunya dengan prospek dari IT itu sendiri bisa membuat lahirnya generasi milenial baru yang tanggap akan iptek yang tidak menutup kemungkinan menjadi new generation-nya IT di tanah air tercinta ini.

Memang, mempelajari IT tidak mudah, banyak dari mereka yang hanya ikut trend dan membuat mereka gagal atau berhasil tetapi hanya berhasil external-nya saja. Seperti lulusan IT namun mempunyai  pekerjaan yang tidak sesuai target pendidikannya.

Tetapi, terlepas dari persoalan tersebut yang menjadi persoalan baru justru adalah ke-paradoksoalan IT di tengah situasi masyarakat saat ini yang begitu megah dan pesatnya pertumbuhan iptek di seluruh dunia. Dengan semakin pesatnya iptek tentu mengubah pula pola konsumtif  masyarakat terhadap kehidupan mereka.

Paradoksal User Produk IT

Contohnya sebagian orang rela mengeluarkan banyak uang untuk membeli produk IT (contoh : smartphone) dengan harga mahal, namun hanya memerlukan untuk kebutuhan Call dan SMS semata dan sering dijumpai pada golongan orang tua yang memyeimbangkan style pekerjaan dengan mempertahakan style fashion-nya.

Yang lebih memiriskan, kaum  milenial muda yang membeli produk smartphone dengan camera spesifikasi tinggi hanya untuk pembodohan diri dengan membuat konten aplikasi seperti Tik Tok atau semacamnya. Itulah yang sesungguhnya menjadi  paradoks IT, ketika perkembangan IT sedang pesat- pesatnya malah disalahgunakan secara negatif oleh kaum milenial sekarang ini.

Padahal masih banyak yang bisa dilakukan, setidaknya menjadi content creator yang memberikan hal positif di media sosial seperti Youtube, Instagram dan sebagainya seperti yang sedang ngetrend sekarang ini.

Terlepas dari semua itu, setiap keputusan para pengguna (user) dari seperangkat kecanggihan teknologi yang dimiliki alat canggih seperti smartphone, keputusan menjadikan peranan IT secara produktif dan bernilai guna bagi kreatifitas dan perkembangan kemajuannya tentu didasari dari pilihan dari si pengguna masing-masing.

Hanya pada orang yang lebih siaplah yang mampu mengimbangi dan memanfaatkan perkembangan It dengan baik. Setiap zaman tentu berkembang pula teknologi yang digunakan, karenanya jadikan diri menjadi pribadi yang siap dalam perkembangan teknologi. Sehingga dalam kondisi pandemi saat ini, akibat keadaan yang memaksakan setiap orang lebih diarahkan agar bekerja dari rumah, sebab itulah waktu luang yang banyak harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Punca dari dampak paradoksnya IT bagi kaum millenial sehingga menjadi akar permasalahan yang ditimbulkan bukanlah persoalan yang muncul dari mengglobalnya IT itu, justru yang salah yaitu pemanfaatan IT itu sendiri. Karena jika IT sudah merambah ke aspek kehidupan masyarakat tentu secara tidak langsung akan mengikuti perkembangan IT sendiri.

Saran yang sangat penting yaitu diperlukan kesiapan diri yang lebih matang sebagai salah satu kunci utama menjadi tokoh yang berpartisipasi dalam perkembangan teknologi, karena teknologi tidak ada batasnya, akan terus berkembang sampai pada akhirnya  tidak mampu lagi berkembang.

Sebagai pribadi yang melek teknologi dan sadar akan sisi kemanfaatannya secara bijak, maka seharusnyalah setian insan milenial dapat memperoleh manfaat yang baik dan bernilai guna secara tepat, apalagi pemanfaatan waktu ketika menjadi user berbagai aplikasi yang ditawarkan sangatlah bermakna sebagai efisiensi di samping memahami batasan yang tepat bagi kebutuhan ideal setiap orang, dengan demikian sebagai generasi baru untuk kemajuan Indonesia, terutama di bidang teknologi maka bijaklah bersosial media, terus kreatif dan produktif dalam menggenggam kemajuan IT itu sendiri.

 *Penulis adalah mahasiswi Jurusan Sosiologi Agama di UIN AR-Raniry

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.