Pandemi Belum Habis, Prilaku Warga Mulai Hadapi "Chip" dan "Flower Syndrom"



Oleh: Nurwida

Belum habis diserang pandemi covid-19, datang pula pandemi 'chip' dan 'flower syndrom' yang membuat warga bagai kehilangan prioritas dalam upaya menyiapkan diri dalam menghadapi virus corona yang bagi sebagian orang dianggap ada, sedangkan bagi sebagian lainnya hanya dianggap berita bohong.

Kondisi masyarakat kita terlihat rentan dengan trend tertentu, meskipun dalam kondisi serba terjepit akibat kebebasan bermobilisasi selama ini kian dipersempit lewat mulai dilaksanakannya razia masker dan penerapan protokol kesehatan disertai peraturan daerah yang tampaknya memperkokoh realitas bahwa corona virus itu tampaknya kian mengkhawatirkan.

Namun, kondisi sosial di masyarakat Aceh justru berbanding terbalik. Saat ini di dalam masyarakat Aceh muncul fenomena sosial baru. Di mana gejala sosialnya,  kaum pria sekarang disibukkan dengan chip game online.

Para warga pria dalam keseharian mereka bagai larut dalam game online, dulu sebelum game tersebut merambah segala usia, dominan game online dimainkan oleh kelompok usia remaja sekolah maupun para mahasiswa, namun game online dengan 'Chip' yang diperjual-belikan tersebut telah merebak dan melibatkan hampir segala usia; anak-anak, remaja, kaum dewasa bahkan orang tua.

Di sisi lain,  kaum wanita juga terobsebsi untuk menanam bunga. Wajar saja prilaku kesukaan wanita menanam bunga,  karena itu keindahan.  Tapi praktek kesukaan wanita terhadap bunga sekarang  di luar nalar, sehingga dapat disebut dengan istilah 'flower syndrom'.

Flower syndrom ini menjadi kian berjangkit. Pasalnya, para wanita sanggup merogoh koceknya dalam-dalam hanya untuk membeli sepaket pot bunga. Harga bunganya bermain dalam kisaran ratusan ribu rupiah bahkan sampai jutaan rupiah.

Anehnya lagi juga pot untuk menanam bunga tersebut harus berwarna putih.  Hal ini tentu saja menjadi tren menurut penuturan warga.  Prilaku masyarakat  ini bermasalah baik secara agama, sosial dan ekonomi. 

Apalagi sekarang kita sedang menghadapi virus covid-19. Harusnya masyarakat mempersiapkan diri untuk bertahan dari gelombang masalah di kedepan hari. Negara di luar sana sudah mempersiapkan diri dalam hal ketahanan pangan. 

Karena kita tidak tahu sampai kapan masalah virus ini selesai. Berbagai masalah berada di depan kita,  mulai kemiskinan, penyakit,  dan pangan. Dibutuhkan kesadaran dan mawas diri untuk menghadapi dan menantang kehidupan ke depannya.

*Penulis adalah aktivis lingkungan.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.