Neraca Dagang Aceh Januari 2025 Defisit 24,97 Juta USD, Impor Melonjak Hingga 754,49 persen

Ilustrasi ekspor impor. (Foto: Ist).
Ilustrasi ekspor impor. (Foto: Ist).

Neraca perdagangan Aceh Januari 2025 mengalami defisit 24,97 juta USD akibat lonjakan impor hingga 754,49 persen. Ekspor melemah, terutama di sektor nonmigas.

koranaceh.net Perdagangan luar negeri Provinsi Aceh pada Januari 2025 menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Berdasarkan berita statistik resmi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh pada Selasa, 3 Maret 2025, nilai ekspor barang asal Aceh mencapai 50,85 juta USD, turun 28,56 persen dibandingkan Desember 2024.

Sementara itu, impor justru melonjak hingga 754,49 persen, dengan nilai mencapai 75,82 juta USD. Akibatnya, neraca perdagangan Aceh mengalami defisit sebesar 24,97 juta USD.

Baca Juga:
Nilai Tukar Petani Aceh Februari 2025 Naik 0,03 Persen, Perkebunan dan Hortikultura Menguat

"Nilai impor Januari 2025 didominasi komoditas migas senilai 66.744.619 USD berupa komoditas gas Propana dan Butana," tulis laporan resmi BPS Aceh yang dinukil koranaceh.net.

Ekspor Aceh pada Januari masih didominasi oleh komoditas migas dan nonmigas. Sektor migas mencatat nilai ekspor sebesar 36,81 juta USD, mengalami penurunan 29,21 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun, jika dibandingkan Januari 2024, ekspor migas justru mengalami lonjakan signifikan hingga 100,31 persen. Sementara itu, ekspor nonmigas tercatat sebesar 14,03 juta USD, turun 26,82 persen dibandingkan Desember 2024 dan 9,54 persen dibandingkan Januari 2024.

Secara spesifik, komoditas yang paling banyak diekspor dari Aceh adalah batubara dengan nilai 36,81 juta USD, disusul kopi dan rempah-rempah senilai 9,20 juta USD, serta bahan anyaman nabati sebesar 2,77 juta USD.

Baca Juga:
Pelabuhan Calang Diproyeksikan Jadi Gerbang Ekspor-Impor Barsela

Dari sisi negara tujuan, India menjadi tujuan utama ekspor Aceh dengan nilai 31,76 juta USD, diikuti oleh Thailand (5,96 juta USD), Jepang (4,33 juta USD), dan Amerika Serikat (4,33 juta USD), dengan komoditas utama berupa kopi.

Sebagian besar ekspor Aceh masih dilakukan melalui pelabuhan di dalam provinsi, dengan nilai mencapai 39,61 juta USD atau sekitar 77,90 persen dari total ekspor. Sementara itu, ekspor melalui pelabuhan di provinsi lain, terutama Sumatera Utara, tercatat sebesar 11,23 juta USD.

Dari sisi sektor usaha, ekspor Aceh didominasi hasil pertambangan senilai 36,84 juta USD, diikuti oleh sektor pertanian (11,99 juta USD) dan industri pengolahan (2,01 juta USD).

Lonjakan impor menjadi faktor utama yang menyebabkan defisit neraca perdagangan Aceh pada awal tahun ini. Nilai impor Januari 2025 mencapai 75,82 juta USD, meningkat tajam dibandingkan Desember 2024 yang hanya sekitar 10 juta USD.

"Naik hingga sebesar 654,49 persen dibandingkan Desember 2024," jelas laporan BPS Aceh.

Baca Juga:
Wakil Gubernur Aceh Ajak Investor Tiongkok Berinvestasi untuk Pembangunan Berkelanjutan

Impor terbesar berasal dari kelompok bahan bakar mineral, terutama gas propana dan butana, dengan nilai mencapai 66,74 juta USD. Selain itu, komoditas gandum dan sereal juga masuk dengan nilai 1,93 juta USD, mengalami pertumbuhan 929 persen dibanding Januari 2024.

Negara asal impor terbesar untuk Aceh pada Januari 2025 adalah Amerika Serikat dengan nilai 23,64 juta USD, didominasi oleh bahan bakar mineral. Vietnam menjadi pemasok terbesar kedua dengan nilai 1,93 juta USD untuk komoditas beras, diikuti oleh Thailand yang memasok garam, belerang, dan kapur senilai 342 ribu USD.

"Kontribusi impor ketiga negara selama Januari 2025 hanya sekitar 34,20 persen. Yang terbanyak masih didominasi impor dari Amerika Serikat dengan kontribusi sebesar 31,19 persen," tukas laporan BPS Aceh.[]

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh Leontura. Diberdayakan oleh Blogger.