Menaker Yassierli: Penguatan Soft Skill Jadi Kunci Tenaga Kerja di Era Digital
![]() |
Menteri Ketenagakerjaan RI, Yassierli. (Foto: Ist). |
Menaker Yassierli mengajak dunia akademis, industri, dan pemerintah untuk berkolaborasi menciptakan ekosistem kerja yang inklusif dan adaptif terhadap teknologi.
Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyoroti pentingnya pengembangan soft skill bagi tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi tantangan era digital. Era ini, menurut Yassierli, menawarkan peluang besar sekaligus membawa perubahan signifikan pada dunia kerja, terutama dengan pesatnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
“Tenaga kerja sebagai human potential tidak hanya perlu fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pengembangan potensi holistik,” kata Yassierli dikutip dari keterangan pers, Minggu, 12 Januari 2025.
Baca Juga:
- Kemenaker Siap Lindungi Buruh Sritex Pasca Penolakan Kasasi oleh MA
- UMP Aceh 2025 Resmi Naik 6,5 Persen, Ditetapkan Jadi Rp3,68 Juta
Berdasarkan laporan Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum (WEF), sekitar 86 persen perusahaan global mengakui bahwa teknologi AI telah mendorong transformasi bisnis. Dalam konteks ini, penguasaan hard skill seperti AI dan Big Data menjadi penting, namun Yassierli menegaskan bahwa soft skill seperti berpikir kreatif, daya tahan diri, kepemimpinan, dan cara berpikir kritis juga tidak kalah penting.
Pendekatan Manusia Sentris Dalam Dunia Kerja
Yassierli menekankan perlunya pendekatan yang menempatkan manusia sebagai pusat dalam pengembangan tenaga kerja. Kebijakan yang dirancang dengan mempertimbangkan keahlian manusia, menurutnya, dapat menciptakan tenaga kerja yang tidak hanya adaptif terhadap perubahan teknologi, tetapi juga memiliki kontribusi signifikan bagi pembangunan.
“Pendekatan ini harus menjadi bagian dari proses perancangan kebijakan, pengambilan keputusan, hingga pengembangan organisasi,” ujar Yassierli.
Baca Juga:
- Menaker: Upah Minimum Telah di Sepakati Pengusaha dan Buruh
- Penetapan UMP 2025 Molor, Pemerintah Masih Kaji Formula Baru
Namun, ia mengakui tantangan besar masih membayangi dunia kerja Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan sektor informal masih mendominasi lapangan kerja, sementara mayoritas tenaga kerja hanya memiliki tingkat pendidikan dasar (SD/SMP).
Kolaborasi untuk Membangun Ekosistem Inklusif
Yassierli mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk dunia akademis, industri, dan pemerintah, untuk berkolaborasi membangun ekosistem ketenagakerjaan yang inklusif dan adaptif terhadap perubahan teknologi.
“Kita harus terus belajar dan berinovasi, memadukan teknologi dengan kearifan lokal, agar mampu menciptakan tenaga kerja yang kompeten, berdaya saing, dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa,” ujarnya.
Langkah ini, menurut Yassierli, tidak hanya akan memperkuat daya saing tenaga kerja Indonesia di kancah global, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan di tengah perkembangan era digital.
Tidak ada komentar