Nilai Tukar Petani Aceh Februari 2025 Naik 0,03 Persen, Perkebunan dan Hortikultura Menguat
![]() |
Area persawahan di Desa Pasie Lhok, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Jumat (23/9/2022). (Foto: HO-Pemkab Aceh Besar). |
Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh Februari 2025 naik tipis 0,03 persen, didorong subsektor perkebunan rakyat dan hortikultura. Namun, subsektor tanaman pangan justru melemah.
koranaceh.net ‒ Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Aceh pada Februari 2025 mengalami peningkatan sebesar 0,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dengan indeks mencapai 121,86.
Kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,38 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) juga naik 0,35 persen.
NTP sendiri merupakan indikator penting yang mencerminkan daya beli petani terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi serta biaya produksi. Semakin tinggi NTP, semakin kuat daya beli petani.
"Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat pertumbuhan kemampuan/daya beli petani," tulis laporan berita statistik resmi BPS Aceh yang dirilis pada Selasa, 3 Maret 2025.
Baca Juga:
Pemerintah Aceh Fokus Dongkrak Ekonomi dengan Kebijakan Strategis
Kenaikan NTP ini, menurut laporan BPS Aceh, dipengaruhi oleh hampir seluruh subsektor pertanian, kecuali tanaman pangan yang justru mengalami penurunan.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP), indikator lain yang juga menggambarkan kesejahteraan petani, turut mengalami peningkatan 0,04 persen menjadi 123,31 dibanding bulan sebelumnya.
Subsektor hortikultura mencatat kenaikan paling signifikan, dengan Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) meningkat 5,38 persen menjadi 107,91. Peningkatan ini dipicu naiknya harga cabai rawit dan cabai merah yang menjadi komoditas unggulan.
"Peningkatan NTPH ini terjadi dikarenakan indeks yang diterima petani (It) naik sebesar 5,65 persen dengan naiknya harga jual komoditas sayur-sayuran (cabai rawit dan cabai merah)," sambung laporan BPS Aceh.
Sementara itu, subsektor perkebunan rakyat juga mengalami pertumbuhan dengan Nilai Tukar Petani Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) naik 0,64 persen menjadi 158,44. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan harga kelapa sawit dan kakao/coklat biji.
Sebaliknya, subsektor tanaman pangan mengalami tekanan, dengan Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) turun 1,17 persen menjadi 100,85. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga gabah sebesar 0,80 persen.
Sementara indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi dan produksi justru meningkat.
"Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen dengan indeks KRT naik sebesar 0,42 persen, sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,24 persen," lanjut laporan tersebut.
Baca Juga:
Harga Gabah di Abdya Terendah di Aceh, Kualitas Jadi Sorotan
Di sektor peternakan, Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan (NTPT) naik 0,59 persen menjadi 98,72, didukung oleh kenaikan harga jual sapi potong dan kerbau.
Untuk subsektor perikanan, Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan (NTPN) meningkat 0,83 persen menjadi 109,53. Secara rinci, subsektor perikanan tangkap mengalami kenaikan 1,95 persen dengan meningkatnya harga ikan tongkol, sementara subsektor perikanan budidaya justru turun 1,14 persen akibat penurunan harga bandeng payau.
Secara nasional, NTP pada Februari 2025 berada di angka 123,45, mengalami penurunan 0,18 persen dibanding bulan sebelumnya. Dari 38 provinsi yang dilaporkan, sebanyak 22 provinsi mengalami kenaikan NTP, dengan Sulawesi Utara mencatat peningkatan tertinggi sebesar 4,14 persen.
Sebaliknya, 16 provinsi mengalami penurunan, dengan Sumatera Barat mencatat penurunan tertinggi sebesar 2,79 persen.
Selain NTP, inflasi perdesaan di Aceh pada Februari 2025 tercatat sebesar 0,34 persen, dipengaruhi oleh kenaikan harga kebutuhan rumah tangga, terutama cabai rawit, cabai merah, dan ikan tongkol. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang naik 1,18 persen.
Dengan dinamika ini, meskipun secara keseluruhan NTP Aceh mengalami peningkatan, sektor tanaman pangan dan perikanan budidaya masih menghadapi tantangan. Pemerintah dan petani perlu mencermati tren harga komoditas dan biaya produksi agar kesejahteraan petani tetap terjaga.[]
Tidak ada komentar