Tidak Harus Menunggu ke Surga Guna Memetiknya, Wartawan TV Ini Punya Hobi Tin-Tin


Salah seorang pengunjung dari Bakongan Aceh Selatan
menikmati buah Tin di Kebun Tin Mini Aan, 

Lampaseh Aceh. Minggu (28/6/2020).

Banda Aceh -
Sore ini udara mengibarkan suhu yang cukup hangat menyengat, tetapi terasa adem dan nyaman bila berada di antara belukar mini kota milik Anharullah seorang wartawan tv swasta nasional. Hobinya memang seperti Tin-tin yang bertualang menyelesaikan berbagai kasus informasi, tapi ini bukan Tin-tin kartun petualang itu, kali ini hobi Aan atau Anhar Sawang (sebutan akrab) Anharullah adalah menanam buah Tin, buah dari surga, Minggu (28/6/2020).

Untuk bisa masuk surga dan memetik buah di sana, setiap umat harus berbuat baik, filosofi berbuat baik ini juga kentara dari sikap Aan, pria Aceh Selatan yang menjadikan Gayo Lues sebagai kampung keduanya.

Sejak menetap di Banda Aceh berkuliah dan berkarir jurnalis dimulai dari Ibu Kota Propinsi Aceh ini, baru pada tahun 2020 berkesempatan memiliki kebun mini yang dia sebut #DatinNursery.

Kebun Tin mini Aan seukuran 6x6 meter persegi terletak di belakang rumah Walikota Banda Aceh, H. Aminullah Usman, SE, Ak. MM di bilangan Lampaseh Aceh, Banda Aceh. Selain menanam Tin, terdapat lebih 250 jenis tanaman berbagai varian tumbuh melingkari rumah tinggal Aan.

Setelah lelah bekerja seharian di bidang jurnalis, Aan mengurus kebunnya sekaligus menjadi pelepas kerinduan kepada Gayo Lues kampung halaman keduanya, perpaduan dua latar pesisir dan pegunungan ada dalam sosok pria khas brewokan ini.

Sejak dibuka untuk umum, Kebun Tin Mini Aan telah banyak dikunjungi oleh para pelajar, untuk melihat kekayaan koleksi tumbuhan yang dimilikinya, selain itu, para tokoh tua maupun muda dari berbagai latar belakang juga kerap bertandang menyaksikan sendiri pohon Tin yang terus berbuah di kebunnya.

Sejumlah rekan mulai pula tertarik bercocok tanam, menurut pengakuannya, bahkan ada yang memesan benih Tin dalam jumlah banyak.

"Saya dipesanin untuk menyiapkan 250 batang benih Tin, saat ini sudah lebih setengahnya ready, tinggal sekitar seratusan batang benih Tin lagi yang mesti disiapkan, semuanya saya kerjakan sendiri, semoga bisa terpenuhi tepat waktu," ungkap Aan di sela-sela menyirami benih Tin di lokasi saat media koranaceh.net mewawancarainya.

Saat ditanya apa yang paling menjadi kendala untuk kebutuhan bercocok tanam di wilayah Lampaseh tersebut, Aan mengaku soal perlunya disediakan sumur galian, minimal tiga cincin, agar kebutuhan air dan pengeluaran akibat penggunaan air dapat lebih ditekan. Hanya saja lokasi kebun miliknya ini dominan air tanahnya tergolong asin.

Mencicipi buah Tin menjadi daya tarik tersendiri di 
#DatinNursery kebun Tin mini Aan, langsung di pohonnya. Rasanya yang manis dan legit memang segar dimulut, berkat ketekunan dan perhatian yang serius mengurus kebun, beberapa jenis tumbuhan yang ditanaminya kini telah menghasilkan. Tak jarang decak kagum para pengunjung melihat banyaknya varietas jenis tumbuhan yang ditanamnya cukup beralasan.

"Jauh dari pegunungan, rasanya sebuah kenikmatan menatap yang hijau dan menyejukkan seperti hilang, namun melalui menanam di kebun lingkar rumah, saya mendapatkan kembali warna naturalnya alam raya kita, Aceh yang memang subur, Alhamdulillah," ujar Aan penuh syukur.

Pemahaman dunia tumbuhan bukanlah hal yang asing bagi orang Aceh, hanya saja ketika lahan pertanian atau perkebunan itu jika letakknya di tengah kota, itu jadi cerita lain, penting sekali untuk memahami cara pengolahan tanah, tingkat kesuburan yang lebih baik, juga termasuk bagaimana pengolahan pupuk organik dari limbah dapur rumah tangga, hal ini pula menjadi eksperimen yang mengasikkan buat Aan, akunya.

Setidaknya, kita tak harus ke surga untuk memetik Tin, wartawan tv yang punya hobi menanam tumbuhan Tin yang kaya gizi dan khasiat tersebut telah membuktikannya, sambil menjelaskan apa dan bagaimana kisah memulai dan melanjutkan keberhasilan merawat juga menyiapkan pembenihan beberapa varian tumbuhan yang dipesan kerabat kepadanya.

Aan juga merasa masih sangat awam soal ilmu tanam menanam, sehingga tak sungkan berdiskusi dan saling berbagi pengalaman jika para pengunjung bersedia saling berbagi ilmunya.

"Bagi saya, semua kenikmatan yang dihasilkan oleh tumbuhan buat manusia adalah suatu keniscayaan, ketika kita bisa hidup berdampingan dengan sesama makhluk hidup, saling tidak merusak dan memetik apa yang telah disemai, ini filosofi yang penting,

katakanlah bahwa kita belajar memberi seperti halnya tanah, meskipun berbagai makhluk memijaknya, luar biasa, tanah tak membalas, malah memberi dan memberi tak pernah habisnya, sebab itulah salah satu cara saya bersyukur dalam hidup adalah menanam dan memberi apa yang telah dapat saya panen," urainya.

Saat ini, koleksi jenis tanaman yang cukup langka untuk diperoleh di Aceh mulai dia coba budidayakan. Beberapa diantaranya adalah seperti; Green Yourdan, Purple (Tin), Iraqi, Jaf, MD, Osbon, Durian Musangkin, Bawor, Kane dan banyak lagi lainnya.

"Untuk jenis Tin sendiri, saya punya koleksi hingga 21 jenis, semuanya siap dibenihkan, untuk yang tinggal panen, ada juga yang menghargai hingga 1,5 juta Rupiah, ini juga sangat berkaitan dengan kadar manfaat yang dirasakan pembelinya dari Tin ini,

sebagaimana sesuatu akan kian berharga ketika kita telah benar-benar memahami filosofi nilai-nilai yang dimilikinya, mirip-miriplah dengan seni, ya, ini seni tanaman sich, hehehe," pungkas Aan, sambil menyelesaikan menyirami benih Tin yang tumbuh subur dari tangan dinginnya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.