Eksistensi dan Kontribusi Lembaga Pendidikan Dayah Membentuk Karakter


Oleh: Fauzan Elviranda 

Saat ini bangsa kita sedang dirundung berbagai masalah dalam menghadapi realitas kehidupan dan zaman. 

Masyarakat Indonesia yang menjunjung nilai-nilai Pancasila khususnya sila ke-dua “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. 

Namun makna adab masih mengalami kekaburan dan pembiasaan dalam masyarakat. Ada yang menganggap hanya sebagai bentuk dari nilai-nilai moral, kesopanan, dan budi pekerti.

Pemahaman tentang pendidikan karakter masih sangat lemah di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadinya banyak permasalahan di setiap hari dan hampir pada setiap lini kehidupan masyarakat. 

Mulai dari perorangan, dalam keluarga hingga lingkungan masyarakat. Lebih menyedihkan bila terjadi di bidang pendidikan.

Maraknya kasus bullying di sekolah, murid yang kurang sopan terhadap guru dan kasus-kasus lainnya yang berkaitan dengan kemerosotan adab. Pada dasarnya setiap insan mendambakan akhlak yang mulia, sehingga menjadikan masyarakat yang berakhlak mulia dan beradab. 

Perlu disadari karakter yang baik tidak akan tumbuh sendiri. Kemerosotan adab ini sangat meresahkan di setiap lini masyarakat. Sungguh memerlukan lingkungan yang subur dan yang kondusif agar memungkinkan potensi dapat tumbuh optimal, dengan generasi berakhlakul karimah. 

Lingkungan yang subur dan yang kondusif ini tidak lain dan tidak bukan adalah lembaga pendidikan islam yaitu Pondok Pesantren atau yang lebih dikenal di daerah Aceh dengan sebutan Dayah.

Dayah adalah satu lembaga pendidikan Islam yang terdapat di daerah istimewa Aceh. Lembaga pendidikan ini sama seperti lembaga pendidik. Pesantren yang ada di Jawa, baik dari aspek fungsi maupun tujuan, kendati ada beberapa perbedaan penting, di antara perbedaan itu.

Sebagai contoh seperti terlihat di Jawa Timur ialah bahwa pesantren itu merupakan suatu tempat yang dipersiapkan untuk memberikan pendidikan agama mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat belajar yang lebih tinggi. 

Sedangkan di Aceh dayah adalah lembaga pendidikan lanjutan bagi anak-anak yang sudah menyelesaikan pendidikan dasar di meunasah, di rangkang atau di rumah-rumah tengku gampong.

Eksistensi dayah khususnya di Aceh menurut perkiraan James T. Siegel sebagaimana yang dikutip oleh Hamdiah telah ada semenjak kesultanan dan turut mewarnai kehidupan masyarakat secara menyeluruh dan memainkan fungsi sosial, khususnya dalam disiplin ilmu agama. 

Masyarakat Aceh terutama anak-anak mudanya kebanyakan meudagang, merantau untuk mendapatkan bekal pengetahuan. 

Berdasarkan orientasi tersebut, dayah atau pondok pesantren di Aceh telah mampu menunjukkan partisipasi aktifnya bersama-sama elemen masyarakat termasuk pemerintah dalam menyukseskan program-program pembangunan, terlebih dalam hal kehidupan keagamaan dan pencerdasan anak bangsa. 

Pergulatan literatur sejarah dan dinamika sosial secara dialektik membuat dayah mempunyai kesadaran dan konsen untuk ikut mengawasi proses perjalanan bangsa sesuai dengan cita-cita agama dan masyarakat secara universal.

Dayah memiliki fungsi ganda dalam pembentukan sebuah karakter, yaitu sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang berfungsi untuk menyebar luaskan dan mengembangkan ilmu-ilmu keagamaan islam serta sebagai lembaga pengkaderan yang berhasil mencetak kader umat dan kader bangsa. 

Pengawasan yang ketat menyangkut tata norma atau nilai terutama tentang perilaku peribadatan khusus dan normanorma mu‟amalat tertentu terdapat dalam dayah.

Bimbingan dan norma belajar supaya cepat pintar dan cepat selesai boleh dikatakan hampir tidak ada. jadi, pendidikan di pesantren titik tekannya bukan pada aspek kognitif, tetapi justru pada aspek afektif dan psikomotorik. 

Karakter dayah yang demikian itu menjadikan dayah dapat dipandang sebagai institusi yang efektif dalam pembangunan akhlak. 

Disinilah pesantren mengambil peran untuk menanggulangi persoalan-persoalan tersebut khususnya krisis moral yang sedang melanda. karena pendidikan pesantren merupakan pendidikan yang terkenal dengan pendidikan agama dan seharusnya mampu untuk mencetak generasi-generasi berkarakter yang sarat dengan nilai-nilai Islam.

Dengan demikian dayah diharapkan mampu mencetak manusia muslim sebagai penyuluh atau pelopor pembangunan yang taqwa, cakap, berbudi luhur untuk bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan keselamatan bangsa.

Lembaga dayah juga diharapkan mampu menempatkan dirinya dalam mata rantai keseluruhan sistem pendidikan nasional, baik pendidikan formal maupun non formal dalam rangka membangun manusia seutuhnya.

*Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Langsa.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.