Deforestasi Aceh Meningkat 19 Persen pada 2024, 10.610 Hektare Tutupan Hutan Hilang
Aceh Selatan menjadi penyumbang deforestasi terbesar, sementara kawasan konservasi seperti Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil terus mengalami tekanan.
Banda Aceh – Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) kembali merilis hasil pemantauan terbaru mengenai kondisi hutan di Aceh sepanjang tahun 2024. Berdasarkan analisis citra satelit dan verifikasi lapangan, Aceh kehilangan tutupan hutan seluas 10.610 hektare sepanjang tahun ini.
Angka tersebut mengalami peningkatan 19 persen atau setara dengan 1.705 hektare dibandingkan tahun 2023.
Pemantauan ini dilakukan menggunakan metode penginderaan jarak jauh dengan interpretasi visual manual citra satelit seperti Landsat 8, Sentinel 2, dan Planet Scope, serta data peringatan dini kehilangan pohon (Glad Alert) dari Global Forest Watch (GFW).
Baca Juga:
Pentingnya Penyelamatan Hutan
Hasil analisis kemudian diverifikasi lebih lanjut di lapangan dengan bantuan drone dan citra satelit resolusi tinggi seperti Planetscope dan Google Earth.
Manager GIS Yayasan HAkA, Lukmanul Hakim, menyebutkan bahwa Kabupaten Aceh Selatan masih menjadi daerah dengan tingkat kehilangan tutupan hutan tertinggi selama tiga tahun terakhir.
“Kami memperkirakan Aceh Selatan telah kehilangan tutupan hutan seluas 1.357 hektare sepanjang 2024,” ujar Lukmanul yang dinukil koranaceh.net dalam acara peluncuran buku dan talkshow “Dua Dekade Deforestasi Aceh: dari Hilangnya Hutan hingga Menurunnya Kesejahteraan” di Aula BPS Provinsi Aceh, pada Selasa, 25 Februari 2025.
Selain Aceh Selatan, Aceh Timur menjadi kabupaten dengan kehilangan hutan terbesar kedua, mencapai 1.096 hektare, disusul oleh Kota Subulussalam dengan luas kehilangan 1.040 hektare.
Baca Juga:
Walhi Aceh: Penambangan Liar Hingga Industri Jadi Sebab Utama Perubahan
Iklim di Aceh
Deforestasi yang terus meningkat ini memberikan dampak serius terhadap kawasan konservasi di Aceh, terutama di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Keduanya merupakan habitat bagi satwa langka seperti Orangutan Sumatra, Badak Sumatra, Gajah Sumatra, dan Harimau Sumatra.
Pada tahun 2024, kehilangan hutan di KEL meningkat sebesar 17,41 persen atau 845 hektare dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu kawasan yang paling terancam adalah Suaka Margasatwa Rawa Singkil, yang terus mengalami pengurangan tutupan hutan setiap tahunnya. Secara akumulatif, dari 2020 hingga 2024, hutan di SM Rawa Singkil telah berkurang seluas 2.181 hektare.
Peningkatan deforestasi ini mengindikasikan tekanan besar terhadap ekosistem hutan Aceh, baik akibat aktivitas ilegal maupun ekspansi penggunaan lahan.
Perlunya mitigasi yang lebih kuat dan penegakan hukum yang ketat menjadi langkah mendesak agar kawasan hutan, terutama yang memiliki nilai ekologis tinggi, tetap terjaga.[]
Tidak ada komentar