Menkominfo Budi Arie Ajak Kampus Susun Strategi Digital dan Lindungi Generasi Muda dari Ancaman Siber
Depok - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi terus mendorong peran aktif sivitas akademika dalam membangun masyarakat digital di Indonesia. Salah satu inisiatif yang disampaikannya adalah ajakan kepada kampus beserta civitas akademika untuk membantu pemerintah merumuskan strategi pembangunan masyarakat digital yang aman, cerdas, dan bijak.
Dalam Kuliah Umum dan Pelantikan Trainer Program Cerdas Internet Kita (Cerdik) di Universitas Indonesia, Depok, Senin (07/10/2024), Menkominfo menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan akademisi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam era digital saat ini.
Budi Arie menyoroti masalah regulasi media sosial, terutama terkait usia pengguna. Ia menekankan bahwa semakin banyak anak di bawah umur yang memiliki akses bebas ke platform media sosial, yang dapat membawa dampak negatif pada perkembangan mereka. Menurutnya, masukan dari akademisi sangat diperlukan untuk menentukan batasan usia yang tepat dalam menggunakan media sosial.
"Kalau bisa bantu strategi besar mengenai Digital Society, seperti anak umur berapa boleh mengonsumsi sosial media? Masukannya harus dari masyarakat, terutama sivitas akademika kampus," ungkap Budi Arie.
Ia juga menyinggung langkah beberapa negara yang telah mulai menerapkan regulasi ketat terkait akses media sosial bagi anak-anak, seperti Australia yang sedang mempertimbangkan melarang anak berusia di bawah 16 tahun menggunakan platform tersebut.
Selain itu, pemerintah juga sedang merumuskan regulasi agar media sosial tidak menjadi wadah penyebaran konten yang tidak layak bagi masyarakat, namun tetap menjamin kebebasan berpendapat. "Kritik, kritis, itu harus! Tetapi juga bagaimana penggunaan sosial media ini bisa membuat masyarakat semakin cerdas dan bijaksana," tambahnya.
Tantangan Siber bagi Generasi Muda
Selain regulasi media sosial, Menkominfo juga mengingatkan tentang risiko ancaman siber bagi generasi muda, terutama anak-anak. Menurutnya, penggunaan internet yang tidak bijak dapat membuka celah bagi risiko seperti paparan konten ilegal, eksploitasi seksual, penyalahgunaan data, hingga perundungan siber.
"Generasi muda menjadi kelompok yang rentan terhadap risiko, terutama saat mereka mengakses internet tanpa pengawasan yang memadai," jelasnya.
Budi Arie juga menyoroti masalah privasi yang semakin tergerus di era digital, terutama dengan adanya teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) yang sering digunakan untuk tindakan profiling data demi kepentingan pemasaran.
"Perkembangan teknologi AI membuat kita semakin kehilangan privasi. Data kita sering kali dijadikan target marketing tanpa sepengetahuan kita," ungkapnya.
Membangun Budaya Cerdas Berinternet
Dalam rangka menghadapi risiko-risiko tersebut, Menkominfo menekankan pentingnya membangun budaya cerdas berinternet. Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Kominfo adalah melalui Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), yang bertujuan untuk memperkuat literasi digital masyarakat, khususnya generasi muda.
Selain GNLD, program lain seperti Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership Academy juga telah diinisiasi untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan digitalisasi. Kementerian Kominfo juga memberikan beasiswa pascasarjana sebagai bagian dari upaya ini.
Pada kesempatan yang sama, Menkominfo mengapresiasi pelaksanaan Training of Trainer (ToT) Cerdik yang diadakan oleh Kementerian Kominfo bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Program ini bertujuan untuk membekali para peserta dengan pengetahuan dan keterampilan agar dapat menjadi agen perubahan dalam membangun budaya cerdas berinternet di kalangan masyarakat.
"Saya berharap para peserta ToT Cerdik dapat menjadi katalisator dalam menumbuhkan budaya cerdas internet di lingkungan sekolah demi terciptanya ruang digital yang aman dan produktif untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045," harapnya.
Kolaborasi untuk Masyarakat Digital yang Lebih Baik
Melalui berbagai program yang dijalankan, Budi Arie mengajak semua pihak, terutama sivitas akademika, untuk berkontribusi dalam menyusun strategi besar bagi pengembangan masyarakat digital di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat menggunakan internet dan media sosial secara bijak, sehingga ruang digital dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Acara yang digelar di Universitas Indonesia ini dihadiri oleh Dekan FIB UI Bondan Kanumoyoso, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FIB UI Untung Yuwono, serta Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya FIB UI Lily Tjahjandari, bersama peserta ToT dan sivitas UI lainnya.[]
Tidak ada komentar