Wagub Aceh Dorong Enam Gugus Tugas untuk Reformasi Program Pembangunan Daerah
Wagub Fadhlullah dorong 6 gugus tugas percepat pembangunan Aceh. Fokus pada pengentasan kemiskinan, investasi, pangan, birokrasi, pariwisata, dan fiskal.
koranaceh.net ‒ Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RKPA Tahun 2026 dan Forum Konsultasi Publik RPJMA 2025–2029 resmi dibuka Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, di Anjong Mon Mata, Komplek Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh, Kamis, 15 Mei 2025.
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari unsur kementerian/lembaga pusat, anggota DPR/DPD RI, Forkopimda Aceh, DPRA, kepala SKPA, bupati/wali kota, kepala Bappeda se-Aceh, akademisi, kalangan perbankan, pelaku usaha, LSM, dan tokoh masyarakat.
Baca Juga :
Aceh Percepat Pembentukan Koperasi Merah Putih, Sasar 6.500 Gampong
Dalam pidatonya, Fadhlullah menegaskan bahwa Pemerintah Aceh akan membentuk enam task force atau gugus tugas untuk memastikan pelaksanaan program tidak terjebak dalam pola kerja “business as usual” yang selama ini menghambat capaian pembangunan.
“Kami ingin memutus siklus rutinitas yang mandek. Program kerja harus berdampak nyata, terukur, dan cepat,” kata Fadhlullah.
Enam gugus tugas itu mencakup berbagai aspek strategis. Pertama, Task Force Pengetasan Kemiskinan dan Stunting yang akan menyinergikan program sosial dengan voucher pangan bergizi di ribuan gampong, serta memanfaatkan Badan Layanan Umum (BLU) rumah sakit daerah.
Kedua, Task Force Penguatan Birokrasi dan Good Governance yang akan mendorong digitalisasi layanan publik melalui penerapan sistem Aceh Digital Single Window untuk mempercepat proses perizinan usaha dan investasi.
“Selanjutnya yang ketiga adalah Task Force Percepatan Investasi dan Industri yang memprioritaskan realisasi FTZ Sabang, KEK Arun, dan layanan after-care bagi investor,” ujar Fadhlullah.
Gugus tugas keempat, lanjutnya, adalah Task Force Kemandirian Pangan dan Pengurangan Defisit Antar Daerah. Inisiatif ini bertujuan membangun sentra beras premium, produksi bawang, dan hasil bumi lain untuk menjadikan Aceh sebagai “Brebes-nya Sumatra”. Fasilitas cold-chain untuk hasil laut juga akan dikembangkan.
Gugus tugas kelima adalah Task Force Pengembangan Pariwisata Halal yang akan berfokus pada sertifikasi destinasi wisata, pembukaan jalur penerbangan carter (charter flight), dan pelaksanaan Aceh International Halal Festival.
Sementara gugus tugas terakhir, yakni Task Force Kemandirian Fiskal Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi, ditugaskan untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berbasis digital serta mendorong skema asset recycling.
“Keberhasilan keenam desk ini mensyaratkan kolaborasi menyeluruh, oleh sebab itu kami memohon dukungan regulasi serta asistensi Kementerian Dalam Negeri guna mempermudah KPBU lintas kabupaten, memperkuat BUMD, dan mengharmonisasi perda investasi,” tegasnya.
Fadhlullah juga menyoroti pentingnya penambahan Proyek Strategis Nasional (PSN) di Aceh dalam pembahasan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Nasional mendatang. Ia mengajak wakil rakyat asal Aceh di DPR dan DPD RI untuk aktif memperjuangkan hal tersebut.
“Kami berharap anggota DPR dan DPD RI yang mewakili Aceh agar ikut memperjuangkan hak Aceh di tingkat nasional,” katanya.
Lebih lanjut, Fadhlullah menegaskan bahwa kemandirian fiskal Aceh masih belum tercapai karena ketergantungan tinggi terhadap dana transfer dari pemerintah pusat.
Baca Juga :
TPID dan TP2DD Gelar HLM, Wagub Aceh Tegaskan Komitmen Pengendalian
Inflasi dan Digitalisasi Daerah
“Oleh sebab itu, kami kembali mengharapkan dukungan semua pihak agar draft revisi UUPA tentang perpanjangan dana Otsus Aceh dapat disetujui dan disahkan oleh DPR RI dan Pemerintah Pusat,” ujarnya.
Di sisi lain, Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri, Safrizal ZA, yang hadir secara daring, menekankan pentingnya keselarasan antara rencana kerja pemerintah pusat dan daerah.
“Sinkronisasi perencanaan ini penting untuk mengefektifkan program kerja, keberhasilan bukan di satu tingkatan, tapi menyeluruh,” ucap Safrizal.
Forum ini menjadi momentum penting untuk memperkuat perencanaan pembangunan jangka menengah dan tahunan di Aceh. Dengan enam gugus tugas sebagai instrumen utama, pemerintah daerah menargetkan tata kelola yang lebih efektif, kolaboratif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat Aceh ke depan. [*]
Tidak ada komentar